2- Awal Pertemuan

1003 Words
Sesampainya di supermarket, Faizal segera memarkir motor matic milik Luisa lalu dengan sigap mengambil trolley. Membuat Luisa menghela nafas dengan pasrah karena pada akhirnya rencana belanja bahan membuat kuenya diganggu oleh makhluk astral itu. “Coba listnya apa aja. Biar aku bantu cari.” Ucap Faizal sambil menengadahkan tangannya. Luisa menyerahkan ponselnya yang membuka aplikasi note, ia mencatat semua kebutuhannya disana. Agar lebih praktis. “Kan kamu udah punya nomor aku. Gak usah minta lagi. Masih sama kok.” Ledek Faizal membuat Luisa mencebikkan bibirnya. Ia memang suka sekali menggoda gadis itu. Bibir mungil Luisa saat dimanyunkan sungguh terlihat menggemaskan.” Canda doang, baby Lui.” “Terserah!” Luisa merasa lebih aman membalas setiap kalimat gak penting dari Faizal dengan kata “terserah”. Biar cowok itu menganggapnya mengalah, gak apa-apa deh daripada urusannya makin panjang. Faizal memperhatikan tulisan di ponsel Luisa sambil mendorong trolley menuju rak-rak tempat bahan kue. Ia pun mulai mengambil bahan-bahan yang di list disana sesuai dengan yang ada.” Gini doang.” Ucapnya saat satu persatu bahan tersebut ia dapatkan. Luisa hanya mengikuti dibelakangnya, seperti bodyguard. “Kamu jangan dibelakang dong. Sini disamping aku biar kita berasa kayak pasangan pengantin baru yang lagi belanja bulanan.” “Mimpi!” Luisa malah berjalan cepat mendahului Faizal. Pria itu hanya geleng-geleng kepala. Biasanya setiap gombalan Faizal akan sangat “ngena” kalo digunakan ke gadis-gadis lain selain Luisa. Tapi Luisa memang berbeda. Menaklukan hati gadis mandiri ini ternyata sangat sulit. Sayangnya Faizal bukan tipe pria yang mudah menyerah. Setelah mendapatkan semua bahan yang dibutuhkan, Luisa segera mengambil alih trolleynya dan mendorongnya kearah kasir. Sebelum keburu Faizal sok gentleman membayarkan semua belanjaannya. Luisa gak mau dikira “aji mumpung”. Ternyata Faizal tak terlalu memaksa seperti yang dipikiran Luisa. Buktinya pria itu menunggu diluar supermarket. Tepatnya di kursi-kursi yang berjejer. Pria itu malah memainkan ponselnya. Luisa diam-diam menghembuskan nafas lega. Kalo anteng gitu kan keliatan gantengnya. Eh? “Faiz? Kamu ngapain disini?” Suara yang cukup jauh itu terdengar juga sampai di telinga Luisa yang sedang membayar belanjaannya. Gadis itu menoleh pada pria dengan rambut hitam dan gaya potongan rambut quaff. Terlihat rapih dengan kemeja dan celana bahannya. Dia mirip-mirip juga dengan artis India, Sidhart Malhotra. Tampangnya agak dingin, gak tengil seperti Faizal. “Siapa tuh?” Tanya Luisa pada dirinya sendiri. “Di supermarket ya belanja lah, masa dugem.” Balas Faizal dengan cuek lalu kembali memainkan ponselnya. Agak ragu Luisa menghampiri Faizal karena ia sudah selesai. Berbarengan dengan seorang gadis juga yang baru selesai di kasir tepat disamping Luisa. Membuat keduanya seakan menuju ke orang yang sama. Gadis berambut hitam yang diombre warna ungu itu ternyata menghampiri pria di depan Faizal. Ia langsung menggamit pria itu, sangat menempel membuat Faizal jijik melihatnya. “Hai, Faiz!” Sapa gadis itu dengan senyum lebarnya. Tapi Faizal malah cuek, sangat berbeda dengan sikapnya pada Luisa. “Eh, baby Lui. Udah belanjanya?” Faizal malah nyuekin sapaan gadis itu dan menyapa Luisa yang menghampirinya. “Siapa tuh? Pacar?” Tanya gadis itu dengan tatapan meremehkan. Memang dibanding penampilan gadis itu yang mengenakan dress kurang bahan serta highheels dan tas branded yang dibawanya, sangat berbeda jauh dengan Luisa yang mengenakan celana jeans serta blouse dan ditutupi sweeter warna hijau tosca yang kebesaran. “Calon istri.” Balas Faizal dengan bangga, membuat Luisa melotot disampingnya. Gadis itu bahkan menyikut pinggangnya tapi ia malah memberi kode pada Luisa untuk diam. Pria yang berada disebelah gadis itu pun ikut memperhatikan Luisa. Ia tampak menilai dan mungkin sama merendahkannya seperti gadis disampingnya.” Jangan lupa ntar makan malam sama Ayah.” Ucapnya yang kemudian menatap Faizal lagi. Seakan tak menganggap Luisa ada. “Udah tau.” Balas Faizal, cuek.” Yuk, baby Lui. Kita balik.” Ia menggamit tangan Luisa dan tangan satunya mengambil alih belanjaan gadis itu yang cukup banyak. Entah kenapa Luisa enggan memberontak saat itu. Padahal biasanya diledek Faizal aja ia akan kesal setengah mati, apalagi tiba-tiba digandeng seperti ini? Sepertinya otaknya agak konslet karena melihat keangkuhan dua orang tadi serta  suasana yang mendadak terasa sebeku es kutub utara itu. Beruntung Luisa tak berlama-lama berada didekat mereka. “Tadi kakak aku.” Ucap Faizal seakan menjelaskan. “Oh.” Pantesan mirip. Sama-sama keliatan blasteran lagi. “Itu tadi ceweknya. Malesin. Kaya sih emang tapi sombong.” Faizal bergidik ngeri membayangkan gadis yang bersama kakaknya tadi.” Gayanya selangit.” “Nyinyir aja tuh mulut!” Balas Luisa yang merasa tak mau tau urusan pribadi keluarga Faizal. “Kenyataan, baby Lui!” “Dibilang jangan panggil kayak gitu!” Luisa kembali sadar dengan kehidupannya juga tentang Faizal yang super nyebelin didepannya ini. “Tadi diem aja dipanggil gitu.” Faizal mencebikkan bibirnya dengan gaya manja. Tapi malah membuat Luisa mual. “Tau ah! Cepetan! Aku mau pulang nih.” “Yah! Ke kampus dulu dong kan mobil aku disana, baby Lui.” Luisa mengusap wajahnya dengan kasar.” Siapa suruh ikut kesini, bambang?!” “Aku Faizal, bukan Bambang!” “Sabodo teuing ah! Pulang aja sana pake taksi kek, apa kek!” “Jahat ih. Udah ditemenin juga.” “Gak ada yang minta!” Luisa merasa batas kesabarannya akan segera habis jika berlama-lama disamping Faizal seperti ini. Dan pria itu seenaknya menganggapnya calon istrinya didepan kakaknya tadi? Astaga! Membayangkan seumur hidup bersama pria seperti Faizal, pasti Luisa akan gila di tahun pertama pernikahan mereka. Amit-amit! ……………. Setelah mengantar Faizal ke kampus akhirnya Luisa bisa pulang ke rumahnya dengan tenang. Untunglah pria itu gak sampai ngebuntutin Luisa ke rumahnya. Bisa-bisa Ayahnya akan bertanya macam-macam. Jangan sampai Ayahnya dibuat gila juga seperti Faizal. “Loh, Ayah udah pulang?” Tanya Luisa saat membuka pintu rumahnya. Pantas saja tadi ia menemukan mobil sedan Ayahnya yang terparkir di halaman rumah mereka. Biasanya Ayahnya akan pulang agak malam atau sore. Tapi ini masih siang. “Iya.” Ucap Deri, Ayahnya Luisa dengan wajah lemas. “Ayah kenapa? Ayah sakit?” Luisa segera meletakkan belanjaannya di lantai dan menghampiri Ayahnya yang tengah duduk di sofa. Wajah Deri memang tampak pucat, tapi pria tua itu berusaha tersernyum sebisanya. Yang malah membuat Luisa semakin khawatir.” Maaf.” “Kenapa, Ayah?” Luisa tampak cemas. Ia memegangi tangan Deri dengan kuat, takut terjadi apa-apa pada Ayahnya yang memang mempunyai penyakit jantung itu. Ia takut kehilangan satu-satunya orang yang ia miliki di dunia ini.” Ada masalah apa?” “Ada perusahaan yang membatalkan kerja samanya dengan perusahaan kita. Karena kesalahan kecil, jadi perusahaan Ayah akan bangkrut.” Ucap Deri dengan suara tertekan. Seperti menahan tangisnya. “Terus gimana, Ayah? Apa gak ada cara lain?” “Sahabat Ayah mau bantu tapi dengan syarat.” “Apa syaratnya, Yah?” “Kamu harus menikah dengan anaknya.” Ucap Deri sambil menatap Luisa penuh harap. Membuat gadis itu tidak mungkin menolaknya. “Baiklah. Kalo itu bisa bantu Ayah. Luisa siap.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD