2. Rio?

1004 Words
"Ke kantin yuk." Kelas sudah sepi karena bel istirahat sudah berbunyi tiga menit yang lalu. Flora ragu. Sebenarnya ia tidak suka keluar dari kelas karena tidak ingin tambah tersiksa dengan semakin banyaknya jumlah pasang mata yang menatapnya dengan merendahkan. "Ntar gue kenalin juga sama temen gue. Mereka baik, kok," bujuk Disa lagi. "Nggak deh. Gue–" "Flo!" Disa dan Flo menoleh ke sumber suara. Tampak seorang siswa laki-laki masuk dengan tergesa-gesa dan menghampiri mereka. "Flo, lo nggak papa kan? Maaf tadi gue nggak bisa nemenin lo. Gue udah ditungguin rapat OSIS soalnya." "Nggak papa, kok. Gue ngerti." Flo tersenyum tipis. "Jay, lo kenal sama Flo?" tanya Disa keheranan. Jayden mengangguk. "Flo kan ad–" "Gue tetangganya Kak Jayden," potong Flo cepat. Jayden menatapnya tajam. Flo tahu Jay pasti kesal karena ia tidak menghiraukan nasehatnya dan tetap menuruti keinginan Chika. Ia tersenyum, mengisyaratkan bahwa semuanya akan baik-baik saja. "Padahal gue baru mau ngenalin Flo sama lo, ternyata udah kenal toh." Jayden mengangguk. "Gue lega lo sekelas sama Disa. Seenggaknya gue nggak khawatir kalau lagi pelajaran." "Tenang, gue bakalan jagain tetangga lo ini." Disa merangkul pundak Flo. Flo tersenyum. "Makasih." "Udah yuk ke kantin, gue laper banget nih." "Tapi," Flo menatap mereka, ragu. "Kantinnya di lantai dua kok." Jayden paham betul alasan keraguan Flo. Akhirnya Flo menurut. Lagipula ia tidak enak hati jika harus menolak ajakan teman barunya. Tapi kedatangan beberapa siswa ke kelas, membuat langkah mereka terhenti di pintu. "Gue dengar, di kelas ini ada anak baru. Mana dia?" Flo, Disa dan Jayden menoleh ke arah empat orang siswa yang sudah berdiri di depan pintu kelas. Tatapan mata Flo jatuh pada salah satu dari mereka yang berdiri paling kiri, yang baru saja bersuara. Ia mengernyitkan dahi, merasa kenal dengan siswa yang baru bertanya itu. "Rio, bisa nggak, lo jangan halangi temen gue?" ucap Disa. Ia memang tidak seperti kebanyakan siswa perempuan di sekolah ini, yang sangat mengagumi ke empat trouble maker itu. "Gue nggak halangin kok. Cuma mau kenalan. Masa nggak boleh?" sahut cowok bernama Rio itu. Flo masih menatap Rio. Ia tak yakin jika cowok di depannya ini adalah orang yang pernah dikenalnya dulu. Tapi kenapa mirip? Sedangkan Rio mengalihkan pandangan ke arah Flo dan langsung tertuju pada kaki kanannya yang tertutup rok selutut dan tidak terlihat sama sekali. Rio mengangkat alisnya menatap kruk yang digunakan flo sebagai penyangga kaki kanannya. Tanpa aba-aba, ia langsung menarik kruk itu sehingga membuat Flo hampir terjatuh jika tubuhnya tidak ditangkap oleh Jayden. "Rio!" Jayden menatapnya kesal. Ia langsung merebut kruk itu dan menyerahkannya pada Flo. "Bercanda. Santai, dong." Rio terkekeh geli melihat sikap Jayden yang tidak seperti biasanya. "Hai, anak baru. Kenalin gue Rio. Dan itu temen-temen gue, Rian, Candra dan Glenn." Rio menunjuk teman-temannya satu persatu dari kiri. "Berhubung lo cewek, jadi kita yang ngenalin diri. Coba kalo lo cowok, lo bakal dapet sambutan spesial." Flo mengerutkan keningnya. Dia masih bingung, kenapa Rio seolah tak mengenalinya? Atau belum? "Tunggu." Rio mendekatkan wajah ke wajah Flo yang tingginya hanya sepundaknya Flo refleks memundurkan kepala. Rio ini, sengaja mau membuatnya kaget, ya? "Kok gue kayak pernah ketemu lo, ya?" Rio masih mengamati wajah Flo yang jaraknya hanya beberapa centi darinya. "Udah yuk, Flo. Kita ke kantin." Disa segera sambil menarik tangan Flo pelan. Flo, Disa dan Jayden pun berjalan melewati geng trouble maker itu. Rio yang mendengar nama Flo disebut, tampak sedang berpikir-pikir. "Tunggu!" Rio berjalan cepat mengejar ketiganya yang sudah sampai depan kelas, jadi tontonan para siswa yang sedang berkumpul di depan kelas itu. Iamemegang lengan kiri Flo dan membuat langkah gadis itu terhenti. Flo spontan mengempaskan tangan Rio yang memegang lengannya. Rio berdiri tepat di depan Flo dan menatap Flo intens. "Ah, iya. Gue inget. Lo Flo, kan?" Flo hanya menatapnya datar sementara para siswa yang berada di sekeliling mereka tampak melemparkan tatapan aneh padanya. Antara tatapan meremehkan pada kondisi Flo dan tatapan penuh tanya karena salah satu cowok most wanted di sekolah ini menghampiri gadis difabel seperti Flo. "Wah nggak nyangka bisa ketemu lo lagi. Gimana kaki lo? Kok masih satu, sih? Udah tujuh tahun loh kaki kiri lo ilang, masa belum balik, sih?" celetuk Rio sambil memegang pundak Flo yang segera ditepis oleh gadis itu. Flo tidak berminat menjawab kata-kata Rio yang terdengar seperti ejekan itu. Ia merasa Rio yang dulu dengan yang sekarang sudah beda jauh. "Lo kenal dia?" tanya Rian yang sudah berdiri di samping Rio diikuti Candra dan Glenn. "Dia temen SD gue. Ya nggak Flo?" sahut Rio tanpa mengalihkan pandangannya dari Flo. "Oh iya, rambut lo udah nggak ada poni nya lagi?" Rio memegang kepang rambut Flo. "Dan ini...." Flo segera mundur satu langkah sehingga tangan Rio terlepas dari pipinya. Jayden mendekat pada Rio dan menatapnya serius. "Jangan main-main, Yo." "Santai, bro." Rio menepuk-nepuk pundak Jayden. "Ini bentuk keantusiasan gue ketemu temen lama." "Nggak gitu juga." Jayden menyahut tegas. "Lo nyinggung dia." "Oh ya?" Rio menaikkan sebelah alis, menatap ke arah Flo. "Lo marah, Flo?" Flo tidak menjawab, hanya membuang muka. Rio melongo dibuatnya. "Eh, lo marah beneran?" Rio menundukkan wajah hingga Flo kembali menatapnya. "Gue bercanda kali, Flo. Gue terima lo apa adanya, kok." Semua orang terkesiap karena kalimat Rio itu. Tak terkecuali, Flo sendiri. Ia bingung, meski sedikit merasakan detak jantungnya terlonjak. Bisik-bisik keras para siswa di koridor semakin meramaikan suasana. "Ya udah, gue minta maaf deh." Rio mengulurkan tangan ke depan. Ia tersenyum lebar, nyaris membuat para siswa perempuan di sana menjerit. "Maaf ya, Flo. Gue bercanda, suer. Nggak bakal ngejek lagi. Janji." Flo menghela napas, menatap Disa yang berdecak sambil geleng-geleng kepala. Ia menatap Rio lagi, lalu membalas singkat salaman dari laki-laki itu. "Nggak apa." "Terbaik." Rio menyengir, kemudian merentangkan sebelah tangannya. "Silakan kalau mau ke kantin." "Najis!" Disa bergidik, kemudian mengajak Flo dan Jayden pergi dari sana. "Jagain temen kecil gue ya, Jay. Jangan sampai lecet!" Rio berteriak, yang dibalas acungan jari tengah oleh Jay. Laki-laki itu terbahak. Ia berlalu dari sana, tidak menghiraukan tatapan aneh semua orang. Hari ini ia sangat senang! ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD