Peramal

1315 Words
Gemuruh tombak yang ditumbuk ke tanah disertai sorak sorai para prajurit meneriakan nama Raja Tertinggi mereka. “Orion! Orion! Orion!” Kemenangan kembali diraihnya setelah merebut wilayah Corinth yang menjadi perbatasan dengan suku Arcadia. Tak ayal nama Orion kian menggema. Tentu saja, tidak ada yang menginginkan berurusan—terlebih membuat sang Raja murka. Dan apabila ia telah menunjuk satu wilayah maka bisa dipastikan tak butuh waktu lama untuk menjadikan daerah tersebut berada di bawah kekuasaannya. Orion menggerakan tangan sebagai isyarat, kemudian hening. “Hari ini, kita kembali menjadi pemenang. sekarang waktunya menikmati hasil yang kalian dapatkan.” Lagi-lagi teriakan bergemuruh.  Sebagai prajurit yang berada di pihak pemenang, mereka biasanya akan mengambil barang rampasan yang ada di tubuh mayat-mayat yang tergeletak. Tak sedikit pula dari mereka yang justru memasuki pemukiman kecil untuk mengambil wanita-wanita dari wilayah tersebut sebagai pemuas nafsu. Orion duduk di kursi utama, tertawa bahagia dan bangga atas pencapaianya. “Yang Mulia sudah menguasai sepertiga dari seluruh daratan Yunani.” Bazyli mengangkat cawan yang telah berisi kykeon yakni minuman istimewa yang telah terkenal seluruh penjuru negeri sebagai minuman magis dan hanya diminum oleh orang-orang berkedudukan khusus. “Kita hanya perlu menaklukan wilayah Arcadia,” ujarnya lagi. “Itu mudah. Prajurit andalan kita tidak perlu turun tangan jika hanya menghadapi mereka,” jawab Orion jumawa. “Suku Arcadia mungkin tidak memiliki kerajaan seperti wilayah yang sudah kita taklukkan, tapi mereka semua mempunyai keahlian memburu, pandai besi, juga mereka terkenal sebagai para petarung.” Menurut berita yang didapat oleh Bazyli, sebagai jendral perang pantang baginya untuk meremehkan kekuatan musuh berapa pun jumlahnya. “Kenapa? Kau terlihat tidak seperti biasanya … Paman.” Orion lantas mengambil kembali cawan berisi kykeon. Seorang wanita berparas cantik yang menjadi dayang pendamping dengan peka dan cekatan meraih anggur serta menyuapinya pada sang Raja. “Di mana Antares?” Orion memperhatikan kerumunana para prajurit di meja-meja lain. Jika Bazyli merupakan Jendral Perang, sekaligus pamannya yang paling berjasa karena telah membantu Orion melakukan kudeta dan merebut kerajaan dengan membunuh ayahnya sendiri. Maka Antares adalah tangan kanan Orion. Orang yang selalu ia andalkan dalam banyak hal dan ia percayai melebihi pamannya. “Bukankah Yang Mulia mengutusnya ke sebuah tempat untuk membawakan seseorang?” Bazyli mengingatkan. “Ah, kau benar. Mari kita tunggu kedatangannya sebentar lagi.” ***** Jubah merah kelam itu berkelebat mengikuti gerakan Antares yang tengah menyerang musuh, kemudian menghindar sebelum kembali berputar dan menebaskan pedangnya. Seketika lawan pun tumbang. Sebuah teriakan terdengar dari arah belakang. Sebelum pria muda itu sempat mengayunkan pisau yang dia ambil dari kepala korban, Antares berbalik secepat kilat. Sebilah pedang tajam sudah lebih dulu mendarat tepat di leher musuh. Hanya butuh pergerakan kecil dari Antares, maka pria muda dengan rambut pirangnya itu akan kehilangan nyawa. Menyadari hal tersebut, pisau yang dipegangnya pun jatuh. Tubuhnya menggigil ketakutan. “Di mana Vadlles?” tanya Antares tanpa basa-basi. Tujuannya ke sini adalah untuk memenuhi perintah Raja Orion agar membawa sang Peramal ke istana. Hanya saja memang tidak mudah untuk membawa sosok tersebut karena tempat tinggalnya dijaga oleh pengawal kerajaan setempat. “Tuan … Tu-Tuan Guru.” Pria muda tersebut berkata sambil bergetar, keringan dingin tampak membahasi pelipisnya. Antares bahkan bisa melihat dengan jelas bagaimana celana si rambut pirang ini basah karena ketakutan. “Ada, Tuan Gu-Guru ada di ruang kerjanya. Di-di sana.” Antares tersenyum karena pria muda ini tahu bagaimana cara menyelamatkan diri, maka ia pun membiarkan musuhnya kabur sejauh mungkin. Sedangkan ia hanya melihat dari tempatnya berdiri, pemuda itu lari tunggang langgang. Tanpa menoleh sama sekali dan tak peduli pada nasib gurunya. Guntur menggelegar. Seburat kilat menampilkan sekilas raut wajah Antares dengan rambut kecokelatan dan warna mata serupa. Di tangan kirinya mengalir darah dari luka perperangan tadi dan  bagian kanan memegang pedang yang juga telah ternoda darah korban. Petir menyertai langkahnya yang mulai memijak anak tangga, lalu mendobrak pintu dengan mudah. Tampaklah di sana seorang pria paruh baya dengan rambut yang sudah memutih tengah duduk menatap Antares bersama ketakutan yang berusaha disembunyikan. Antares mengacungkan ujung pedangnya leher pria tua tersebut. “Vadlles?” ***** Pesta sudah hampir usia, jika bisa dikatakan demikian. Sebagian besar prajurit tak sadarkan diri karena terlalu banyak meminum alkohol. Ada yang meracau tidak jelas, pun ada yang terkapar di sembarang tempat seperti di lantai, di dekat pilar, atau di atas meja. Setidaknya begitulah penampakan yang Antares lihat ketika ia bersama pasukannya membawa Vadlles ke hadapan Raja Orion. “Oh, Antares. Kau sudah kembali,” sambut Orion gembira. Antares menaruh kepalan tangan kanannya di d**a kiri sebelum menunduk sebagai bentuk penghormatan. “Saya sudah membawa seseorang sesuai perintah Yang Mulia Raja.” “Aku tahu kau mampu.” Orion turun dari kursinya dan menghampiri Antares untuk menepuk pundak lelaki itu. “Kau memang selalu dapat diandalkan.” Kemudian anak buah Antares mendorong tawanan mereka sebelum kemudian melepas penutup kepala. Orion menghampiri lelaki tua itu. Membantu membuka ikatan pada tangan Vadless. “Mulai sekarang kau adalah peramal dari kerajaan Bizandium milikku. Jika kau melarikan diri, maka aku anggap sebagai pengkhianat. Tahukah kau apa hukuman bagi para pengkhianat di kerajaanku ini?” Orion tersenyum penuh makna ke arah Vadlles sebelum menjatuhkan simpul terakhir. Kalimat itu jelas sebuah ancaman dan Vadlles tidak punya pilihan selain menerima tawaran tersebut. Raja Orion lalu menunduk sedikit, membisikan sesuatu ke telinga Vadlles hingga pria tua itu kian gemetar. Setelahnya, Orion kembali ke tempat duduk lalu memberi isyarat. Antares menendang satu kaki Vadlles hingga membuat pria tua itu berlutut, kemudian mengangkat wajah Vadlles dengan ujung pedangnya.  “Kau tahu bukan berapa banyak nyawa yang aku dan pasukanku bunuh untuk merebut wilayah Corinth hanya untuk membuatmu menjadi salah satu orangku?” Orion mengulurkan cawan kosong, dengan cekatan dayang di sisinya langsung menungkan minuman. “Aku dengar kau adalah seorang Mantosune paling terkenal di daratan Yunani.” Mantosune adalah sebutan untuk peramal yang mampu membaca masa lalu dan masa depan. “Aku ingin kau membuktikannya. Ramal aku!” titahnya. “Aku ingin tahu seberapa besar kekuasaanku dan seberapa lama bertahan. Dengan kata lain, bagaimana caranya agar aku dapat menjadi Raja Abadi.”  Tak lama kemudian pengawal lain membawa peralatan meramal Vadlles ke hadapan pria tua itu. Selembar kulit sapi betina, sebilah belati dengan ukiran rumit, sebuah botol berisi air khusus, juga tujuh batu dengan bentuk abstrak dan berbagai warna. “Yang Mulia, sepertinya Anda belum tahu. Selain ini semua saya masih membutuhkan hal lain.” Orion menarik satu sudut bibirnya dan kembali memberi isyarat. Lalu seekor kucing hitam turut dibawa ke sana. “Sekarang, bisakah kau mulai hieromancy-nya?” Vadlles pun akhirnya tidak bisa punya pilihan selain memulai ritualnya atau kepalanya kan dipenggal dan tubuhnya kan dijadikan makanan pada hewan buas peliharaan Antares. Setelah ia merapal mantra dengan ketujuh batu di genggamannya, Vadlles mengambil belati, mencekik leher kucing hitam itu dengan brutal untuk kemudian membelah perutnya hidup-hidup dan mengeluarkan hati hewan tersebut. Semua yang ada di sana terdiam. Perhatian mereka tertuju pada Sang Peramal yang lantas menaruh hati di atas kulit sapi betina, lalu batu tersebut dilempar ke atasnya dan terakhir menyiram semuanya dengan air khusus. Hati tersebut berasap terkena percikan air, tujuh batu ikut bersinar, dan di atas kulit sapi betina itu muncul sebuah simbol. “Apa artinya itu?” tanya Orion. Keringat membasahi seluruh wajah Vadlles.  “Yang Mulia.” Ada sedikit keraguan yang terlihat dari raut wajah pria tua itu. “Anda bisa menjadi penguasa terbesar dalam sejarah dan kehidupan Yang Mulia akan lebih panjang dari sungai Kizilirmak jika.…” “Jika apa?” Orion mulai tidak sabar.  “Jika Anda mengambil seluruh putri dari kerajaan yang pernah anda taklukan sebagai persembahan kepada Dewi Athena. Juga, Anda harus menikahi seorang  gadis lajang dengan sebuah tanda.” Vadlles lalu menggeser batu serta hati kucing yang ada di atas kulit sapi. “Seperti ini.” *****  To Be Continue Glosarium :  Hieromancy ialah sebutan untuk ritual atau cara meramal di masa itu Sungai Kizilirmak adalah  sungai berwarna merah muda terpanjang di perbatasan Turki.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD