episode 3

1295 Words
Irwan yang melupakan beberapa dokumen penting dirumah akhirnya di kembali mengendarai mobilnya menuju rumah dan setelah sampai di persimpangan jalan Irwan melihat Zahra yang sedang berbincang hangat dengan Pak Tarjo, satpam rumahnya. Cukup lama melihat Zahra dan Pak Tarjo mengobrol, Irwan langsung melajukan mobilnya masuk kepekarangan rumah. Zahra yang sedang asik mengobrol dengan Pak Tarjo sedikit bingung kenapa Irwan pulang kembali?. Setelah pamitan dengan Pak Tarjo, Zahra menyusul Irwan yang akan memasuki rumah. "Abang kok sudah pulang?" tanya Zahra "suka-suka aku, mau aku pulang, mau aku nggak pulang bukan urusan kamu" bentak Irwan dan langsung memasuki rumah untuk mengambil beberapa berkas. Zahra hanya bisa beristighfar dalam hati. Ketika Zahra hendak masuk rumah, Zahra melihat Irwan keluar "Abang nanti mau dimasakin apa buat makan malam?" tanya Zahra lembut "aku udah bilang kalau aku nggak mau makan masakan kamu dan kamu nggak perlu repot-repot buat masakin aku segala" ujar Irwan dingin "tidak Abang, Zahra tidak repot karna itu sudah kewajiban Zahra sebagai istri Abang" ujar Zahra mendengar itu membuat Irwan semakin marah dan mencekam bahu Zahra dengan keras "AKU TIDAK PERNAH MENGINGINKAN KAMU MENJADI ISTRI KU" ujar Irwan penuh penekanan dan meninggalkan Zahra begitu saja, Zahra pun luruh ke lantai dan memegangi dadanya yang terasa sesak "kalau Abang nggak pernah menginginkan Zahra sebai istri Abang, kenapa Abang menerima perjodohan ini" ujar Zahra sambil terisak dan membuat langkah Irwan dan berbalik memandang Zahra "karna aku ingin kamu menderita, karena kamu aku tidak bisa menikahi kekasihku dan karena kamu sudah menghancurkan kebahagianku" ujar Irwan dan meninggalkan Zahra yang terisak dan melajukan mobilnya meninggalkan rumah. Zahra pun menghapus air matanya ketika ponselnya berdering "assalamu'alaikum..." ujar Zahra "..............."  "iyah sebentar lagi saya akan sampai di butik" ujar Zahra ".............." "iyah, wa'alaikum salam" ujar Zahra Zahra pun mengetik pesan untuk Irwan Abang: Abang, Zahra minta izin keluar sebentar terserah kamu, kamu tidak perlu  meminta izin Zahra hanya bisa menghembuskan nafas kasar mendapati pesan dari Irwan. Zahra pun mengambil tas dan pergi mencari taksi. Tidak ada yang tau kalau Zahra memiliki butik bahkan Bunda dan Kakak nya sendiri pun tidak tau kalau Zahra memiliki butik. Setelah sampai di butik Zahra pun menemui client dan membahas kerja sama yang aka dilakukan. Zahra pun bernafas lega karena mendapat kepercayaan dari client tersebut. Zahra pun masuk keruangannya dan membaringkan tubuhnya di kamar kecil yang ada di ruang kerja Zahra. Di tempat lain Irwan sedang rapat untuk bisa memenangkan tender, dan setelah rapat yang cukup menyita waktu akhirnya perusahaan Irwan bisa memenangkan tender tersebut dan setelah menandatangani beberapa dokumen akhirnya Irwan bisa keluar dari ruang rapat yang sangat menguras otaknya dan menuju rungan kerjanya. Sesampainya diruangan kerja Irwan menghempaskan tubuhnya diatas sofa dan memejamkan mata akibat pusing yang di alaminya. "wah hebat loe bro, bisa menangin proyek ini" ledek Robby  "loe kalau masuk ketok pintu dulu, gue ini yang punya perusahaan dan maaf loe harus kalah sama gue" balas Irwan "itu karna gue lagi berbaik hati sama loe, jadi gue ngalah untuk tender ini" ujar Robby "loe kenapa sih bete mulu, bukannya loe udah nikah yah kan enak udah ada yang nyiapin loe makan dan semua kebutuhan loe udah ada yang siapin" ujar Robby "loe udah tau jawabannya apa jadi loe nggak perlu tanya lagi" ujar Irwan dengan dingin "ck, masih aja loe mau jadi bank berjalannya Helen, loe bodoh Wan" ujar Robby "loe jangan pernah ngehina Helen" ujar Irwan dengan nada tinggi "ck, loe itu buta apa b**o sih Wan, loe udah dimanfaatin sama dia dan loe tetep aja masih belain dia" ujar Robby "keluar loe dari sini" ujar Irwan dengan nada tinggi "mau sampai kapan Wan loe b**o kayak gini, mau sampai kapan Wan!" teriak Robby "keluar!" teriak Irwan "gue harap loe cepet sadar" ujar Robby dan meninggalkan ruangan Irwan "s**l" umpat Irwan "ini semua gara-gara kamu Zahra, aku bakal bikin kamu setiap hari nangis dan nyesel udah mau nerima perjodohan konyol ini" ujar Irwan penuh amarah Zahra sampai dirumah dan langsung masuk kedalam kamar untuk membersikan diri dan melaksanakan shalat maghrib. Setelah selesai shalat, Zahra pergi kedapur untuk memasak makanan untuk Irwan dan tidak lama kemudian Zahra sudah selesai memasak dan menyajikan makanan di atas meja dan melihat jam dinding dan ternyata sudah masuk shalat isya'. Zahra masuk kamar untuk shalat isya' dan keluar kembali menunggu Irwan pulang. Sampai pukul 10 malam Irwan belum juga pulang dan itu mambuat Zahra sangat khawatir "Abang, kenapa jam segini Abang belum pulang" ujar Zahra menunggu Irwan di depan rumah "Ya Allah, lindungilah suami hamba" do'a Zahra. Pak Tarjo yang melihat Zahra di depan rumah pun menghampiri Zahra "nak Zahra kenapa kok di depan rumah malam-malam seperti ini?" tanya Pak Tarjo "Zahra lagi nungguin Abang pulang pak" ujar Zahra dengan khawatir "nunggu didalam rumah saja nak, udah malem didepan juga dingin nanti nak Zahra sakit" ujar Pak Tarjo. Zahra pun mengangguk dan memasuki rumah, baru beberapa langkah orang yang ditunggu pun pulang dan itu membuat Zahra lega karna Irwan sudah pulang dan baik-baik saja. Irwan yang melihat Zahra di depan rumah pun sedikit tersentuh dan membuat sudut bibir Irwan naik sedikit. Hanya beberapa detik, dan Irwan kembali dengan wajah datar dan dingin nya. Irwan pun berjalan memasuki rumah dan Pak Tarjo pamit kembali ke depan. "assalamu'alaikum Abang" ujar Zahra dengan senyum tulusnya sambil mencium tangan Irwan dengan takzim dan mengambil tas kerja dan jas yang ada ditangan Irwan "wa'alaikum salam" ujar Irwan dingin dan meninggalkan Zahra begitu saja. Zahra pun memasuki rumah dan mengunci rumah "Abang mau makan atau mandi dulu?" tanya Zahra "aku sudah bilang kamu nggak perlu ngelakuin tugas kamu sebagai istri, terserah kamu mau ngapain aja kamu nggak perlu minta izin ke aku dan yah kamu jangan pernah ikut campur sama kehidupan ku, karna aku dan kamu hanya orang asing yang terjebak dalam ikatan yang nggak pernah aku inginkan" ujar Irwan dengan amarah "mungkin Abang terpaksa dengan penikahan ini tapi Zahra ikhlas menerima pernikahan ini karena Zahra hanya ingin menikah sekali dan Zahra akan berusaha mempertahankan pernikahan ini sampai kapanpun" ujar Zahra dengan terisak "sampai kapanpun aku nggak akan menerima kamu sebagai istri, karna yang aku inginkan sebagai istri hanya Helen" ujar Irwan, perkataan Irwan bagai petir yang menyambar hati Zahra, Zahra hanya bisa beristighfar mendengar perkataan Irwan. Melihat Zahra yang terus terisak Irwan pun meninggalkan Zahra diruang tengah, ada sedikit perasaan bersalah dihati Irwan tetapi egonya lebih besar daripada kata hatinya "Ya Robb, hamba ikhlas dan hamba serahkan semuanya kepada-Mu" batin Zahra sambil terus terisak. Dengan segera Zahra menghapus air matanya dan berjalan menuju kamar Irwan. Di depan pintu kamar Irwan Zahra terdiam, Zahra bingung untuk masuk kedalam kamar Irwan. Dengan membaca Bismillah, Zahra memberanikan diri memutar knop kamar Irwan dan perlahan memasuki kamar Irwan. Zahra mematung karena terdapat sebuah foto besar yang terpajang pada dinding kamar Irwan. "apakah dia perempuan yang Abang cintai?" lirih Zahra dengan mata yang berkaca-kaca. Zahra pun memberanikan diri membuka almari Irwan dan menyiapkan pakaian untuk Irwan. Sebelum Irwan keluar kamar mandi dengan langkah terburu-buru Zahra keluar dari kamar Irwan. Zahra pun bersandar pada pintu, Zahra terduduk. Luruh sudah pertahanan Zahra, Zahra tidak tau harus berbuat apalagi. "Zahra kangen sama Bunda. Zahra butuh pelukan Bunda" ujar Zahra. Irwan pun keluar dari kamar mandi dan menyerngit kenapa ada pakaiannya diatas tempat tidur?.  "beraninya dia masuk kekamar tanpa sepengetahuan ku" ujara Irwan dengan emosi. Dengan terpaksa Irwan memakai pakaian yang telah disiapkan oleh Zahra, karena Irwan sendiri sedang malas untuk mencari pakaian yang lain. Dengan langkah gontai Irwan keluar kamar untuk mengisi perutnya yang sudah berdemo. Padahal Irwan tadi sudah makan malam dikantor. Dengan cepat Irwan menuju dapur dan melihat makanan yang sudah siap untuk disantap diatas meja makan. Karena perutnya yang sudah berdemo, Irwan pun mengambil makanan tersebut dan mulai menyantapnya "enak" ujar Irwan dengan tersenyum. Tanpa sepengetahuan Irwan, Zahra pun melihat bagaimana Irwan memakan masakannya dengan lahap. "Alhamdulillah, Abang menyukai masakan yang sudah Zahra siapkan. Semoga ini menjadi awal yang baik buat hubungan kita, Ya Allah" ujar Zahra denga  tersenyum. Sungguh Zahra sangat senang, meskipun sikap Irwan terhadap Zahra masih dingin, melihat Irwan sudah mau memakan masakannya saja sudah membuat Zahra semakin bersemangat supaya Irwan bisa menerima Zahra dan pernikahan ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD