Don't Call Me Nona

1880 Words
Kia menerima uluran tangan Mr.T dan bangkit dari lantai. Dengan spontan dia memeluk Mr.T dan menangis sejadi-jadinya sambil berkata, "Aku kecopetan.." Dengan suara lirih. Wajah Mr.T memerah, beberapa pengunjung melihat ke arah mereka bahkan ada yang mengabadikannya melalui ponsel. "Sttt.." Ia menepuk pelan punggung Kia. "Sebaiknya kamu berhenti menangis, Nona." pintanya, menutupi sebagian wajahnya lagi dengan masker. Kia menggeleng, mendongak melihat Mr.T dengan lemah. "Aku lapar…" ❤❤❤ Kia menyeka bibirnya setelah menghabiskan dua porsi nasi dengan lauk ayam betutu pada sebuah rumah makan yang letaknya di dekat Pantai Kuta.  Berulang kali Mr.T membujuknya untuk mengajak dan mentraktir ke sebuah restoran mahal di bandara tapi Kia selalu menolak dengan alasan klasik.  'Aku gak mau menyusahkanmu' Tetapi yang terjadi ia makan lebih banyak dari pada dugaan Mr.T, yang sedari tadi menggeleng tak percaya. "Badanmu kecil tapi makanmu banyak." ujar Mr.T, menyudahi makan. Melihat Kia makan, membuatnya kenyang. Entah terbuat dari apa perut gadis itu hingga menghabiskan dua porsi nasi dan satu ekor ayam betutu, pikirnya. Kia menepuk perutnya pelan lalu bersendawa. Mr.T menggeleng sekali lagi. "Aku belum makan dari tadi pagi." Melirik arloji. "Dan sekarang sudah jam lima sore. Jadi wajar aku makan banyak sekarang," balasnya membela diri, kali ini ia sambungkan menyeruput habis segelas besar air es jeruk manis. Kia menunjuk piring Mr.T yang tak menghabiskan makanannya dan nasi nya yang tersisa banyak. "Kenapa kamu gak habisin? Gak doyan atau gak suka makan pedes?" tanyanya penasaran. Gak mungkin dia cuma makan melon, strawberry macaron dan oatmeal aja, pikir Kia. Mr.T menggeleng. "Aku suka Spaghetti, Pizza, selebihnya oatmeal," jawabnya santai. Dugaannya tepat ! "Apa?" Kia melotot dan sempat tertawa, "Spaghetti? Pizza? Oatmeal? Apa itu buat kamu kenyang? Lagipula Spaghetti itu makanan khas Italia. Apa kamu orang Italia?" Mr.T mengangkat dagu. "Menurutmu?" dia balik bertanya. "Sebentar, aku liat dulu," Kia memegang dagunya dan menggoyangkan kekanan dan kekiri. "Apa-apaan sih kamu," Mr.T menepis tangan Kia, tapi justru Kia mengangkat kedua alisnya. "Kan aku mau menerawang kamu.."  "Menerawang? Kamu pikir aku ini uang apa? Harus di terawang gitu," tolak Mr.T yang keberatan. "Lalu hasil terawanganmu apa?" Ia melanjutkan ucapannya sambil terkekeh. Kia tertawa. "Jiah….kamu kepo ya?!" ledeknya dan berhasil buat Mr.T menekuk wajah. "Mau tau banget apa mau tau aja?"  Mr.T mengibaskan tangan di depan wajahnya. "Lupain aja!" ucapnya dengan nada kesal. Kia mendekati dan memiringkan wajah, mengamati Mr.T lagi. "Kamu mirip Si Hardin ganteng di film After. Tapi cuma mirip! Bukan berarti kamu orang Eropa, ya kan?" Kia menunjuk hidung Mr. T yang mancung. "Ayo, ngaku aja--" "Kamu--" Mr.T menarik dan menggenggam tangan Kia hingga membuat wajah mereka berdekatan dan saling beradu pandang dengan jarak sejengkal.  Mereka saling memandang mata, hidung dan terhenti pada bibir masing-masing. 'Glek' Mereka sama-sama menelan air liur dan spontan wajah mereka merah padam.  Tiba-tiba terlintas di benak Kia dengan adegan kissing di drama serial. Seperti yang mereka lakukan sekarang. Awal adegan kissing. "Sorry," Mr.T melepaskan pegangannya lalu membuang wajah. Kia duduk manis lagi, memandang wajah Mr.T yang ganteng dan masih merona.  Karena merasa diperhatikan, Mr.T memandang Kia yang jadi gelagapan. "Ada apa di wajah ku?" "Eh?" Kia tersentak kaget dan tangannya spontan mengambil gelas yang berisi air jeruk di depannya. "Hei itu minumanku!" ucap Mr.T setengah berteriak. 'Pruut' Kia menyemburkan air jeruk tepat ke wajah Mr.T karena kaget. Mr.T mengusap wajah sambil memejamkan mata. Kia tersenyum kecut lalu berkata, "Maaf.." ❤❤❤ Naomi berjalan mondar mandir di depan villa dengan handphone yang menempel di telinganya. Berulang kali ia menggerutu dan menyebut nama Kia. "Kemana sih tuh anak? Ditelepon malah gak aktif. Nyebelin banget!" Gerutunya. Sekali lagi memencet nomor yang sama dan jawaban operator yang sama juga yang ia dengar. "Hapenya lowbet kali, Mi," sahut Dita santai yang sejak tadi melihat Naomi sambil duduk bertopang dagu. Naomi memasukkan handphone di saku celananya dan duduk di undakan tangga menuju teras bersama Dita.  Dia menghela nafas kesal sekaligus cemas memikirkan Kia yang tak tahu kabar dan keberadaannya sekarang. Kia yang mereka kenal memang bukan sahabat dari kalangan orang kaya seperti dirinya dan Dita, tapi cewek bertubuh tinggi 165 centimeter itu loyal, perhatian dan bisa diandalkan. Tapi kali ini sepertinya Kia tidak bisa tak bisa diandalkan. Telat naik pesawat dan tak memberinya kabar. Naomi memijit pelan dahinya. "Gimana kalau kita ke bandara sekarang? Siapa tau dia masih disana?" ajaknya ke Dita. Gadis manis dengan kulit eksotis itu mengangkat kedua alisnya. "Maksudnya kita ubek-ubek bandara cari dia, gitu? tanya Dita memastikan maksud baik Naomi. " Iya. Gue takut dia di culik sama sindikat bule jahat. Itu loh, bule-bule yang kerjanya cari wisatawan lokal buat di jadiin p*****r di klub malam," balas Naomi, merogoh saku celana mengambil sebungkus rokok. "Lu tau kan udah banyak yang jadi korban. Baca gak sih beritanya di medsos?" Dita tertawa kecil. "Itu hoax, Mi. Banyak cewek seumuran kita kesini selain liburan beberapa emang cari kerja yang hasilnya instan. Yah..jadi p*****r salah satunya," sahutnya. Tahu karena beberapa bule memang membawa gadis muda di villa milik orang tuanya. Tapi bukan sebagai sandera tapi teman kencan. Naomi menghisap rokok pelan lalu menghembuskan melalui hidung. " Lalu kita harus gimana? Gue gak kasih tau alamat villa lu dan.. we lost her!" Ia mengangkat kedua bahunya. Dita bangkit. "Ya udah, ayo kita pergi." "Kemana?" "Bandara." ❤❤❤ Angin laut pantai Kuta mengibarkan rambut Kia yang panjang sebahu. Ia sudah mencoba mengingat nomor handphone Naomi dan Dita tapi tetap saja gak mengingatnya dengan baik. Dan kekesalannya makin menjadi mengingat mereka belum memberitahu nama villa milik orang tua Dita. Gak mungkin ia harus menanyakan dan mengunjungi seluruh villa di pulau Bali, terlebih lagi ia tak punya uang. Sepeser pun tak punya. Bisa memenuhi makan saja hasil belas kasihan dari Mr.T. Cowok ganteng yang baru saja ia sembur wajahnya. Kia melirik ke arah Mr.T yang masih duduk di dalam rumah makan tadi. Tak jauh dari kakinya dua koper dan satu ransel ada disana. Kia berlari ke arahnya setelah Mr.T melambaikan tangan meminta untuk mendekatinya. "Ada apa?" tanyanya begitu sampai disana. Mr.T menatap serius. "Dimana kamu tidur nanti malam?" Wajah Kia memelas lalu menggeleng lesu. "Entahlah.." Mr.T bangkit, menyandang ransel di punggung, sebelah tangannya menggenggam koper. "Ayo kita pergi dari sini," ajaknya sambil berjalan menuju pintu keluar. Kia melongo. "Hei tunggu!" teriaknya dan langsung menyambar koper lalu mengikuti langkah Mr.T yang sudah berada dekat jalan raya. "Mister, kita mau kemana?" Tanya Kia, nafasnya tersengal-sengal mengejar Mr.T. "Kau pikir kita kemana? Beli bikini buat berenang di pantai?" Mr.T balik bertanya sambil membalikkan badan dengan tiba-tiba, membuat Kia memundurkan kepalanya karena kaget. "He eh," Kia mengangguk. "Mungkin kamu memang mau liat tubuh seksiku," tuduhnya sambil menyipitkan mata. Mr.T tertawa, melihat Kia dari ujung kaki sampai kepala. "Kau bilang tubuhmu seksi? Sepertinya selain membeli hape, kau juga harus membeli cermin besar, Nona?" ujarnya meledek. "Tinggi badanmu pasti gak lebih 165 centimeter, berat 50 kilogram dan ukuran d**a 34. Kau bilang tubuhmu seksi? Hahahaha.." Ia tertawa terbahak-bahak menertawai Kia yang mencibir tak setuju. "Berhenti menertawaiku. Biar gini-gini banyak cowok yang sudah aku tolak!" Kia membela diri, ia memang tak seseksi Ariel Tatum atau Kylie jenner, tapi sudah beberapa kali cowok ia tolak cintanya. Dan ia bangga. "Tolak?" Mr.T mengangkat alisnya sebelah. "Aku yakin cowok yang menembakmu itu b******n kelas teri yang mau mengisi namamu di daftar koleksi cewek yang dia tidurin? Bukan begitu, Nona?" tebaknya lagi. "Kia, namaku Kia Keira. Berhenti memanggilku Nona! Aku bukan majikanmu dan kau bukan asistenku!" protes Kia yang risih dipanggil 'Nona' sejak dari naik pesawat.  Melihat Kia gusar membuat Mr.T tertawa terbahak-bahak lagi. Sementara Kia mendengus kesal lalu  melangkahkan kakinya dan berjalan cepat meninggalkan Mr.T yang masih tertawa. "Hei kau mau kemana?" teriak Mr.T, menghentikan tawanya. Kia berhenti lalu berbalik dan terdiam sebentar. "Tidak tahu. Memangnya kita mau kemana?!" ia menjawab dan balik bertanya setengah berteriak hingga mengundang beberapa bule memperhatikan mereka. Mr.T berjalan mendekati Kia yang berada di timur. "Hotel," jawabnya pelan dengan senyum sinis. "Apa?!" ❤❤❤ Dita menghampiri Naomi yang duduk di sebelah mesin minuman otomatis dekat pintu kedatangan. Di tangannya sudah menggenggam sebotol air mineral yang sudah ia habiskan setengah. Dita menyambar botol mineralnya lalu minum sampai habis. "Dimana lagi kita harus cari dia, Dit?" tanya Naomi putus asa. "Panggil lewat customer service, udah. Ngubek-ngubek disini sama ngecek toilet juga udah. Hadeuh..capek gue, Dit!" keluhnya melirik Dita berjalan ke arah tempat sampah yang membuang botol kosong. "Gak tau gue, Mi. Kalau dia nyasar pasti telpon kita. Tapi ini--" Dita berhenti bicara dan duduk disamping Naomi, menggeleng putus asa. Naomi setuju, semua usaha sudah mereka lakukan untuk menemukan Kia tapi nihil hasilnya. "Terus sekarang kita harus gimana? Lanjut nyari dia?" tanyanya, pandangannya fokus melihat pengunjung yang baru saja keluar dari gerbang kedatangan. Dita melirik arlojinya. "Kita pulang aja, Mi," Ia bangkit dan melirik Naomi. "Kalau besok gak ketemu juga, terpaksa dia gue laporin ke polisi." sambungnya lagi. "Kok ke kantor polisi?" tanya Naomi mengejar langkah Dita menuju tempat parkir. Dita berbalik menatap Naomi serius. "Ya. Sebagai orang hilang." ❤❤❤ "Gimana? Kamu suka?" tanya Mr.T melirik Kia yang membuka pintu kamar satu persatu lalu mengangguk.  "Ya. Kita ambil yang ini aja," seru Kia memasuki kamar lalu menyibak gorden jendela. "Wow, pantai." ia berdecak kagum melihat pemandangan pantai Kuta. Kia menoleh ke arah Mr.T yang berdiri dan bersandar dekat pintu. "Aku suka sama tempat ini. Selain kamarnya ada dua, a view dari jendela juga bagus dan juga--" "Kamar mandinya satu," potong Mr.T, menegaskan Kia lagi. Selama lima kali mengunjungi hotel, gadis itu menolak dengan alasan sama. Hanya satu kamar ! Kia menolak satu kamar dengannya bahkan ketika ditawarkan menyewa dua kamar tetap saja dia menolak dengan alasan yang sama seperti mengajaknya makan ke restoran mahal.  'Aku gak mau menyusahkanmu'. Dan, ditempat inilah Kia menyetujui.  Sebuah villa sederhana yang isinya memiliki dua kamar, satu kamar mandi, ruang tamu dan dapur. Dengan bangunan yang keseluruhan materialnya terbuat dari kayu menambah nilai plus dari villa yang letaknya hanya dua kilometer dari pantai Kuta tersebut. A view dari jendela juga bisa melihat indahnya pantai kuta, bahkan tanpa perlu ke pantai. Pemandangan sunrise dan sunset bisa mereka lihat jelas dari sana. Kia mengangguk setuju. "Gak apa-apa. Aku sudah terbiasa berbagi kamar mandi dengan teman-teman satu kost an di Jakarta," terangnya yakin.  Mr.T melangkah mendekati Kia. "Oke, deal. Kita sewa villa ini. Tapi dengan catatan kalau kau menyesal, silahkan kau pergi dari sini dan aku gak akan membantumu lagi. Deal?" ia mengulurkan tangan dan tanpa ragu Kia menyalami Mr.T sambil tersenyum lebar. "Deal!" jawab Kia. Mr.T melepaskan genggamannya. "Oke, kalau begitu ini kamarmu dan kamarku di samping. Sebaiknya kau bereskan barangmu. Aku mau ke kamar dulu," ucapnya, beranjak dari sana menuju kamar sebelah yang ukurannya lebih luas. Kia menyeret koper kedalam kamar, mengeluarkan pakaian dan memasukkannya ke dalam lemari.  Sembari membereskan baju ia bersenandung menyanyikan lagu Shawn Mendes dan Camila yang berjudul Senorita. Baru memasuki bagian reff lagu, ia tersenyum sendiri mengingat pertemuannya hari ini bersama bule ganteng, Mr.T. Entah bagaimana nasibnya sekarang jika tanpa pertolongan Mr.T mungkin kelaparan atau menjadi gembel di bandara. "Ya, bandara! Kenapa aku harus menyetujui ajakan dia menginap di villa ini? Bukannya lebih baik kalau aku pinjem uang dia buat naik pesawat ke Jakarta?" gumamnya dan terdengar masuk akal. Kia gak tahu harus darimana mencari Naomi dan Dita. Semua petunjuk ada pada handphonenya yang sudah menjadi barang rongsok, sementara dompetnya sudah beralih tangan pada bapak-bapak yang menyenggolnya. Huft...dia buntu dan sepertinya liburan kali ini gagal total hingga tak ada alasan lagi untuk berlama-lama di pulau Bali. Tak punya saudara, kehilangan sahabat dan tempat mengadu, kecuali Mr.T. Karena tak ada tujuan lagi di Bali dan tak mau menyusahkan bule ganteng, Kia memutuskan memasukkan kembali baju kedalam koper dan harus pulang ke Jakarta besok ! "Aduh...gatel." Kia menggaruk tangan dan kakinya. "Kayaknya aku harus mandi dulu deh." gumamnya, bangkit dan beranjak dari kamar. "Mudahan ada air angetnya."  Langkah Kia berhenti di depan pintu kamar mandi, dia tersenyum membayangkan berendam di sebuah bathtub dengan air hangat. "Aku datang, air hangat." 'Ceklek' Kia membuka pintu sambil tersenyum lebar. Dan perlahan senyumnya memudar melihat Mr.T berdiri telanjang di bawah pancuran. "Aaaakh…!!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD