bc

Mr. Detective

book_age18+
468
FOLLOW
2.0K
READ
billionaire
possessive
family
police
office/work place
first love
friendship
mxm
bodyguard
like
intro-logo
Blurb

Mature content

Boys love/ Man love

Bacaan untuk dewasa, jadi bijaklah sebagai pembaca. Kalau ngeyel baca, ya nggak apa-apa juga sih sebenarnya.

Meski dikeluarkan dari tim, Bryan mendapat kasus baru untuk diurus. Kasus tabrak lari yang dialami pemilik perusahaan yang bergerak di bidang advertising, yang kemudian kasusnya berkembang jadi percobaan pembunuhan.

Markus Liem, si korban, memiliki latar belakang keluarga yang rumit hingga dia mengalami banyak kemalangan. Dengan begitu, dia dapat perlakuan khusus dari kepolisian untuk dilindungi.

Demi kebaikan bersama, Bryan dan Markus membuat perjanjian tertutup bersifat simbiosis mutualisme, berupa kontrak pacaran senilai 1 juta dolar.

Seri Police Detective

chap-preview
Free preview
Kasus Tabrak Lari
  Dennis dan Andrew buru-buru menghampiri Markus yang baru membuka mata. Keduanya tegang. Wajah mereka menampakkan kecemasan yang begitu besar. Salah satu dari mereka langsung memeriksa hampir sekujur tubuh Markus. Mencoba membalik lengannya, melihat wajahnya, memeriksa kepalanya, bahkan harus mengangkat sebelah kaki Markus yang penuh luka. Kalau bukan karena mereka ada di rumah sakit, Markus pasti ditelanjangi untuk diperiksa setiap inci kulit tubuhnya. Markus, si pesakitan hanya bisa meringis. Menahan sakit, tapi tidak sanggup menyuarakannya. Tindakan Andrew begitu spontan sampai-sampai Markus dan Dennis tidak siap untuk mengantisipasinya. “Kau sudah sadar, Mark? Bagaimana keadaanmu? Mana yang sakit ... yang paling sakit?” Andrew menurunkan kaki Markus pelan-pelan. “Kau baik-baik saja, kan?” lanjutnya “Sakit, And!” pekik Markus. Cuma suara serak yang keluar dari tenggorokannya. “Sakit!” ulangnya. Ingin marah, tapi tidak cukup tenaga. “Maaf. Maaf.” Andrew berhenti menyentuh. “Dia jadi korban tabrak lari. Kau lihat sendiri, sekarang ini seluruh tubuhnya penuh luka!” Meski sama-sama khawatir, setidaknya Dennis cukup waras untuk tidak menambahkan rasa sakit pada tubuh Markus seperti yang Andrew lakukan barusan. “Jauhkan tanganmu darinya!” perintah Dennis, menampar tangan Andrew agar segera dijauhkan dari tubuh Markus. Semalam Markus pulang lebih sore meski biasanya dia lembur ketika akan menghadapi hari H presentasi iklan untuk kliennya. Baru pukul sepuluh lebih dua puluh lima menit ketika dia meninggalkan meja kerjanya. Itu karena dari seminggu yang lalu Andrew dan Dennis terus mendesaknya untuk pulang lebih awal. Menyuruhnya mengambil libur dan mengistirahatkan dirinya di rumah sehari-dua hari. Kata dua temannya itu, Markus terlalu memforsir diri akhir-akhir ini. Memang benar kalau tubuhnya perlu diistirahatkan. Untuk itu Markus bermaksud mengikuti saran dari dua temannya itu. Markus sangat santai, bahkan mobilnya dijalankan dengan kecepatan rendah. Di perjalanan pun dia sempat mampir ke mini market 24 jam untuk membeli air minum kemasan dan permen pelega tenggorokan. Saat kembali ke jalanan, dia mendapati sebuah mobil melaju kencang dari belakang, lalu melambat, dan menyerempet mobilnya. Markus terpaksa menghentikan mobilnya, dia turun untuk memeriksa. Mendapati badan mobilnya mengalami lecet parah, lampu belakangnya pecah, dan spionnya patah, dia bermaksud menghampiri mobil yang juga berhenti 50 meter di depannya untuk minta pertanggung jawaban. Ingin memarahi pengemudinya dan minta ganti rugi. Markus melangkah cepat ke arah mobil itu, tapi dari belakangnya datang mobil lain dengan kecepatan tinggi. Mobil itu tidak memberi kesempatan Markus untuk menyingkir, seakan kedatangannya sengaja untuk menghabisi Markus. Dia tertabrak. Tubuhnya terpelanting, jatuh ke aspal dengan keras, terguling-guling sampai di seberang jalan. Markus tidak bergerak seperti orang mati, kenyataannya dia masih bisa melihat mobil kedua itu terus melaju. Mobil pertama juga tiba-tiba berjalan pergi. Baru setelah itu dia kehilangan kesadaran. Begitu kronologinya. Menjadikan kecelakaan itu janggal di mata Markus. “Kau tak sadarkan diri lebih dari tiga jam, Mark. Aku khawatir sekali tadi,” tutur Andrew yang baru mendapat kursi dari pojok ruang. Dia meletakkan kursi di sebelah ranjang, segera duduk, memegangi tangan Markus, dan merematnya lembut. “Aku takut terjadi apa-apa denganmu.” Dennis menghela napas, jengah. Dia tahu Andrew menaruh hati pada Markus, tapi perhatian yang diberikannya berlebihan hingga Markus terpaksa pura-pura tidak tahu perasaan Andrew padanya. Meski mereka berteman, Dennis tidak akan mencampuri urusan percintaan dua temannya itu. Kalau beruntung Markus akan membalas cinta Andrew. Kalau tidak beruntung, Andrew akan terus terjebak di zona pertemanan. “Itu sudah terjadi padanya. Tubuhnya penuh luka. Kusarankan padamu untuk berhenti bersikap berlebihan!” “Tapi dia hampir mati, Den!” protes Andrew. “Sekarang sudah tidak!” Andrew mengalah karena Dennis selalu lebih tahu darinya. “Apa kau masih ingat kami, Mark?” tanyanya, sedikit lebih sabar dari yang tadi. “Kepalamu diperban, aku khawatir kau amnesia dan melupakanku.” “Dia baru saja menyebutkan namamu, berarti dia mengingatmu!” pekik Dennis lagi. Menghadapi lelaki yang jadi bodoh karena cinta memang sangat menyebalkan. “Siapa tahu, Den.” Andrew masih memprotes. “Aku tidak lupa ingatan ...,” sela Markus. “... cuma kesakitan.” Dia menghela napas panjang, tapi terbatuk beberapa kali. “Beruntung aku masih hidup,” lanjutnya. “Iya, tapi kau luka parah,” ujar Dennis. Dia mengutarakan kecemasannya lewat ekspresi. Mengerutkan kening, pertanda prihatin dengan keadaan Markus. “Kalau kau pulang lebih malam lagi, tak akan ada orang lewat untuk menolongmu.” Markus ditemukan rombongan keluarga yang baru pulang liburan. Mereka menelepon polisi dan ambulan, kemudian ikut mengantar Markus ke rumah sakit. Markus segera dapat pertolongan dokter. Keluarga juga dihubungi. Berhubung semua keluarga tinggal di luar negeri, Andrew dan Dennis sebagai orang terdekatlah yang datang. Rombongan keluarga itu diizinkan melanjutkan perjalanan setelah menjawab beberapa pertanyaan. Mereka berjanji akan membantu apabila keterangan mereka sewaktu-waktu dibutuhkan lagi oleh polisi. Markus lumayan beruntung bisa dapat pertolongan dengan cepat. Dia berhutang besar pada keluarga itu. “Sebenarnya siapa yang menabrakmu? Terkutuk sekali perbuatannya itu!” Andrew meremat tangan Markus. “Kalau aku menemukannya, akan kubalas dia. Kutabrak dia sampai mati!” “... lalu kau masuk penjara?” sela Dennis. Andrew menggeleng. “Aku menolong Mark, Den. Polisi pasti memahami alasanku.” “Apa pun yang jadi alasanmu membunuh orang, kau tetap akan dipenjara. Kau tidak berhak atas nyawa orang lain.” “Aku tahu,” jawab Andrew, mengalah lagi. Sedikit cemberut karena setiap apa yang akan dilakukannya untuk Markus selalu dipersalahkan oleh Dennis. “Tapi apa kau tak ingat seperti apa orang yang menabrakmu itu, Mark?” Markus menggeleng. “Dia tidak keluar dari mobil. Mana aku tahu seperti apa wajahnya.” “Kalau mobilnya, kau ingat?” Markus menggeleng lagi. “Biar polisi saja yang mengurusnya.” Dennis yang sejak tadi hanya berdiri di sebelah ranjang, menarik kursi dan mengambil tempat di sisi lain ranjang Markus. “Mark baru sadar, biar dia membiasakan diri. Kita bisa membicarakan yang ringan-ringan dulu.” Markus mengangguk. Dia tidak mau membicarakan soal tabrakan yang menimpanya untuk saat ini. Setidaknya tunggu sampai dia mendapatkan kesadarannya secara penuh. Dennis beralih pada Markus. “Ada yang kau inginkan, Mark?” Benar kata mereka, Markus butuh istirahat, tapi bukan dengan kecelakaan begini baru dia lepas dari pekerjaannya. Menjadi korban tabrak lari bukanlah hal baru di dunia ini, tapi yang semalam itu rasa-rasanya bukan sekadar tabrak lari biasa. Itu semacam tabrak lari yang direncanakan. Antara mobil pertama dan kedua telah berkomplot. Satu mobil memancingnya keluar dan mobil lain mengeksekusi. Bisa dibilang dua mobil itu memang ingin membunuh Markus. Namun, apa motifnya? Markus tidak ingin menceritakannya pada Andrew dan Dennis. Selain keadaannya yang masih lemah, masih mengalami keterkejutan hebat, Markus juga yakin Andrew akan bertindak gegabah setelah mendengarnya. Lebih baik dia menunggu polisi menemui dan meminta keterangan langsung darinya. Itu lebih menjanjikan. “Aku mau minum.” Dennis mengambil air minum dan Andrew membantunya menemukan posisi nyaman untuk minum. Setelah tenggorokannya mulai terasa longgar, dia berhenti minum. Dennis masih membantunya dengan mengembalikan gelas air itu di meja. “Sudah hampir pagi, apa kalian tidak berencana istirahat sebentar sebelum pergi bekerja?” “Aku sudah memutuskan untuk menemanimu di sini sampai kau sembuh.” Dennis mengangguk, kemudian berkata, “Aku akan kerja lebih siang. Lagipula melihat keadaanmu seperti ini, kau butuh ditemani.” Markus tersenyum senang. Meski jauh dari keluarga, dia punya teman-teman yang sangat perhatian. Dia bersyukur akan hal itu. “Tapi kalau kau mau pulang juga tidak apa-apa. Aku bisa menemaninya,” usul Andrew. Mencoba mencuri kesempatan. “Tidak aku mau di sini!” kata Dennis sambil pasang lirikan tajam pada Andrew. Lirikan itu mengodekan kecurigaan bahwa Andrew mungkin akan mengambil kesempatan dalam kesempitan. “Aku akan di sini sampai Mark sembuh!”  Andrew yang tahu bahwa dia dicurigai hanya bisa mendengus samar. “Baiklah kalau kau tak mau pulang. Kita berjaga berdua di sini!” katanya dengan nada tidak ikhlas.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Rewind Our Time

read
161.2K
bc

LEO'S EX-SECRETARY

read
121.1K
bc

Naughty December 21+

read
509.0K
bc

Sweet Sinner 21+

read
879.7K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.2K
bc

Pinky Dearest (COMPLETED) 21++

read
291.1K
bc

LAUT DALAM 21+

read
289.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook