bc

SEARCH

book_age18+
460
FOLLOW
4.0K
READ
tragedy
mystery
like
intro-logo
Blurb

Aku akan mengajak kalian ke masa lalu. Dilarang baper!

Seorang pemuda bernama Rama, di hari peresmiannya menjadi CEO, ia dituduh membunuh oleh seseorang. Impiannya hancur seketika. Mencoba bangkit kembali mencari kebenaran dan membersihkan nama baiknya. Namun semakin dalam ia mencari, semakin banyak kejutan yang ia dapat. Akankah Rama sanggup menerima kenyataan, sedangkan dirinya dihadapi dengan bertubi-tubi masalah.

Penderitaannya belum berakhir sampai disini. Orang yang di cintainya Rara, meninggal dengan tragis. Bukannya semakin terpuruk, Rama justru bangkit mencari keadilan.

Ini adalah kisahku. Kisah yang akan membuatmu merasakan jatuh bangunnya sebuah kehidupan. Merasakan sakitnya dikhianati. Namun akan ada kebahagiaan di akhir cerita.

chap-preview
Free preview
Bab 1
Kata orang fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan. Ternyata itu benar, aku merasakannya. "Aku difitnah!" Tubuhku meronta namun apalah daya ku melawan kekuatan dua orang berbadan besar. Aku 'tak bisa berkutik. "Tidak! Dengarkan dulu, bukan aku yang melakukannya." Aku panik, sungguh aku tidak tahu apa-apa. Tanganku diborgol, orang-orang menatapku penuh kebencian. Aku keluar di sebuah ruangan. Ruangan yang saat ini dipenuhi isak tangis, menangisi orang yang terbaring dikasur dengan tubuh tidak bernyawa. Mulutnya menganga mengeluarkan cairan putih, wajah nya pucat dengan tubuh yang sudah kaku.  "Lihatlah si pembunuh itu! Sungguh tidak tahu malu." ucap salah satu wanita yang melihatku. "Dasar tidak tahu balas budi, tidak ingatkah dulu ia dibesarkan olehnya sampai jadi orang sukses sekarang. Dan lihat ini, dia membalasnya dengan memberinya racun." ucap salah satu wanita paruh baya yang pernah merawatku dulu Aku berjalan menghampiri nya "Percaya padaku Bu, aku tidak melakukannya. Aku difitnah, aku dituduh. Aku sayang sama Bapak, mana mungkin aku melakukan hal sekeji itu." Aku memohon namun tidak ada satu orangpun yang mempercayaiku.  "Percayalah, percayalah kalian padaku..kumohon." Aku menunduk, bersujud dihadapan mereka. "Siapapun, percayalah padaku." Aku kacau, setetes air mata berhasil lolos keluar. Tuduhan-tuduhan itu, sungguh aku tidak melakukannya. "Percaya? Sudah jelas semua bukti mengarah kepadamu pembunuh." ucap salah satu lelaki tua. "Aku bukan pembunuh, aku datang kesini hanya untuk memberi kabar bahagia kepada Bapak."  "Ck, Bapak? Kau tidak pantas memanggilnya dengan sebutan itu, setelah kamu membunuhnya pantaskah memanggilnya dengan sebutan Bapak? Kau bukan anaknya, pembunuh." ucap wanita yang lain. "Aku bukan pembunuh dan aku anaknya." Sungguh aku tidak kuat menerima cacian, hujatan yang tidak aku perbuat. "Pliss percaya padaku, kalian sudah mengenalku dari dulu. Aku tidak akan tega melakukan itu." "b******k!" Satu tamparan berhasil mengenai pipiku. "Kau hanya jadikan sebagai alasan saja, mungkin dulu kau bersikap baik hanya untuk menarik simpatinya iya kan? Wajah bermuka dua, tidak tahu diri. Kau hanya ingin hartanya saja kan  brengsek." Bukan hanya mereka yang menangisi mayat itu. Hatiku menjerit, terluka, ingin rasanya aku menangis. Dituduh membunuh orang yang aku sayangi. Rasanya seperti tercabik-cabik.  Aku terus berjalan diiringi dua polisi dibelakangku. Melewati orang-orang yang dulu menyayangiku kini begitu membenciku. Siapa yang menuduhku, siapa yang memfitnahku dan siapa yang melaporkanku. Aku bertanya pada polisi yang memegang tanganku namun ia hanya diam. Pandanganku kini beralih pada wanita paruh baya yang menangis melihatku. Aku berhenti didepannya. "Bunda percaya sama aku, aku tidak mungkin dan tidak akan pernah melakukan itu pada Bapak." Wanita itu mengangguk. Melihatku yang begitu rapuh. "Aku akan buktikan bahwa aku tidak bersalah, Bunda tunggu aku. Aku akan membersihkan nama baik ku." Beliau memelukku. Aku tahu wanita paruh baya ini mempercayaiku. Aku menangis dipelukannya mencoba menahan rasa sakit. Sakit karena dituduh, dan sakit karena orang yang memberikanku kehidupan meninggal dengan tidak wajar. Orang yang aku hormati. "Sabarlah, Tuhan akan menolongmu." Bisikan bunda membuatku lebih tenang. Aku mengangguk. Aku masuk kedalam mobil biru putih dengan lampu merah berbunyi di atasnya, mobil kebanggaan polisi, ku duduki kursi penumpang yang di apit oleh dua polisi tadi. Masih terdengar suara cacian, hinaan, hujatan, dan makian dari luar. Aku menunduk menahan sakit. Mencoba mencerna semua kejadian yang begitu tiba-tiba. Akan kucari siapa pelaku yang membuat Bapak seperti ini. Ku usap air mataku. "PEMBUNUH!" "PENJILAT." "DASAR IBLIS BERMUKA DUA. ENYAH KAU!" "SEKALI PEMBUNUH TETAP PEMBUNUH." "PERGI KE NERAKA SAJA!" "KAU PEMBUNUH!" ------------------------------------------------- "Tuan..tuan bangunlah!" seru pelayan cafe menepuk pelan pundakku. Aku terbangun, ternyata mimpi itu lagi. "Ah maaf." seraya membenarkan tempat duduk. "Apakah sudah lama aku tertidur?" pelayan itu hanya tersenyum simpul sambil memberikan pesanan yang aku pesan. "Ini Coffe Latte Americano nya Tuan." Masih berdiri dihadapanku. "Sebentar." Pelayan itu kembali kedapur sepertinya akan memberikan ku sesuatu dan ternyata benar, dia membawa sesuatu ditangannya.  "Tuan, makanlah nasi. Saya perhatikan setiap kali Tuan kesini selalu memesan minuman yang sama. Bahkan selalu tertidur. Kurang baik untuk kesehatan. Setidaknya makanlah nasi untuk hari ini." Benar, sudah beberapa minggu ini setiap pulang dari kantor aku selalu kesini hanya memesan minuman saja. Masih memakai pakaian setelan kantor. "Baiklah, terimakasih." ucapku padanya. Ia mengangguk dengan senyuman khas nya. Aku menyukai keramahannya terutama senyumnya. Aku memakannya dengan lahap, sungguh aku memang sangat lapar. Aku hanya sibuk dengan pekerjaanku hingga kesehatan tubuhku kurang aku perhatikan. Suasana kafe tidak begitu ramai, hanya ada aku dan dua pelanggan lain yang berada disini. Aku menunduk, melihat pesan di ponsel yang berisi semua agenda perusahaan. "Apa Tuan tidur lagi?" Mengira aku tertidur. Aku mengangkat kepalaku dan melihat wajahnya. Wajah cantiknya membuatku betah berada di kafe ini. Aku tersenyum, kuperlihatkan ponsel kepadanya memberi isyarat. Dia mengangguk malu dan mengerti. Dia membereskan piring yang tadi dibawanya.  "Besok kalau Tuan kesini lagi jangan lupa pesan makanan, nasi atau apalah itu. Dan kulihat Tuan setiap tertidur disini selalu berkeringat. Apa Tuan mimpi buruk?" tanya nya sambil mengelap meja. "Ya, aku mimpi buruk dan selalu seperti itu. Mimpi yang sama." kata ku dengan tangan melipat di d**a dan menyenderkan punggungku ke kursi. "Itu karena Tuan kecapean, pulang kerja harusnya ke rumah istirahat, bukannya kesini." Memang benar aku jarang pulang ke rumah. "Apakah mimpi buruk itu bisa hilang?" Aku menatap mata indahnya. "Hemm mungkin dengan menceritakannya mimpi itu akan hilang." Dia berlalu kedapur. Ya, mungkin aku harus menceritakannya. Tidak lama dia kembali keluar. Aku memanggilnya. "Kamu!" teriakku dia menoleh dan mendekatiku. "Siapa nama mu?" "Ayu." Nama yang cantik seperti orangnya. "Duduklah!" aku menunjuk kursi yang berhadapan denganku. "Ada apa Tuan?"  "Jangan panggil aku seperti itu, aku masih muda." aku terkekeh. "Panggil aku Rama." Dia menurut namun aku bisa lihat dia sepertinya masih malu.  "Aku ingin mimpi itu hilang selamanya. Apa aku boleh menceritakannya padamu?" tanya ku. Dia terlihat begitu kaget, diam. Lalu mengangguk. Aku tersenyum. "Hemm baiklah tuan, jika itu akan membuat mimpi buruk Tuan hilang. Aku akan mendengarkan." ucap pelayan itu yang sudah duduk berhadapan denganku. "Panggil aku Rama." Ku tatap mata indahnya dalam. "Oh maaf." dia tersenyum kikuk. Sebelumya setiap kali aku datang ke kafe ini, aku selalu minta dilayani olehnya. Makanya sekarang tidak terlalu canggung satu sama lain. Entahlah, aku hanya ingin dia yang melayaniku. "Ok aku akan bercerita." Aku menghela napas panjang dan membuangnya perlahan. Aku, Rama Galireyndra seorang pengusaha sukses. Malam ini dan disini aku akan menceritakan masa lalu ku pada seorang gadis pelayan kafe. Masa lalu buruk yang tidak ingin aku alami lagi. Aku yakin kalian yang mendengarnya akan menguras emosi, tangis dan ketegaran dalam ceritaku. Tapi aku yakin kisahku akan berakhir bahagia. Walau aku harus merelakan seseorang pergi. Inilah kisah ku.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Mentari Tak Harus Bersinar (Dokter-Dokter)

read
54.1K
bc

Rujuk

read
909.1K
bc

RAHIM KONTRAK

read
418.3K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.2K
bc

Love Match (Indonesia)

read
173.0K
bc

Kamu Yang Minta (Dokter-CEO)

read
292.8K
bc

Unpredictable Marriage

read
280.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook