bc

Karsa dari Rasa

book_age4+
42
FOLLOW
1K
READ
family
badboy
badgirl
drama
tragedy
sweet
no-couple
highschool
secrets
Writing Academy
like
intro-logo
Blurb

Pandu Longsadapit,

Flat Boy yang sebelumnya tidak tahu apa arti kehidupan, sebelum akhirnya bertemu dengan Gebi Kintan Clarasya- si cewek menyebalkan yang membuatnya merasa jengah jika bertemu gadis itu.

Mereka saling membenci, saling beradu argumen, bahkan saling bersumpah untuk tidak akan pernah menjadi sekedar teman pun. Namun, mungkin takdir berkata lain, ternyata mereka sama-sama memiliki kehidupan dengan keadaan yang selalu memaksa mereka untuk tetap 'bertahan'.

Dan dalam situasi yang tidak terduga, akhirnya mereka saling bertukar cerita.

Nyaman. Itulah satu kata yang tepat untuk mendeskripsikan perasaan mereka.

Namun tidak hanya berhenti disitu, beriring berjalannya waktu, nampaknya Pandu memiliki wanita lain untuk ia pilih sebagai pengisi hatinya. Lantas, bagaimana dengan perasaan Gebi? Ia sudah terlanjur larut dalam hubungan baiknya dengan Pandu, meskipun hubungan itu selalu dihiasi dengan cekcok yang tidak ada hentinya.

chap-preview
Free preview
Prolog.
Pagi ini, langit tak secerah kemarin. Hujan turun deras tanpa permisi berhasil membasahi Daerah Ibu Kota, seluruh manusia didalamnya berlomba-lomba menyumpah serapahi hujan pagi ini. Berbeda dengan pria berseragam putih abu-abu dibalut jaket jeans kebangsaannya, ia yang tetap melajukan motornya saat hujan deras begini. Dengan kecepatan normal ia menusuri jalanan menuju; apa lagi jika bukan sekolah. Cowok itu, Pandu Longsadapit. Cobalah kalian sebutkan nama itu di Global Internasional School (GIS). Pasti semua warga sekolah akan berkata; "Oh si Pandu yang brutal itu." "Oh si Pandu yang gantengnya gak ketulungan itu." "Oh si Pandu yang bringas itu." "Oh si Pandu yang ketua geng itu." "Oh si Pandu yang nakal itu." "Oh si Pandu, langganan telat." "Oh Pandu, si raja es." "Oh Pandu, si troublemarkernya GIS." "Oh Pandu, si cassanovanya GIS." Iya begitu. Mereka tidak salah, memang begitu faktanya. Pandu memang sudah terkenal dengan pamornya yang bermacam-macam. Hujan sudah mulai berhenti, Pandu melirik sekilas arloji yang melingkar ditangannya. Pukul 08.17 Ya, dia telat lagi untuk yang keberkian kalinya. Namun ia tidak panik, tidak sama sekali. Ia masih tetap menancap gas dengan normal, tidak ugal-ugalan karena jika itu ia lakukan ia bisa saja celaka dan malah tidak sampai pada tujuannya. Cowok itu sudah sampai didepan gerbang GIS, ia segera turun dari motor ninja army kesayangannya yang sudah ia beri nama; Panda. Ia menaruh helm full face nya diperut ninjanya, lalu berjalan mendekati gerbang. "Nih Beh, dua bungkus sekalian gue kasih." Pandu menyodorkan dua bungkus rokok yang kepada laki-laki paruh baya yang berdiri didepan gerbang GIS. Dirno namanya. Dirno menoleh kanan kiri depan belakang, barangkali ada saksi mata yang melihat ia akan menerima sogokan dari Pandu-si langganan telat ini. Aman. Ia segera menyambar dua bungkus rokok dari tangan Pandu yang masuk dari sela-sela gerbang. "Beh Beh," panggil Pandu lalu ia merogoh saku jaket lagi. "Ini nih, giftnya korek." Dirno mengambil korek itu dengan senyum yang berbinar. "Makasih, Ndu." "Siap Beh." "Yaudah, cepetan masuk nanti ketahuan guru bisa abis riwayat Babeh." Sekedar informasi, Dirno dan Satpam-Satpam lain di GIS itu diberi julukan 'Babeh' oleh Pandu CS. Jadi semenjak itu, seluruh warga sekolah jadi ikut memanggil Satpam dengan sebutan itu. Pandu segera mendorong si Panda menuju parkiran saat Dirno sudah membukakan gerbang dengan sangat amat berhati-hati. "Makasih, Babeh!" pekik Pandu lalu mengacungkan jempol. Setelah menyimpan motornya diparkiran, Pandu segera berjalan dengan santai menuju koridor yang sudah sepi. Biasanya jam segini, guru-guru BP sedang berkeliling lingkungan sekolah untuk memeriksa keadaan sekitar. "PANDU!!!" Suara teriakan itu sepertinya tidak asing ditelinga Pandu. Pandu segera memberhentikan langkah santainya lalu menunggu agar orang itu menghampirinya, dan akhirnya yang ditunggu datang juga. "Adaw daw," Suara itu adalah milik Bu Sukma, si guru BP terkiller yang baru saja menjewer telinga Pandu hingga memerah. "Sakit Bu Suk!" Bu Sukma menambah level jewerannya hingga membuat ringisan keras dari mulut Pandu. "Ibu, sakit!!" "Nama saya Sukma. Panggil saya Bu Sukma, gak ada Bu Suk Bu Suk! Kamu pikir saya buah-buahan apa, busuk." kini Bu Sukma melepaskan jewerannya namun matanya menatap Pandu dengan tajam. "Ah Ibu mah mainnya k*******n fisik mulu, saya laporin ke pihak yang berwenang entar bahaya loh Bu." kata Pandu sambil mengusap-usap telinganya yang terasa sakit. "Pandu, udah seminggu ini kamu gak pernah absen dari telat! Janji kamu apa sebulan lalu? Kamu mau disiplin, kamu mau hilangkan kebiasaan telatmu itu, kamu gak bakal ngulangin kesalahan kamu lagi! Tapi mana? Mana? Cuma beberapa hari aja kamu ngelaksanain itu, selebihnya kamu ulangin kebiasaan itu lagi!" cerocos Bu Sukma geram. "Lah iya, janji itu kan gak berlaku untuk selamanya Bu." kata Pandu. "Lagian kenapa hari ini kamu bisa telat? Mau alasan apa lagi? Bantuin tetangga kamu lahiran lagi?" "Nggak Bu, bantu videoin tetangga saya saat pembuatan anaknya. Biar bisa dikenang katanya." jeblak Pandu dengan asal. "Pandu!!" jerit Bu Sukma, emosinya kini sudah diujung tanduk. "Demi konten, Bu." sahutnya lagi. "Pandu, terus kamu!" "Ya lagian Ibu, gitu aja ditanyain. Nggak liat semua seragam saya basah kuyup begini? Gak sadar juga kalo tadi hujan? Gak liat tuh lapangan masih basah karena hujan tadi deres banget? Aduh Bu Suk, kayanya kacamata Ibu minusnya udah nambah deh, coba minta suami gantiin lensanya." cerocos Pandu malah makin nganar. "Pan--" "Oh iya saya lupa, Ibu kan janda ya, jadi nggak ada suami. Maaf ya bu saya lupa, beneran deh." kata Pandu lalu menyengir memamerkan gigi putihnya. "Pandu, ikut ke BP sekarang!" katanya lalu menarik lengan Pandu secara paksa. "Bu, saya bosen ke ruangan itu terus." kata Pandu merengek. "Kalo bosen, kenapa kamu ulangi kebiasaan telatmu ini lagi?!" Bu Sukma menatap tajam. "Mata Ibu biasa aja, mirip Anabelle kalo kalo kaya gi--" "Pandu, ikut saya ke BP. SE-KA-RANG!!" Bu Sukma menarik lengan itu lagi dengan paksa, lalu Pandu tetap memberontak. "Saya bukan bayi yang harus dititah Bu, saya bisa jalan sendiri." kata Pandu lalu melepas lengannya dengan kasar. Guru killer itu sedikit kicep. Ia langsung bergegas pergi dari hadapan Pandu. "Saya tunggu di BP!" "Iya bentar, saya mau nabung dulu ditoilet." kata Pandu lalu berlari menjauh. "PANDU!!!" "Lima belas menit, Bu!"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

TERSESAT RINDU

read
333.2K
bc

DIA UNTUK KAMU

read
35.2K
bc

Long Road

read
118.3K
bc

Marriage Agreement

read
590.6K
bc

My Ex Boss (Indonesia)

read
3.9M
bc

Me and My Broken Heart

read
34.5K
bc

Si dingin suamiku

read
490.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook