I dont Care

1262 Words
Suasana duka meliputi seluruh rumah Clara, gadis itu tidak mampu bicara apapun saat orang-orang berdatangan dan memberikan ucapan sungkawa. Ia bahkan tidak tahu kenapa kedua orang tuanya harus meninggal begitu cepat dan tragis.  "Orang tua anda, terpapar racun Arsenic cukup intens nona Clara. Mungkin anda harus mengecek keadaan anda juga."  "Aku tidak tinggal bersama orang tua ku sejak beberapa hari. Apakah begitu mudah seseorang meninggal karna Arsenic?"  "Masalahnya, racun ini meningkat cukup banyak secara mendadak. Usia bisa mempercepat proses racun menyebar cepat nona."  Clara duduk melemaskan kakinya, mengingat percakapan hasil pemeriksaan yang ia dapatkan. Jika saj ia tidak pindah untuk mencari tempat tinggal lainnya untuk pindah ke Stefano's School mungkin Clara ikut menjadi korban. Tapi saat ini fikiran Clara benar-benar buntu, Ia tidak punya jalan keluar selain menerima dan mendapatkan tempat yang layak untuk kedua orang tuanya.  "Clara." Panggil seseorang yang terduduk di depan gadis itu, menatapnya dengan wajah sejuta kesedihan.  "Andy. Kenapa kau kemari?"  "Aku hanya ingin melihat proses pemakaman kedua orang tua mu Clara."  "Dari mana kau tahu alamat orang tua ku?"  "Informasi sekolah. Mereka semua tahu ini terjadi pada mu tapi tidak ada satupun yang peduli. Jadi anggap saja aku kemari untuk mewakili mereka semua." Andy menjelaskan, Ia menggenggam tangan Clara erat memberi sedikit perhatian yang di butuhkan.  "Terimakasih Andy. Maaf jika aku menyusahkan mu." Clara mengalihkan wajahnya melihat satu sosok orang yang cukup ia kenal.  "Drew." Bisik Clara sembari melihat pria dengan wajah kaku itu mendekat. Entah angin apa yang membuat orang seperti Drew bersedia datang ke tempat yang tidak biasanya.  "Kau tidak perlu bangun begitu Clara." Tepis Drew dengan cepat sembari menatap wajah gadis itu seksama membuat Clara kembali duduk di lantai dengan pandangan kosong.  "Aku kemari, hanya untuk menyampaikan perasaan duka cita dari Stefano's School. Permintaan daddy ku jadi jangan terlalu berharap banyak."Mata Clara membulat, Apa dia benar-benar tidak punya hati sedikit saja saat ini. Kenapa apapun yang keluar dari mulut Drew adalah sebuah kalimat yang menyakitkan.  "Kau lebih baik tidak perlu datang."  "Yahh kau benar, harusnya. Tapi jika aku tidak datang daddy tidak mempercayakan pada siapapun atas uang ini. Mungkin kau bisa mempergunakannya untuk membeli pakaian—"  "Cukup Drew. Apa kau tidak punya malu?" Andy memotong, ia mendekati Drew yang memasang wajah menantang.  "Apa? Malu? Hey ayolah aku memberikan uang padanya—"  "Keluar Drew. Aku tidak butuh uang mu."Clara berdiri, mendorong tubuh pria itu dengan kuat untuk mengusirnya. Ini hari pemakaman orang tuanya dan Drew mencoba membuat keributan disini.  "Tenang lah, aku pasti akan pergi. Aku tidak biasa berada di tempat-tempat rendah seperti ini." Drew melihat setitik air mata Clara jatuh, Ia menaruh uang tersebut di sudut lemari dan langsung memutar tubuhnya.  "Ambil uang mu, pria b******k!"Clara berteriak sembari melemparkan uang itu di punggung Drew. Pria tersebut hanya sedikit menoleh dan tersenyum tipis lalu tetap meninggalkan ruangan dimana ia baru saja menghina Clara.  Drew masuk ke dalam mobil, melajukan benda itu secepat kilat dan mencari tempat dimana ia harus berhenti.  "f**k! Aku tidak harusnya memaki Clara hingga menggunakan nama daddy. Sial kenapa Andy disana." Drew memukul setir mobil, sedikit menyesal atas perbuatannya terhadap Clara. Pria itu membasahi bibirnya dan ingin segera memutar kendali mobil untuk meminta maaf kepada Clara. Tapi— hal itu adalah sebuah ketidakmungkinan, Drew bukan pria yang bersedia mengatakan salah walaupun ia tahu semua salahnya. Ia terlalu malu untuk mengakui walaupun harus menyakiti orang lain.  "Kau tidak apa-apa Clara?" tanya Andy menguatkan gadis itu. Clara mengangguk  sembari mengusap sudut air matanya yang terasa bengkak.  "Mungkin aku harus memaklumi, dia bukanlah pria baik-baik seperti yang aku fikirkan."Balas Clara sambil melihat amplop uang yang tercecer di sudut pintu. Ia tidak peduli bagaimana pandangan orang lain sekarang, yang jelas ia harus menahan diri sekarang.  ••••••• Keesokan harinya...  Clara berjalan menunduk di lorong sekolah, Ia tidak mampu mengangkat wajah karna semua orang memang benar-benar tidak ada yang peduli. Sesulit itu kah mereka untuk mengucapkan belasungkawa ?  "Kau harus kuat Clara, ini demi cita-cita ayah dan ibu. Jangan fikirkan mereka."Clara memejamkan matanya sejenak sembari melewati sekumpulan orang-orang yang menatapnya kejam.  Braakkk!!!  Tiba-tiba Clara terjatuh ke lantai, seseorang menjejejal kakinya dan otomatis mereka langsung menertawakan hal itu. Clara menoleh dengan pandangan takut ke tiap tempat dan lagi-lagi Drew yang membuatnya begitu rendah.  "Jangan menatapku seperti itu, aku tidak sengaja Clara."Drew tersenyum dengn santai lalu melewati gadis itu tanpa rasa bersalah sedikitpun. Clara menatap punggung Drew, dan kali ini membuatnya sedikit geram untuk melawan. Gadis itu melepaskan sepatuny dan melempar kepala Drew sangat tepat.  Seketika, semua orang terdiam. Mereka masing-masing menelan Saliva melihat aksi berani yang di lakukan Clara. Sekali lagi, gadis itu melempar Drew dengan sisa sepatunya hingga pria itu langsung memutar tubuhnya dan menatap Clara dengan tajam.  "Oh ayolah. Aku tidak sengaja melakukannya."Clara seakan mendapatkan keberanian pada orang yang salah sekarang. Dengan cepat Drew melempar tasnya dan mendekati Clara, Ia menarik lengan gadis itu hingga membuat Clara meronta.  "Lepas. Drew! Sakit." Clara berteriak, memberatkan tubuhnya hingga Drew merasa kesusahan saat membawanya.  "Kau tampaknya benar-benar mencoba mencari perhatian ku, baiklah aku akan menunjukkan padamu bagaimana aku memperlakukan seorang gadis seperti mu." Drew mencengkram tubuh Clara menaikkan gadis itu di punggungnya hingga ia cukup mudah membopong tubuh kecil itu. Clara terus berontak, memukul punggung pria itu dengan kuat seakan tidak terima.  "Drew kau mau membawaku kemana? Lepas!" Clara melihat mereka keluar dari pekarangan sekolah, dan terhenti saat Drew berusaha membuka pintu mobilnya.  "Masuk!" Bentak Drew sangat kuat sambil melempar begitu saja tubuh Clara hingga kepala gadis itu terbentur sudut pintu cukup keras. Ia hampir mau pingsan saat itu juga. Beberapa menit kemudian mobil itu melaju, keluar dari kawasan sekolah dengan kelakuan yang superfast.  "Drew hentikan, ini terlalu laju. Aku mohon. Please." Clara memohon namun sedikitpun tidak membuat seorang Drew peduli. Ia terus melaju hingga sampai pada satu tempat yang tampak tidak biasa.  "Drew. Apa kau ingin mendorongmu ke jurang itu?" tanya Clara mulai merasa takut dan menyesal karna melawan seorang Drew. Pria itu menepikan mobil lalu menatap wajah Clara sedikit.  "Jawab Drew. Tolong jangan lakukan itu."Pinta Clara sambil menyatukan kedua tangannya. Clara melihat Drew keluar dari mobil, berjalan cepat dan langsung membuka pintu mobilnya.  "Drew. Aku mohon—" Clara merasakan tubuh Drew menariknya kuat hingga ia harus ikut keluar lalu menariknya ke pinggir mobil. Pria itu mendesaknya, membiarkan tubuh Clara menempel pada sudut mobil dengn sangat kuat.  "Tolong, menjauh lah." Kini tubuh Clara semakin bergetar saat pria itu menatap matanya lekat, Ia tidak tahu apa yang di fikirkan Drew saat ini yang jelas tatapan itu sangat menakutkan.  "Kau tahu Clara? Sejujurnya aku tidak menyukai mu. Tapi jika di lihat begini kau cukup menarik." Mata Clara membulat, mereka saling bertatapan lebih dari lima detik.  Drew menjatuhkan pandangannya pada bibir Clara, ia sedikit tersentum lalu memegang pinggul gadis itu cukup kuat dan tiba-tiba saja Drew malah mencium bibir Clara dengan sengaja. Tubuh Clara seketika menegang hebat, tangan pria itu menaiki bagian punggungnya untuk lebih dekat hingga Clara harus sedikit berjinjit.  "Drew... Apa yang kau lakukan."Clara mendorong tubuh pria itu dengan sangat kuat, nafasnya masih terengah dan ia menyadari pria di depannya ini baru saja menciumnya. Drew mengulum bibirnya, Ia bahkan tidak memikirkan harus mencium seorang gadis dan dia adalah Clara.  "Aku akan mengantar mu pulang." Drew tampak salah tingkah, Ia merasa jantungnya sedikit berdetak. Tubuhnya terasa panas dan sungguh ia baru merasakan ciuman yang begitu membuatnya ingin lebih. Sial— Clara sedikit mengusik perasaannya.  "Tidak perlu aku—"  "Aku bisa melakukan hal lebih disini jika kau menolak." Clara bergidik, Ia takut pria ini benar-benar nekat dan perkataan Drew tidak bisa di anggap mainan. Dengan terpaksa gadis itu kembali masuk ke dalam mobil, mendiamkan diri dan terus memikirkan ciuman itu di sepanjang jalan.  _ _________
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD