2. Hati Yang Lelah

900 Words
Cause I have run away, I have run away, run away, I have run away with you..  The Corrs - Runaway  *** Jalanan yang cukup lenggang membuat mobil Aaron meluncur ke jalanan dengan santai, kendaraan di luar yang cukup ramai dan pastinya berisik namun tidak dengan keadaan di dalam mobil. Lima belas menit mobil berjalan, baik Aaron maupun Rishi terdiam dengan pemikiran masing-masing.  Rishi baru pertama kalinya jalan dengan pemuda berdua saja, bukan karena apa Rishi hanya takut. Ya, Rishi sekarang sangat takut. Ada hal yang seolah melarangnya untuk tak boleh jalan berdua yang bukan mahramnya. Apalagi pemuda yang baru saja berkenalan dengannya. Rasa bersalah terhadap keluarganya dan juga pada keluarga lainnya membuatnya gelisah saat ini.  Rishi memang tidak pernah dekat atau pacaran dengan laki-laki sepanjang hidupnya, walaupun waktu SMP dan SMA banyak yang suka padanya tetapi Rishi tidak pernah mau menanggapi. Akhirnya banyak yang mundur teratur, bukan karena hobinya yang sangat suka makan pete namun karena sikap cueknya yang kelewat tidak peka terhadap perhatian-perhatian yang diberikan lawan jenisnya.  Ada alasan yang membuatnya bersikap begini, sambil menghela napas berat Rishi memilih menutup mata sejenak lalu kembali membuka matanya. Kembali menghadap jendela melihat jalanan yang ramai. Aaron bukannya tidak menyadari semua pergerakan Rishi tadi hanya saja Aaron memilih diam saja takut menganggu keheningan yang sedang di buat khusus gadis disampingnya ini.  Tetapi Aaron harus tahu dimana alamat Rishi, mau tak mau akhirnya Aaron membuka suaranya untuk bertanya.  " Di mana alamat lo?"  Rishi kemudian menoleh pada Aaron lalu menjawab. "Jalan cempaka V nomor 20." Aaron terlihat menganggukkan kepala tanda mengerti. Lalu melakukan mobilnya ke alamat yang baru saja disebutkan oleh Rishi. Selang sepuluh menit akhirnya mobil Aaron terparkir sempurna tepat didepan rumah mungil yang cukup asri.  Ketika Aaron menoleh ke samping, ternyata gadis yang sedari tadi diam sudah tertidur pulas. Aaron tersenyum melihatnya lalu dengan pelan membangunkan Rishi dari tidurnya. Sebenarnya Aaron tak tega untuk itu namun kan tidak mungkin Aaron menggendong Rishi ke dalam rumah gadis itu yang bahkan baru tadi mereka berkenalan atau membawa pulang gadis ini ke rumahnya, bisa-bisa bundanya pingsan duluan dan membuat rumahnya heboh tengah malam.  Maka dari itu Aaron mengambil jalan tengah yaitu membangunkan Rishi saja, dengan gerakan pelan menepuk lengan Rishi dengan lembut. Membuat Rishi segera membuka matanya perlahan lalu dengan gerakan lambat mengerjapkan matanya. Ketika kesadaran mulai kembali Rishi langsung menegakkan badannya lalu melihat sekeliling begitu tahu sudah ada didepan rumahnya Rishi menoleh ke samping.  "Sudah sampai?" tanya Rishi dengan linglung.  "Iya, kita sudah sampai atau lo mau ikut gue pulang ke rumah gue saja?" Aaron mengerlingkan matanya tanda menggoda Rishi. Rishi otomatis membelalakkan matanya lalu dengan gerakan refleks memukul lengan kekar Aaron membuat yang punya lengan mengaduh pelan namun tetap tertawa senang.  "Nggak!!" seru Rishi galak. "But, thanks atas tumpangannya, ya." Walau begitu Rishi masih punya sopan santun untuk berterima kasih pada orang yang membantunya.  "It's okey."  Rishi segera turun dari mobil Aaron kemudian langsung berjalan terus masuk ke halaman rumah tanpa menengok ke belakang lagi. Begitu Rishi menghilang di balik rumahnya Aaron langsung membawa mobilnya kembali ke jalanan untuk pulang ke rumahnya. Dalam perjalanan pulang Aaron masih berpikir sedari tadi apakah ia pernah bertemu dengan Rishi sebab mata bulat gadis itu sangat mirip dengan seseorang yang ada masa lalunya.  Aku harus memastikan semuanya sendiri,  batin Aaron.  *** Rishi baru akan masuk ke kamarnya terhenti akibat suara berat milik ayahnya. Darmansyah.   "Kenapa baru pulang, Mbak?" tanya ayahnya. Rishi berbalik lalu tersenyum berjalan menuju ayahnya kemudian  mencium tangannya.  "Maaf, Yah. Tadi banyak pelanggan di toko makanya aku lembur." "Terus kenapa ponselnya tidak aktif?"  "Ponselnya kehabisan baterai, Yah. Lupa charger tadi." Rishi cengegesan sendiri. Ayahnya tersenyum lalu dengan lembut menepuk bahu putri pertamanya.  "Lain kali jangan sampai ceroboh gitu lagi ya, Mbak. Ayah sangat khawatir tadi, apalagi ponsel Mbak tidak aktif lagi." Nasihat ayahnya.  "Baik, Ayah. Maaf sudah buat Ayah khawatir." Rishi memeluk ayahnya dengan sayang yang dibalas penuh kasih sayang juga oleh sang ayah.  Ayahnya menepuk pelan punggung Rishi."Itu memang tugas Ayah, Mbak. Sebagai kepala keluarga. Oh iya, tadi siapa yang antar Mbak pulang?" ayahnya tiba-tiba bertanya sambil setelah melepaskan pelan pelukan mereka.  "Eh, itu Yah. Teman aku," jawaban Rishi yang gugup membuat sang ayah  mengernyitkan dahinya.  "Laki-laki atau perempuan?" "Laki-laki, Yah," cicit Rishi dengan takut. Rishi tahu pembahasan ini akan panjang, harapannya yang ingin segera istirahat pastinya akan tertunda. Mendengar ayahnya menghela napas Rishi pasti akan dapat peringatan yang sama seperti tahun-tahun yang lalu.  "Jangan terlalu dekat dengan laki-laki lain, Mbak. Ingat dengan status kamu, jangan buat malu nama keluarga."  Rishi hanya menganggukan kepala tanda mengerti. "Maaf, Yah." "Jangan di ulangi lagi, ya sudah kamu istirahat sana. Kamu kelihatan lelah banget, besok kamu kerja, kan?" Rishi kembali menganggukkan kepala lalu dengan cepat masuk ke dalam kamarnya.  Begitu pintu kamar tertutup, Rishi langsung berjalan cepat ke ranjang mungilnya kemudian membaringkan tubuhnya segera sambil menutup mata Rishi kembali mengingat perkataan ayahnya tadi. Selalu saja begitu, setiap kali Rishi dekat dengan berjenis laki-laki pasti ayahnya akan mengakatan hal yang sama.  Dengan air mata yang mengalir di pipi mulusnya. Kenangan dua tahun yang lalu kembali berputar dikepalanya dimana seorang gadis belia berusia 18 tahun sedang menangis di sebuah kamar yang sangat indah. Gadis harus mendapatkan takdir yang sangat berat yaitu ditinggalkan sendirian oleh seseorang yang seharusnya bisa membuatnya bahagia untuk masa depannya kelak.  Rishi kembali membuka matanya, lalu dengan cepat menghapus air mata yang seharusnya tak pernah lagi jatuh untuk seseorang yang masih ia tunggu hingga saat ini. Dengan perlahan Rishi bangun dari ranjang dan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya sebelum ia tidur menjemput mimpi indah agar bisa bertemu dengan seseorang yang saat ini masih ada di dalam hati dan pikirannya.  Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD