Part 2

1148 Words
Freya hanya mengenakan dress selutut warna tosca yang dibalut dengan jaket jeansnya ketika keluar dari rumah. Untungnya rumahnya sudah mulai sepi pertanda penghuninya sudah terlelap. Termasuk kamar Nayara yang tepat berada disebelah kamarnya. Tentu saja karena sekarang sudah lewat tengah malam. Tidak mungkin adiknya yang tukang molor itu masih bangun jam segini. Dengan langkah pelan dan hati- hati, Freya menuruni anak tangga menuju lantai dasar rumahnya dan keluar melalui pintu belakang karena hanya pintu itu yang tak menimbulkan suara berisik serta ia telah menyimpan kunci cadangannya. Ia pun langsung keluar dari rumahnya menuju halaman depan rumah, lalu keluar dari gerbang samping rumahnya. Sebelumnya ia sudah memesan taksi online yang sudah menunggunya didepan gerbang utama. Ia pun segera masuk kesana dan pergi menuju club malam tempat Sabian berada saat ini. “Gayanya sok meeting diluar kota padahal dia lagi main- main sama p*****r,” Freya berbisik kecil membuat supir didepannya sekilas melirik kearahnya dan tak berani berkomentar. Ia memang tau kelicikan Sabian yang selalu beralasan pergi keluar kota demi bisa pergi dari rumahnya berhari- hari. Padahal pria itu hanya menghabiskan waktu untuk bermain panas bersama para wanitanya. Bukan soal pekerjaan. Bodohnya keluarganya percaya begitu saja dengan kelicikan anaknya. Sekitar satu jam perjalanan akhirnya Freya sampai didepan sebuah gedung hotel yang juga mempunyai club sebagai salah satu fasilitasnya. Menarik bukan? Abis mabuk- mabukan terus ke hotel dan melakukan permainan panas. Sungguh malam yang sempurna bagi Sabian. Entah sudah berapa puluh kali pria itu menghabiskan waktunya disini. Ya, hanya disini. Karena nyatanya pria itu dengan polosnya hanya memilih satu tempat demi mencari kepuasan. Atau sudah terlanjur nyaman? Setelah membayar ongkos taksinya, Freya segera turun dari mobil itu dan menuju ke hotel. Langkahnya dengan pasti mendekat ke hotel dengan penampilan mewah dan elegant itu. Pastinya biaya menginap disini tak murah apalagi menyewa p*****r didalamnya. Sungguh Sabian pria bodoh yang rela menghabiskan uangnya demi kepuasan semata. Jika pria itu sedikit lebih sopan dan bukan playboy, mungkin Freya akan mencoba menerima pertunangannya dengan senang hati. Sayangnya Joselyn, teman kampusnya yang pernah kerja part time di bar hotel ini sering melihat Sabian sejak dulu. Makanya saat tau Freya bertunangan dengan p****************g itu, Joselyn merasa cemas dan iba. Makanya dia mau membantu Freya sampai sejauh ini. Dan hanya cukup sampai sini. Sisanya biar Freya yang selesaikan sendiri. Begitu sampai didepan pintu kaca Bar, Freya segera masuk kesana setelah melewati dua penjaga yang memastikan dirinya sudah cukup umur. Mereka bahkan menatapnya dari bawah keatas secara terang- terangan. Apa tampangnya belum pantas masuk ke Bar elit seperti ini? Saat masuk ke dalam yang Freya rasakan adalah kebisingan dari suara music DJ dan penerangan dari lampu yang membuatnya sakit mata. Bar itu ternyata sangat penuh sampai ia merasa sedikit sesak. Ia segera menyingkir ke tepi dekat meja Barista demi mencari kelonggaran. Beberapa kali p****************g menatapnya dengan garang, membuat nyali gadis itu ciut. “Joselyn kok bisa kerja disini ya dulu,” gumam Freya dengan bingung. Baru beberapa menit disini saja Freya merasa kepalanya sangat pening. Ia pun melihat pria yang dicarinya sedang asik b******u dengan seorang wanita berbaju minim. Mungkin roknya hanya sejengkal dari pangkal pahanya dengan belahan d**a sangat rendah. Seperti itulah tipe calon suaminya, menjijikkan. Baru saja Freya ingin melabraknya dan memaksa pria itu mengaku ke orangtuanya soal kebejatan pria itu, tapi seseorang menarik tangan Freya dengan keras sampai gadis itu berbalik dan menubruk d**a bidang seseorang. “Argh! Lepasin gue!” ia berusaha memberontak saat pria bertangan kekar itu mengeratkan pegangan pada lengannya dengan tatapan membunuh. “Kamu gak bisa kabur dari aku! Aku sudah membayar kamu. Jadi jangan coba- coba lari,” ucap pria berwajah blasteran itu dengan tampang dingin dan suara parau. Terlihat sekali pria ini sedang mabuk, membuat Freya merasa terancam. Freya memperhatikan sekelilingnya mencoba mencari bantuan, tapi di tempat seperti ini siapa yang akan membantunya? Sabian pun masih jauh dari jangkauannya ditambah teriakannya terkalahkan oleh music dj yang begitu bising, memekakan telinganya. Ia pun tertarik pasrah ketika pria itu menariknya keluar melalui pintu belakang yang menghubungkannya dengan lobby hotel. “Lepasin! Kamu salah orang! Aku bukan p*****r!” Tanpa mendengarkan ucapan gadis dalam genggamannya, pria bermata biru itu tetap menariknya. Orang- orang yang memperhatikan mereka pun tak ada yang peduli dan menganggap kejadian didepan mereka adalah hal biasa. Bruk! Tubuh Freya dibanting begitu saja diatas ranjang kingsize di dalam sebuah kamar hotel. Gadis itu segera duduk, mundur sampai punggungnya menyentuh dinding. Tubuhnya gemetaran saat pria bule itu menghampirinya sambil membuka pakaiannya. “Tolong! Aku bukan p*****r! Biarkan aku pergi. Aku mohon,” ucap Freya dengan suara lemah. Ia memperhatikan sekelilingnya, tidak ada celah untuk kabur. Sementara pria itu semakin mendekat, membuat gadis itu bisa mencium bau alcohol yang sangat menyengat dari tubuh kekarnya. Srak! Pria blasteran itu melempar uang ke wajah Freya sambil menatap merendahkan,” jangan berisik atau kamu mau aku permainkan dengan kasar!” ancamnya membuat Freya menangis sesenggukan. Pria itu mengulurkan tangannya, menarik dengan kasar dagu Freya hingga wajah gadis itu mendekat kearahnya. Wajah gadis itu kini penuh air mata. Tapi dengan tidak jijiknya, pria itu malah menjilati wajahnya dengan tatapan liar. “Aku mohon.” “Semakin kamu memohon, aku akan semakin kasar.” Pria itu menyeringai, seketika Freya merinding dibuatnya. Ia pun menarik paksa dress Freya sampai lepas dan melemparnya ke segala arah, juga dalaman milik gadis itu. Semakin Freya memberontak, semakin kencang pula cengkraman tangan pria itu di lengannya. Pria itu benar- benar memperlakukan Freya dengan kasar seolah gadis didepannya ini sungguh p*****r yang biasa menunggu pelanggan di bar. Sekuat apapun Freya memberontak dan menjerit, pria itu malah semakin liar. Hingga saat pria itu memaksakan kejantanannya masuk ke dalam liang kewanitaannya, seketika itu juga pria itu menghentikan permainannya sejenak.” Kamu baru? Apa aku harus bayar lebih untuk keberuntunganku ini?” ya sejenak, selanjutnya pria itu menyeringai dan menggerakkan pinggulnya semakin cepat, membuat gadis didepannya menangis meraung- raung menahan sakit di bawah perutnya juga sakit hati karena pria yang baru dilihatnya kini merobek- robek harga dirinya. ………….. Seharian penuh Freya mengunci diri didalam kamarnya. Tak membiarkan satu orang pun masuk ke dalam termasuk keluarganya. Toh mereka pun tak akan peduli jika ia tak keluar dari kamar seharian pun. Gadis itu meringkuk diatas ranjangnya dengan air mata mongering di wajah mulusnya. Ia lelah menangisi kehancuran pertama dalam hidupnya. Bahkan rasa perih dibawah perutnya masih terasa, membuat cara jalannya seperti berbeda. Ia mencoba melupakan kejadian semalam, berharap itu hanya mimpi buruk. Sayangnya rasa sakit ini nyata, kehancuran ini nyata. Bahkan bau alcohol dari pria asing itu masih dapat tercium di tubuhnya. Ia sungguh jijik. Freya beranjak dari ranjangnya, duduk di kursi dekat meja belajarnya. Gadis itu mengambil gunting di sana dan mendekatkan pada pergelangan tangannya. Air matanya seketika luruh kembali mengingat kejadian semalam. Kejadian yang pastinya tak pernah diharapkan semua wanita di dunia ini. Hidupnya sudah tak berarti, tapi apa kepergiannya akan melegakan hatinya? Drrttt drrtttt! Mata Freya melirik ponselnya yang mendapat pesan dari Joselyn, gadis itu kembali menangis dengan suara tertahan, menjatuhkan guntingnya ke lantai. Ia benar- benar tak sanggup menahan semua ini sendirian. Seharusnya ia tidak menyusul Sabian ke Bar. Apa mungkin ini karmanya yang mencoba menguak kebusukan tunangannya sendiri? Tuhan, apa ini adil?  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD