DIE

1097 Words
"Drew habiskan sarapan mu." Perintah Ruth terdengar dengan nada pelan, pria itu menoleh cepat lalu bangkit dari tempat duduk. "Aku sudah kenyang mom, aku pergi dulu." Drew memeluk mommy-nya erat, mengecup sedikit lalu merasakan Damon ikut memukul bahunya. "Jangan berulah lagi di sekolah Drew. Aku yakin kau bukan anak yang seperti itu." Drew terdiam, Ia ingat baru saja memikirkan bagaimana untuk mengusik Clara dan Damon seakan membuat dirinya seperti orang lain saat ini. "Hmm—" Drew mengangguk, mengedarkan pandangannya ke tiap saudara dan kembali ke arah orang tuanya sebagai tanda untuk berpamitan. "Lyra, Daven. Kalian juga lekaslah habiskan makanannya." Ruth sekali lagi memerintah, membuat kedua bersaudara itu hanya mengangguk dan sedikit tersenyum. Mereka terlihat sangat akur seperti biasanya. ••••• Drew masuk ke pekarangan sekolah, ia mengitari tempat yang tertata rapi dan besar itu dengan kecepatan mobil sesukanya. Apa dia fikir ini arena balap ? "Sial, siapa yang berani memarkirkan mobil di tempat ku?" Keluh Drew saat tempat yang biasa ia gunakan diisi dengan mobil orang lain. Dengan tangkas Drew memundurkan mobilnya dan memberi jarak. Braakkk!!!! Orang-orang langsung menoleh mencari sumber suara tabrakan benda berat terdengar kuat. Sial— Drew bukannya mengalah dan mencari tempat parkiran lain, ia malah menabrak mobil yang ada di depannya dengan sangat keras hingga bumper mobil tersebut mengenai tembok pembatas dan rusak parah. "Shit.. Apa yang kau lakukan!" teriak seseorang melihat mobilnya hancur dan menunggu sosok yang keluar dari mobil Lamborghini Veneno tersebut. Perlahan Drew keluar dengan santai, menenteng tas dan melihat tajam ke arah pemilik mobil yang ia tabrak. "Ada masalah?" "Kau gila ? Kau baru saja menabrak mobilku dan kau hanya bertanya sesingkat itu?" teriak pria tersebut dengan lantang kembali. "Aku fikir, aku baru saja menabrak sampah." Terang Drew sangat santai, ratusan mata melihatnya keji. Sungguh pria itu tidak seharusnya melawan Drew. "b******k!" Pria itu mendengus, mengepal tinjunya dengan kuat seakan menunggu sebuah moment yang sangat tepat. Drew memutar tubuhnya hendak meninggalkan suasana padat tersebut. Namum sebuah tangan memegang bahunya kuat membuat terhenti. "Kau mau kemana? Jangan fikir, semua mendukungmu disini dan kau bebas melakukan apapun Drew." Tegur pria tersebut dengan arogan. Drew tersenyum tipis memutar tubuhnya kembali dan langsung meninju dengan kuat wajah pria itu. Orang-orang mulai berteriak panik, ketakutan saat darah keluar dari sudut mata pria itu dan tubuhnya terjatuh di lantai sembari menyerang kesakitan.  "Aku sudah bilang, tidak ada satu orang pun yang bisa menyentuh ku." Drew menatap tajam wajah pria itu, memberi ancaman lalu mengedarkan matanya ke tiap tempat. "Clara." Drew membatin dan terhenti sejak melihat gadis itu berdiri tidak cukup jauh darinya dengan pandangan yang langsung menunduk. Drew mengeluh kasar dan meninggalkan tempat dimana ia menimbulkan kekacauan. Clara menggulung ujung pakaiannya, ia tidak pernah melihat sesuatu hal yang tampak begitu serius dan sungguh ia merasa sedikit beruntung karna Drew melepaskannya semalam. "Oh itulah akibatnya, harusnya dia tidak perlu bermain-main dengan Drew." "Ya, kau benar. Lebih baik aku memarkir mobil di luar dari pada melihat semua ini terjadi." Clara sedikit tercengang, mendengar obrollan orang-orang yang melewatinya masih saja membela kesalahan Drew. Kenapa mereka setakut itu pada sosok pria pencari onar tersebut. Hah— Clara hanya diam mendekati pria yang terluka itu dengan cepat. "Kau tidak apa-apa? Aku bisa mengobatimu." "Tidak perlu, aku tidak ingin melibatkan orang lain dalam masalah ku." Jawab pria tersebut ketus. "Tidak, mereka semua sudah pergi. Lukamu harus segera di obati." Clara sedikit memaksa dan akhirnya pria itu setuju dan mengikuti Clara untuk mengobati lukanya. "Namaku Andy." Pria itu mengulurkan tangan, merasa begitu berterimakasih pada sosok gadis yang membantunya dan melihat sedikit senyuman Clara di depannya cukup manis. "Clara." Mereka berjabat tangan, tampak dekat dan bersahabat begitu saja. •••• Drew masuk ke area kantin setelah pelajarannya selesai, Ia tidak peduli bagaimana orang-orang membicarakannya hari ini. Karna bagaimanapun tindakan nya Drew seakan-akan manusia yang tidak memiliki kesalahan. Pria tersebut memotong barisan antrian makanan seperti biasa dan tanpa sengaja sesuatu hal terjadi. Clara yang baru saja mendapatkan makanannya kini menumpahkan semuanya di pakaian Drew. "s**t, apa yang kau—" Drew berteriak kencang, ia mengepal tangannya kuat dan menatap Clara dengan sangat marah. "Aku— akuu—Ahhh" Clara sedikit berteriak dengan suara bergetar saat Drew memukul minuman yang ada di tangan kirinya hingga semua terjatuh begitu saja di lantai. "Apa kau berniat untuk menarik perhatian ku, Clara?" tanya Drew sembari tersenyum tipis. Ia memegang sudut pipi Clara dengan satu tangannya, mencengkram kuat membuat gadis itu kembali ketakutan. "Aku tidak sengaja, kau yang melewatiku."Clara berusaha membela diri, membuat Drew sedikit kesal. "Jadi kau menyalahkan ku? Hahh? Kau fikir kau siapa?" Drew mendorong Clara hingga terjatuh di lantai, Ia mengedarkan pandangannya ke tiap orang lalu berfikir bagaimana cara untuk menindas gadis lemah yang berada di depannya saat ini. "Kalian bisa menyiramnya dengan apapun, aku harap ia pulang dengan sangat cantik." Mendengar perintah Drew beberapa orang tersenyum, mereka mengambil air, sisa makanan dan segera melempari ke tubuh Clara hingga ia hanya diam menangis sembari memeluk lututnya. Tubuh Clara mulai basah, kotor dan lengket tapi tidak ada satu orang pun yang menolongnya, tidak ada satu orang pun yang berani meraih tangannya. "Hentikan." Suara Clara mulai bergetar tapi pelan. "Hentikan." sedikit naik hingga terdengar di sudut ruangan. "Aku bilang hentikan!" Clara berteriak kencang membuat lempar angle parah benda kotor ke arahnya mulai berhenti. Ia menatap wajah Drew dari bawah dengan perasaan sakit. Di tambah lagi— Drew hanya diam dan tertawa seakan menikmati tontonan itu. Clara menaikkan tubuhnya yang kotor, Ia tidak tahu bagaimana caranya untuk bicara pada kedua orang tuanya setelah ini. Yang jelas hari ini rasanya sudah cukup membuatnya mengerti bahwa Drew bukanlah orang yang tepat untuk ia dekati. Gadis itu memutar tubuhnya, mulai menangis kembali dan mendengar orang-orang bersorak girang atas keberhasilan Drew. Clara berlarian di sepanjang jalan, menundukkan kepala dengan malu atas hari ini. Ia ingin segera sampai kerumah dan memeluk kedua orang tuanya. "Ayah, Ibu." Panggil Clara dengan nada yang pelan, takut-takut terhadap pertanyaan yang tertuju padanya. "Ayahh!!!!" Clara melepas tasnya sembarang, Ia mendekati ayahnya yang terbaring lemas di lantai. "Ayah..." Lagi- gadis tersebut memanggil pria yang tergeletak tak bernyawa disana, Clara mengedarkan pandangan melihat di sudut yang tidak jauh dari ayahnya. "Ibu... Apa yang terjadi... Bu!" Clara merasa bingung, nafasnya terengah dan ia memberanikan diri untuk menekan nadi yang ada di pergelangan tangan wanita paruh baya yang terlihat pucat.  "Buu!!" Clara tiba-tiba menangis, melepaskan tangan wanita itu saat tidak merasakan adanya denyut disana. "Ayah, ibu. Kalian—" Clara memeluk tubuh ibunya yang telah tiada, menangis dengan kuat sejadi-jadinya tanpa peduli. Ia bahkan tidak bisa merasakan hangatnya suhu tubuh wanita yang ia peluk, sendiri dan seketika semua terasa begitu kosong. Clara harus siap kehilangan kedua orang tuanya mulai hari ini dan untuk selamanya. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD