kebenaran

893 Words
wajah Tania mendadak berubah, ia masih merasakan dinginnya bibir pria itu semakin menempel, darahnya begitu berdesir sesaat dan nyaris terjatuh lemas. Mata mereka kembali bertemu sesaat hingga keduanya menjauh. Ah-- ini begitu kuar biasa. "Sean, aku mau pulang,"Tania bingung merasa begitu canggung dan cukup membuatnya kehilangan kesadaran, bahkan Eric kekasihnya pun tidap pernah membuat darahnya begitu berdesir tiap kali mereka berciuman, Hambar. "ya, aku akan mengantar mu,"Sean bangun lalu segera memutar tubuhnya menjauhi Tania lebih dulu. Ia merasa dirinya sudah cukup gila karna begitu berani mencium gadis itu. "Jangan khawatir, aku akan melupakan itu,"Ucap Tania pelan tanpa melirik ke arah Sean yang hanya diam terpaku. "Apa kau menginginkan pernikahan ini Tania?" tanya Sean pelan dan lambat, mata mereka berputar kembali lalu gadis itu hanya memilih untuk diam sejenak. "Apa aku bisa melawan?'' tanya Tania "Mungkin jika kau berhasil kabur." tekan Sean pada Tania yang mengusap bibirnya lirih. "Aku tidak yakin, jika bisapun Eric akan langsung berada dalam masalah kan?" "Wah... kau tampak sangat perhatian dengan kekasihmu,"sindir Sean sangat cepat hingga mata Tania kembali bergerak liar.  "Aku pernah dengar, bahwa kau dulu punya kekasih lalu dia meninggal, apa karna itu kau menolak untuk menjalin hubungan lagi dengan wanita lain Sean?"tanya Tania sambil melihat pria itu menjauhinya sejenak. "Aku rasa itu tidak perlu untuk kau ketahui,"balas Sean sambil meraih kunci mobilnya. "Aku hampir berfikir kau adalah Gay,"tukas Tania membuat Sean tersenyum kecut. "Aku bahkan tidak pernah berhubungan dengan pria selain masalah pekerjaan,"Sean berjalan menuju ke jalan bersama Tania yang mengikutinya. "Sean.. tunggu! apa aku bisa menginap di sini?"tanya Tania dengan nada sedikit memaksa dan santai. "Ayah pasti akan setuju,"sambung Tania pelan lalu berjalan kembali masuk ke dalam rumah Sean yang tampak nyaman. "Tania.. kita belum menikah,"ucap Sean dengan suara lantang, gadis itu menatap Sean menyipitkan mata dan kembali mendekat ke arah pria tersebut. "Aku hanya ingin menginap, mungkin sebagai latihan di awal sebelum  menikah. Lagipula ayahku di New york."Tania tersenyum begitu lembut lalu duduk di sofa Sean seakan pemilik rumah.  "Hm-- baiklah. kau bisa tidur di sana."Ucap Sean menunjuk sebuah kamar yang tampak besar hingga gadis itu melangkah dan segera masuk ke dalam sana dengan wajah yang girang. Tania berbaring di ranjang, ia memeriksa ponselnya dan melihat banyak panggilan dari Erick. Ia tahu pria itu pasti mencarinya seharian ini. "Honey maaf, aku sedang banyak tugas kampus. Nanti aku akan kembali menghubungimu."Tania mengirim pesan pada Eric lalu mematikan ponselnya sesegera mungkin. entah kenapa rasanya begitu jenuh saat berhubungan dengan pria itu tapi kadang-kadang ia juga merasakan cukup mencintai pria itu. Ahh yang jelas Tania ingin menikmati apa yang ada di depannya saat ini.                                                                            -------------------- "Hey kim tae hae , lama tidak berjumpa " sapa eric terhadap sahabat lamaya yang datang dari korea hari ini. "hay.. aku sudah satu jam disini " ucap tae hae kesal kepada eric , kim te hae adalah sahabatnya sejak kecil di korea ,ia sangat tau seluk beluk keluarga Eric bahkan yang Eric sendiri tidak tau karna kim Tae hae selalu mendengar perkataan orang-orang di sekitarnya, orang tua mereka cukup dekat sejak mereka tumbuh besar. "Maafkan aku .. wah kupingmu semakin besar saja ya " ucap Eric sambil mengejek pria itu. Tae hae diam menatap layar ponsel sahabatnya sekilas. "Diamlah brengsek..mana pacarmu ?" bukannya ia juga dulu lama hidup di korea? tanya Kim tae hae membahas Tania dan sedikit penasaran dengan foto yang terpajang jelas di ponsel Eric. "Ahh... hanya lima bulan itu waktu yang sangat singkat,"Ucap Erick tersenyum santai pada pria tersebut. "Foto di handphone mu itu pacarmu ?" tanya Kim tae hae penasaran " ya.. hey kau sedang mengintogerasi ku ? tanya Eric mulai jengah ,ia ingin mengobol hal lain bukan tentang Tania, ada banyak hal menarik yang bisa mereka bicarakan selain itu bukan. "Siapa ayah wanita ini ? sepertinya aku mengingat wajah ia saat masih kecil " ucap Kim tae hae membuat Eric mulai tertarik dengan percakapan tae hae, Ia tidak biasa terlihat tertarik pada sebuah percakapan. " kau bisa temukan di google , Abraham " dia pria kaya dan terkenal di prancis ,bahkan aku belum bisa bertemu dengan pria itu " sanggah Eric ,lalu sahabatnya itu segera mencari info tentang Abraham . " hey.... apa kau pernah mencari siapa sebenarnya abraham ?" ucap Tae hae membuay Eric heran " belum .. aku tidak tertarik pada keluarganya hanya aku menyukai Tania " balas Eric lalu tae hae menunjukkan hasil googlingnya disana berdiri foto abraham bersama tania dan itu mengingatkan tentang sebuah masa lalu dimana terjadi kebakaran hebat di rumahnya yang menewaskan adik eric bernama Park hae soo dan eric meronta meminta pertolongan kepada Abraham untuk menyelamatkan adiknya. " maaf aku banyak urusan dari pada mengurusi adikmu " ucap abraham saat itu , seharusnya hae soo masih bisa selamat saat itu , satu orang yang lewat disana pertama kali adalah abraham tapi ia enggan membantu dirinya . seketika ingatan buruk itu teringat , eric berubah menjadi sangat membenci tania dan ia akan menghancurkan abraham sebagaimana ia dulu . " aku akan membuat tania mencintai ku dan tidak akan melepaskan ku , lalu aku akan membuat pria tua bangka itu mati perlahan karna tania " geram eric seraya memegangi gelas hingga pecah dan melukai tangannya " wahh..kau berpacaran dengan orang yang salah park hae joe upss eric " ucap tae hae mencoba mengingat kembali nama asli eric yang sebenarnya .    ...  cerita ini akan di revisi.. harap maklum dengan typonya terimakasih...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD