episode 2

804 Words
Setelah Irwan menyetujui perjodohan yang dilakukan oleh Umi nya, kini tibalah keluarga besar Irwan datang ke rumah Zahra "Bunda" panggil Zahra "ada apa sayang?" tanya Bund "emmm.... Zahra mau nggak mau ketemu dia Bund, biar Zahra ketemu setelah akad saja" ujar Zahra "emang kenapa sayang?" tanya Bunda "tidak apa-apa Bund, Zahra mau nya ketemu dia setelah akad saja" ujar Zahra "Bunda, tamunya sudah datang" ujar Hisyam "iyah kak" ujar Bunda, "yaudah Bunda keluar dulu yah sayang" pamit Bunda "iyah Bund" ujar Zahra, Bunda pun keluar dari kamar Zahra "Ya Robb, semoga hamba bisa ikhlas menerima ini semua" do'a Zahra Sementara di ruang tamu rumah Zahra "assalamu'alaikum Laila" ujar Bunda sambil memeluk sahabat nya "wa'alaikum salam Syifa" ujar Umi sambil membalas pelukan sahabatnya "kamu apa kabar Syifa?" tanya Abi Ali "alhamdulillah, baik mas" jawab Bunda "assalamua'alaikum tante" ujar Irwan sambil mencium tangan Bunda dengan takzim "wa'alaikum salam, jangan panggil tante tapi Bunda" ujar Bunda "iyah Bund" ujar Irwan "Hisyam nggak mau peluk Umi" ujar Umi sambil merentangkan tangan, Hisyam pun menghambur memeluk Umi Laila "Hisyam kangen Umi" ujar Hisyam menitihkan air mata "Bunda baik-baik saja kan sayang?" bisik Umi, Hisyam malah memeluk Umi lebih erat, Umi yang tau maksudnya hanya bisa menenangkan Hisyam "Hisyam nggak boleh lemah, Hisyam harus kuat buat Bunda sama adek Hisyam" bisik Umi menenangkan Hisyam sambil melerai pelukannya "adek Hisyam mana, Umi mau ketemu sama calon mantu Umi" ujar Umi "maaf Umi, adek mau ketemu Irwan ketika sudah sah Umi" ujar Hisyam "yaudah nggak papa sayang" ujar Umi "Abi" ujar Hisyam sambil memeluk Abi Ali "anak Abi anak yang kuat, harus kuat yah" bisik Abi membalas pelukan Hisyam "iyah Abi" lirih Hisyam "udah yah kangen-kangenan nya, ayo ajak Umi, Abi dan Irwan duduk dulu" ujar Bunda "hehe, maaf Bund, Hisyam lupa" balas Hisyam. Mereka pun duduk "Syifa, bagaimana kalau akad nya dilakukan malam ini saja?" tanya Umi, sontak pertanyaan umi membuat semua terkejut terutama Irwan "apa itu nggak terlalu cepat Laila?" tanya Bunda "untuk niat baik nggak perlu di tunda lama-lama kan?" tanya Umi "Irwan siap kan?" tanya Umi "aku harus bagaimana?" batin Irwan "Irwan siap kan?" tanya Umi sekali lagi "Iyah Umi" jawab Irwan dengan terpaksa. Setelah itu semua sibuk mempersiapkan acara akad nikah dan akad nikah berlangsung secara sederhana dan setelah terdengar kata SAH barulah Zahra keluar dengan di apit Bunda dan Umi. Zahra yang menggunakan gamis berwarna putih dengan hijab yang senada membuat Zahra sangat cantik dan anggun, sampai pandangan Irwan tidak bisa lepas dari Zahra, istrinya.  "jangan dipandang lama-lama nanti diabetes" celetuk Abi Ali. Seketika itu membuat Irwan mengalihkan pandangan nya. Zahra pun sudah ada di depan Irwan "assalamu'alaikum" ujar Zahra "wa'alaikum salam" timbal Irwan. Zahra pun mencium tangan Irwan dengan takzim dan seketika membuat hati mereka berdua berdesir hebat dan tanpa sadar Irwan mencium puncak kepala Zahra lama dan merapalkan do'a dan diamini Zahra.  "Ya Robb, semoga dia memang Imam yang telah Engkau Ridhoi untuk menggapai Surga-Mu, amiinn" batin Zahra Setelah acara sesai Irwan sudah memutuskan membawa Zahra ke rumah nya. Selama perjalanan tidak ada yang berniat membuka suara terlebih dahulu. Setelah menempuh perjalanan yang tidak terlalu jauh sampailah mereka ditempat yang mereka tuju.  "assalamu'alaikum" ujar Zahra memasuki rumah "silahkan kamu memilih kamar kamu sendiri asal jangan kamu pernah masuk ke kamar atas sebelah kanan, itu kamar aku" tegas Irwan "maksud Abang?" tanya Zahra. mendengar kata Abang yang keluar dari mulut Zahra membuat hati Irwan berdesir hebat "tidak ada pengulangan" ujar Irwan dan meninggalkan Zahra yang sudah berkaca-kaca " Ya Allah semoga hamba bisa meluluhkan hati suami hamba" do'a Zahra dan memasuki kamar yang teletak di lantai bawah "akan ku buat kamu secepatnya meninggalkan rumah ini, hanya Helen yang akan jadi istri aku bukan kamu" ujar Irwan dan menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Setelah malam yang panjang, Irwan terbangun kala cahaya masuk lewat jendela, dan Irwan memutuskan untuk membersihkan diri dan bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Setelah selesai Irwan pun turun dan melihat Zahra sudah selesai menyiapkan sarapan. "Abang sudah bangun?" tanya Zahra, "Zahra tadi mau bangunin Abang" ujar Zahra, Irwan hanya diam. "Abang sarapan dulu?" tanya Zahra "tidak saya sarapan di kantor saja, dan yah kamu nggak perlu repot-repot masak buat saya" ujar Irwan langsung pergi meninggalkan rumah tanpa pamit dengan Zahra "sabar Zahra, Bang Irwan mungkin masih perlu terbiasa dengan adanya kamu" ujar Zahra "trus makanan ini siapa yang makan kalau nggak ada yang makan" ujar Zahra "kasih Pak Tarjo aja" ujar Zahra. Zahra pun menaruh makanan ke dalam kotak makan. Zahra berjalan kedepan dan menemui Pak Tarjo "assalamu'alaikum Pak" sapa Zahra "wa'alaikum salam Nyonya" timbal Pak Tarjo "Zahra pak, panggil saya Zahra" ujar Zahra "maaf Nyonya saya tidak berani, nanti saya dimarahi sama Tuan, Nyonya" ujar Pak Tarjo "tidak pak, panggil saya Zahra pak" ujar Zahra "baik Nyo.. maksudnya Nak Zahra" ujar Pak Tarjo dan Zahra pun tersenyum tulus "Nak Zahra ada apa?" tanya Pak Tarjo "oh iya sampai Zahra lupa, ini Zahra bawa sarapan buat Pak Tarjo" ujar Zahra sambil memberi kotak nasi pada Pak Tarjo "Nak Zahra repot repot segala" ujar Pak Tarjo menerima kotak nasi Zahra "semoga Bapak suka yah" ujar Zahra "terima kasih Nak Zahra" ujar Pak Tarjo dan tanpa mereka tau bahwa ada sepasang mata yang sedari tadi melihat keakraban mereka
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD