Elzio - El

1240 Words
Tidak ada yang tau sisi terdalam seorang Elzio Zaka Sukomulyo, termasuk tunangannya sendiri. Di satu sisi Elzio bisa bersikap manis, lembut, penuh kasih dan cinta tapi di sisi lain ia bisa berubah menjadi seseorang yang tidak punya hati, perasaan, penuh amarah dan benci saat sesuatu yang dicintainya direnggut paksa dari sisinya. Selama ini selalu sisi baik yang ditampilkan Elzio di depan wanita yang dicintainya, sanak keluarga dan kenalannya tapi saat suatu tragedi terjadi sisi baik itu seakan tidur dan menghilang lalu berganti menjadi sisi jahat. Semua bermula saat Elzio harus menerima kenyataan pahit tunangannya meninggal karena sebuah kejadian memilukan. Elzio menyimpan dendam dan berniat menghancurkan orang yang membunuh tunangannya bahkan ia tidak peduli saat wanita itu meminta ampun dan bersujud di kakinya. Bagi Elzio, kematian wanita itu adalah obat dari rasa sakit di hatinya tapi mati dengan cara mudah tidak bisa membalas sakit hatinya, ia ingin wanita itu mati perlahan di depan matanya. Kisah Elzio bermula lima tahun yang lalu. **** Lima tahun yang lalu. Beberapa kali aku melirik jam di tangan untuk menghitung berapa lama waktu yang dihabiskan Hanny untuk mengoceh, seperti biasa Hannya akan sangat marah kalau aku tidak pulang dan menghabiskan waktu di kantor. "Sayang, kamu dengarin aku kan?" Tanyanya dengan wajah cemberut, ah betapa cantiknya dia saat wajahnya merengut itu. "Denger kok, kamu nggak suka kan aku seharian di kantor. Sesibuk-sibuknya aku wajib pulang ke rumah," balasku mengulang lagi ucapannya tadi. Hanny menghela napas dan meletakkan tangannya di pinggang sambil menatapku tajam. "Kamu ini, aku bawel saja nggak didengerin apalagi kalau aku nggak peduli kamu pulang atau nggak, mungkin bisa-bisa kamu bawa semua baju kamu ke kantor," ujarnya dengan mulut semakin mengerucut. Astaga, rasanya aku ingin membungkam mulutnya hari ini agar dia berhenti mengoceh. "Iya iya, aku salah sayang." Aku mendekatinya dan memeluknya erat. Hanny mencubit pelan pinggangku dengan jari mungilnya. "Nakal." Hanny Putri Dirgantara, wanita yang berhasil membuat seorang Elzio Zaka Sukamulyo bisa tunduk dan mencintai seorang wanita, sampai umurku menginjak 26 tahun aku tidak pernah jatuh cinta atau pun mencintai seorang wanita. Hingga suatu hari aku bertemu Hanny tanpa sengaja dan sikap acuhnya membuatku langsung jatuh cinta. Dua tahun aku berjuang dan akhirnya aku bisa menaklukkan hatinya. Kami berpacaran selama dua tahun dan akhirnya dua bulan lalu kami bertunangan. Hanya saja rencana pernikahan belum sempat kami bahas karena Hanny masih menunggu orangtuanya pulang dari Sidney. "Sayang ... Ada kabar baik loh, kamu sih bikin aku sewot terus dan lupa kalau aku ada kabar baik untuk kamu, orangtuaku seminggu lagi pulang dan sesuai rencana setelah mereka pulang kita bisa bahas pernikahan," ujarnya. "Oh ya? Seminggu lagi? Ya sudah kabari saja aku kalau sudah waktunya aku datang untuk membahas pernikahan," balasku. Hanny mengangguk lalu mengaitkan tangan kanannya di tanganku, kami pun bercerita sepanjang jalan menuju restoran untuk makan siang. **** Entah sudah berapa lama aku tertidur dan saat mata terbuka hal pertama yang aku lihat adalah bayanganku melalui cermin yang terpasang di dinding. Aku turun dari ranjang dan berjalan menuju cermin itu, aku berhenti tepat di depan cermin itu. Aku memegang daguku sambil menatap cermin tanpa berkedip. "Kamu lemah, Elzio." Ujarku dengan senyum seringai. "Seharusnya aku yang menguasai tubuhmu, aku tidak lemah dan bodoh seperti dirimu ... Tidurlah Elzio, biarkan malam ini El menguasai tubuhmu ini. Seminggu lagi tubuh ini akan terikat tali bernama pernikahan, ah menyebalkan! Seharusnya malam ini aku bersenang-senang dengan pelacur." Aku kembali tersenyum sinis. El, sisi jahat yang ada di dalam diri Elzio. Setiap malam El muncul setelah Elzio tertidur pulas, malam ini aku mengambil alih tubuh Elzio agar bisa bersenang-senang sebelum Elzio menikah dengan wanita bodoh itu. Elzio terlalu sentimentil dan mencintai wanita itu hingga tidak sadar dia bersikap lemah. Orang lemah hanya akan ditindas dan aku sebagai sisi jahat Elzio hanya bisa membalas saat jiwa Elzio sedang kosong. Aku masuk ke sebuah ruang rahasia yang  hanya aku dan Tuhan tahu tempatnya. Di dalam ruangan itu terdapat banyak barang milikku dalam identitas sebagai El seperti baju, senjata api, pisau, dompet berisi identitas diri El dan berbagai macam barang lainnya. Aku bosan melihat Elzio memakai jas, dasi dan kemeja. Aku menarik jaket kulit warna hitam, menyisir rambutku berbeda dengan sisiran rambut Elzio serta menyimpan senjata api seandainya aku butuh untuk membela diri. Ponsel khusus yang terdapat di laci tiba-tiba berdering. Ada nama madam Seroja muncul di layar ponselku. "Ada apa?" "Wanita yang anda cari sudah saya temukan, Tuan El." "Bagus, sebentar lagi saya datang. Jangan biarkan satu jari pun menyentuhnya." "Baik, Tuan El." Aku menyimpan ponsel itu lagi dan bergegas keluar dari ruang rahasia milikku. **** Madam Seroja membawaku ke ruang VVIP, aku masuk dan melihat seorang wanita sedang duduk di ujung sofa dengan wajah menekuk ke bawah. Mendengar kedatanganku, wanita itu mengangkat wajahnya dan matanya sembab serta ada bekas darah di ujung mulutnya. Matanya menatapku penuh ketakutan serta penuh airmata. Dasar wanita bodoh. Dia pikir menangis bisa lepas dari tanganku. Aku melihat ke arah madam Seroja, madam Seroja mulai gugup. "Maaf Tuan, wanita itu berniat lari dan saya terpaksa menyiksanya agar berhenti berulah. Kalau Tuan ingin mengganti dengan p*****r baru ..." Aku mengangkat tangan agar madam Seroja berhenti mengoceh. "Masih perawan?" "Masih Tuan, saya membelinya dengan harga mahal. Tuan tidak akan kecewa dengan pilihan saya kali ini," balasnya. Aku menyunggingkan senyum sinis. Tubuh Elzio hanya boleh menyentuh wanita perawan, aku harus menjaganya agar tidak tertular penyakit kelamin. "Bagus, keluar dari sini." Usirku. Madam Seroja pun mengangguk lalu keluar dari ruang VVIP, aku mendekati wanita itu tapi aku tidak berniat langsung menidurinya. "Siapa namamu?" Tanyaku. Hening. "Aku bertanya sekali lagi, siapa namamu?" Tanyaku dengan nada mulai tinggi. Aku benci diabaikan. Wanita itu menatapku sendu. "Lepaskan saya, Tuan. Saya dijebak teman saya ... Saya bukan p*****r," ujarnya dengan tangan menyatu agar aku iba lalu melepaskannya. "Siapa namamu? Kamu tuli?" Nadaku semakin naik. "Maaf Tuan ... Nama saya ... Caroline," balasnya dengan suara bergetar. Caroline. "Ke sini," aku memberi kode dengan jariku agar dia datang mendekatiku, awalnya dia enggan tapi tatapanku yang semakin tajam membuatnya takut lalu dia mendekatiku. Wanita itu berdiri di depanku. Tubuhnya mulus dengan p******a besar dan menantang, hanya saja bekas siksaan Madam Seroja membuatnya sedikit ternoda. Aku sangat menginginkan wanita ini menjadi milikku malam ini. "Lepaskan saya, Tuan." Pintanya lagi. Aku duduk di sofa dan menatapnya dari atas sampai ke bawah, sisi laki-lakiku mulai berkedut dan butuh dilampiaskan malam ini. "Saya sudah membayar sangat mahal nona Caroline, melepaskan kamu hanya akan membuat saya kehilangan uang." "Saya akan membayar Tuan." Aku tertawa lepas. "Dengan apa? Uang? Andai kamu punya uang, mungkin hari ini kamu tidak akan  berakhir di rumah p*****r  nona manis. Hanya tubuh indahmu yang bisa menolongmu hari ini. Lepaskan bajumu!" Perintahku. Sudah cukup basa basi busuk ini. "Tidak." "Lepaskan atau saya yang akan melepaskannya!" Perintahku dengan kejam. "Lebih baik saya mati, Tuan!" Ujarnya dengan suara bergetar, dia berbalik lalu mengambil sebuah botol minuman lalu memukulnya ke ujung meja hingga pecah, dia mengarahkan pecahan botol itu ke arahku. "Lepaskan saya! Atau saya akan menusuk Tuan dengan botol ini!" Ancamnya. Suara berisik membuat pintu terbuka, dua penjaga Madam Seroja muncul dari balik pintu. Aku memberi kode agar mereka keluar, "saya bisa menyelesaikan masalah kecil ini, tutup pintu dan jangan masuk sampai saya izinkan." Perintahku. Dua penjaga itu lalu keluar, aku berdiri dari sofa dan berjalan menuju pintu. Aku mengunci pintu agar tidak ada lagi pengacau masuk ke dalam dan menganggu permainan ini. Wanita bodoh! Sekali saja dia merasakan tubuh Elzio dijamin dia akan  bertekuk lutut. "Buka pintunya! Saya mau pergi!" Ujarnya masih mengarahkan botol itu ke arahku. "Kamu pikir benda itu akan menghentikan saya untuk merasakab tubuhmu? Kamu merendahkan saya, nona Caroline!" Aku membuat gerakan dan pertahanannya langsung melunak dan aku langsung merebut botol itu dari tangannya. Dia meronta dengan sekuat tenaga. Aku semakin terangsang saat merasakan tubuhnya menyatu di tubuhku. "Lepaskan! Lepaskan saya!" Aku menariknya menuju ruang khusus dan melemparnya ke arah ranjang. "Malam ini kamu menjadi milikku, nona Caroline." ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD