DUA

895 Words
Zasya tertawa cukup renyah bersama Sina. Mereka mentertawakan adik kelas yang tadi gugup nya bukan main saat menembak Zasya "Ka---- kak Zas----Zasya aaaa aku suu suka saa sama kaa" omongan adik kelas Zasya terhenti, lalu mengumpat dirinya sendiri "Aduh b**o banget sih make gugup segala" Zasya tertawa "Kamu suka sama saya?" Tanya Zasya pada akhirnya karena tak kuasa membendung tawa bersama Sina Adik kelas bernama Fauzan yang Zasya baca nametag-nya itu mengangguk cepat Zasya berhenti tertawa, lalu tersenyum sangat manis, membuat Fauzan semakin gugup "Makasih Fauzan udah suka sama Aya" ucap Zasya tulus Fauzan semakin tersenyum lebar, seakan akan mendapatkan lampu hijau dari Zasya "Jadi aku di terima?" Zasya menyerit bingung, masih dengan senyum di wajahnya "Kamu cuma bilang suka loh ke Aya, apa yang harus Aya terima?" Fauzan menegakan kembali tubuhnya. Sekarang, Zasya, Fauzan dan Sina menjadi sorotan murid ELZARA "Kak Aya mau jadi pacar Fauzan?" Tanya Fauzan langsung dengan mantap dengan senyum mereka di wajahnya Zasya kaget, raut wajahnya langsung saja berubah menjadi tidak enak, lalu kembali menormalkan dengan senyum manis kembali. Belum juga Zasya menjawab pernyataan cinta Fauzan, Hilbran -Most Wanted Boy SMA ELZAR- datang lalu menarik kerah baju bagian belakang Fauzan "Lo kelas 10 belaga nembak Zasya kelas 11" ketus Hilbran Zasya menyerit bingung, siapa ini? Batin Zasya bingung. Bak cenayang, Sina membisikan tentang Hilbran kepada Zasya "Itu Hilbran, panggilannya Ilbran atau Iban, cowok populernya SMA ELZAR" bisik Sina Zasya mengangguk pelan, mengerti. Lalu Zasya berjalan mendekati Hilbran dengan senyum diwajahnya. Zasya menyentuh tangan Hilbran yang di pakai untuk menarik kerah baju Fauzan "Hilbran" panggil Zasya pelan.                        Hilbran menoleh, lalu melihat Zasya yang tersenyum dengan wajah datarnya. Zasya menelan ludahnya susah payah 'Buset. Datar banget nih muka' batin Zasya "Apa" ketus Hilbran "Ihh ketus banget siih" protes Zasya "Udah lepasin aja, Fauzan berhak dong nembak saya" sambung Zasya Hilbran menaikan alis sebelah kirinya "Lalu? Lo nerima dia?" Zasya geram. Dia sudah memanggil dirinya dengan sebutan 'saya' namun Hilbran malah menjawab dengan 'Lo' Bukan Zasya anak dari Dzaki namanya jika tidak bisa mengendalikan ekspresi. Zasya tersenyum "Gak" Jawaban Zasya sontak saja membuat satu sekolah bersorak ramai dengan berbagai macam sorakan. Fauzan yang sejak tadi sudah senyum percaya diri bahwa dirinya akan diterima, sontak saja tersenyum kecut mendengar jawaban Zasya. Lain anak satu sekolah, lain Fauzan dan juga lain pula Hilbran. Hilbran tersenyum seakan akan senang dengan jawaban Zasya "Yaudah, kalo gitu lo jadi pacar gue" ucap Hilbram lalu menarik paksa tangan Zasya "Eeeeeehhhhh enak aja! Lepas gak! Woy iban! Woyyy!!!!!" Teriak Zasya "Diem gak" "HILBRAAAAAN LEPAAAAS AAAAAAAA PAAAAAPAAAAAAAAAAAAH" terika Zasya kembali lebih nyaring Sontak saja Hilbran melepas pegangan tangannya, lalu menutup telinganya karena merasa berisik dengan suara Zasya. Zasya tersenyum senang, lalu berlari menuju kelasnya, yaitu XI Mipa 7. Selamat Hilbran, anda sudah membangunkan singa cempreng. Batin Zasya ☆☆☆ "Sumpah yah Aya, suara lo kencang menggelegar sekaleeeeeeeh" Zasya mengkibaskan rambut hitam legam panjang sedadanya itu "Ya dong, Aya" Sina terkekeh "Keren lo di ajak pacaran Hilbran" Zasya yang masih tersenyum bangga dan sesekali mengkibaskan rambut langsung terhenti "Gak usah bahas Hilbran, gue gak akan dan gak pernah mau jadi cewek dia. SAMPAI.KAPAN.PUN" teriak Zasya penuh penekanan di kalimat terakhir Sina menutup telinganya, sambil menutup kedua matanya saking kagetnya dengan suara teman sebangkunya ini "Aduuuh, iya Bu iya ah elah suara loooo" gemas Sina Zasya terkekeh kecil, lalu melipat tangannya di atas meja yang sudah ada jaket hoodie "Mau ngapain Ca?" Tanya Sina bingung Zasya memutarkan bola matanya "Lo mau manggil gue Aya apa Aca sih?" Kesal Zasya Sina tersenyum lebar "Suka suka gue dong" Zasya tersenyum kecut, lalu mengkibaskan rambutnya kembali "Whatever!" Lalu melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda "Ayaaaa lo mau apaaa" gemas Sina yang tak kunjung dijawab juga oleh Zasya Wajah Zasya sudah tenggelam dalam lipatan tangan yang di balut jaket hoodie, lalu tak lama, terdengar dengkuran halus dari mulit mungil Zasya Sina melotot kesal "Dodol! Malah bobo!" ☆☆☆ "Kakak lain kali gak boleh ih teriak teriak kaya gitu, gak sopan kak" ucap Syakila Yaa, Zasya sudah dirumah lalu tidur di pangkuan Mamahnya untuk bercerita tentang apa yang terjadi di sekolahnya tadi "Abis ya Mam, apa apaan coba? Kenal engga? Apa engga, tapi nembak terus narik narik tangan Aya coba" geram Zasya Syakila tertawa, lalu mengelus rambut anak gadisnya itu "Suka itu Kak sama kamu" Zasya mendelik, lalu bergedik ngeri "Ihhh amit amit" "Eeeh kok?" Tanya Syakila bingung "Mam, please deh, Aya cuma mau punya pacar kaya Papah. Baik, ganteng, romantis, cool , humoris walaupun receh" "Enak aja kamu ngatain Papah receh" timpah Dzaki Syakila tertawa, Zasya kaget bukan main langsung duduk dari tidurnya "Papah??" Tanyanya kaget Dzaki mengangguk, lalu menghampiri anak gadis dan istrinya itu "Sini Mas, aku simpenin kopel-nya" Syakila mengambil Kopel Dzaki yang sudah Dzaki lepaskan dari pinggangnya. Dzaki memberikan kopelnya, lalu duduk di sofa ruang tamu "Kamu ngomong apaan ke Mamah Kak?" Tanya Dzaki sambil melepas seragam loreng hijau pupusnya "Kepooo" jawab Zasya cepat lalu memeletkan lidahnya, bermaksud bercanda dengan sang Papah Dzaki melototkan matanya, pura pura kesal lalu tertawa "Okelah masalah wanita" Zasya berlari ke Papahnya, lalu memeluk Dzaki sangat erat "Sayang Papah. Aya cerita ke Mamah karena---" Dzaki memotong cepat "Wajar, Papah ngerti" Zasya tersenyum "Thank you Dad! You're my hero!!!!" Syakila memutarkan bola matanya kesal melihat adegan di ruang tamu antara Anak dan Bapak-nya itu. Lalu tak lama terkekeh, Syakila pernah merasakan ada di posisi Zasya saat muda dulu soalnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD