bc

Gilinano

book_age18+
804
FOLLOW
5.0K
READ
drama
sweet
like
intro-logo
Blurb

Gilina Esmeralda dan Ziyan Jilino Altamirano love story.

Cinta mempertemukan lelaki pintar dengan wanita rajin. Cinta juga membuat mereka memutuskan menikah di usia muda, bukan karena MBA tapi murni karena cinta.

Cinta juga yang membuat Gilina bertahan mencintai pria yang dianggapnya sudah meninggal, meninggalkan anugerah indah bernama Ramiano, sang buah hati yang kehadirannya saja tidak diketahui Jilino.

Bagaimana jika ada pria lain datang dan meminta kesempatan untuk bisa masuk kedalam hatinya. Mampukah Ia bertahan? atau Ia akan memberikan kesempatan kepada pria lain untuk masuk ke dalam hatinya.

"Jili dan Gili serta Ano menyatu menjadi Gilinano."

****

chap-preview
Free preview
Bab 1
"Ma, jangan terlalu dimanjakan dia, nggak baik nanti Ano jadi anak manja," suara seorang wanita yang sibuk menyiapkan sarapan untuk anggota keluarga terdengar dari dalam dapur, Seloira yang sedang bermain dengan cucu satu-satunya tertawa dan membuat gerakan tutup mulut. "Bunda kamu selalu melarang Nenek manjain kamu, padahal hanya kamu satu-satunya peninggalan Jili," ujar Seloira pelan dan mengusap wajah cucunya yang masih berusia 7 tahun itu. "Ayah dimana sih nek kok Ano gak pernah ketemu, Bunda selalu bilang kalo Ayah ada di suatu tempat nan jauh di ujung dunia, Ano kangen Ayah Nek, teman-teman Ano kebanyakan di antar Ayah mereka kalo sekolah maupun les, Ano kan mau juga seperti mereka," pertanyaan Ano atau nama lengkapnya Ramiano Jilian Altamirano, putra yang belum sempat diketahui keberadaannya oleh Jilino membuat Seloira melap air matanya yang mulai jatuh, hatinya sakit setiap mendengar pertanyaan yang diajukan cucunya itu, Seloira  mengusap pipi cucu yang selalu mengingatkannya kepada Jilino sang anak yang kini sudah tenang di alamnya. Kecelakaan pesawat seminggu setelah mereka menikah membuat Gilina harus mengandung dan merawat Ano sendirian, meski jasad Jilino belum ditemukan sampai sekarang tapi keluarga Altamirano sudah pasrah dan ikhlas menerima kematian Jilino, karena  sangat jarang ada penumpang selamat jika pesawat sudah jatuh kedalam air dan meledak, bahkan puing-puing pesawat hancur tak berbentuk. "Mama kenapa menangis lagi sih," suara menantunya membuat Seloira menghapus airmatanya dan bersikap seolah tidak pernah menangis,  Ia tau Gilina sangat tidak menyukai jika Ia sedih dan menangis mengingat Jilino. "/nggak nangis kok, Mama hanya bahagia lihat anak kamu sudah semakin besar, dan tumbuh sebagai jagoan pintar," Seloira mencium Ano dan memeluk cucunya itu, Gilina membuang nafas, Ia tau mertuanya itu sedang berbohong. "Tega kamu ninggalin aku, lihat anak kamu sayang... bahkan dia ada saja kamu tidak tau, andai kamu dengarin aku... andai kita tak berantem malam itu... pasti sekarang aku masih bisa memeluk kamu, maafin aku sayang..." Gilina sudah berusaha menahan air matanya, 7 tahun Ia menjaga hati dan perasaannya, merawat anak yang menjadi harta peninggalan Jilino dan juga keluarga Altamirano yang semenjak meninggalnya Jilino menjadi rapuh, keberadaan dirinya dan Ano di rumah inilah membuat senyum yang sempat hilang kembali muncul sedikit demi sedikit. "Mama mau bicara, boleh?" Seloira bangkit dari kursinya dan mengajak Gilina masuk ke dalam kamarnya. Ia merasa harus membicarakan permintaan Ano tentang sosok Ayah yang diinginkan cucunya. Seloira menyuruh Gilina duduk di kursi dan memegang tangannya. 7 tahun mereka hidup bersama , Seloira tau bagaimana cintanya Gilina kepada mendiang anaknya, dan kini sudah waktunya Ia melepaskan Gilina dan merelakan menantunya itu untuk menikah lagi, demi Ano... ya demi Ano, cucunya. "Mama tau membesarkan anak tanpa suami sangat berat, apalagi kalian menikah diusia muda bahkan mengandung di usia masih sangat muda, tapi Mama tidak pernah menyesal menikahkan kalian setelah tamat SMA karena permintaan Jilino, yang menjadi penyesalan terbesar Mama adalah membiarkan kamu menghabiskan masa muda kamu dengan mengurus keluarga ini, menjadi menantu, ibu dan juga CEO dari perusahaan Papa." Seloira membuang nafas, semenjak Arkhan pensiun semua urusan kantor di serahkan kepada Gilina, Valleria semenjak menikah 2 tahun yang lalu memutuskan menjadi ibu rumah tangga dan mengikuti suaminya pindah ke Australia, sedangkan si Kembar masih sekolah. "Ma, Gili disini tidak hanya sebagai menantu, tapi juga anak Mama dan Papa, walau kita tidak ada hubungan darah tapi Ano lah yang membuat kita menjadi keluarga, Gili ikhlas Ma... Gili sangat mencintai Jili dan Jili pasti bahagia jika Gili menjaga keluarga ini, jadi Gili mohon jangan pernah menganggap Gili merasa susah dan repot, malahan Gili bahagia jika bisa membuat senyum kembali ada di rumah ini." Seloira memeluk Gilina dan kembali menangis. "Mama ikhlas kalo kamu memutuskan untuk menikah lagi, carilah suami dan ayah untuk Ano, tidak mungkin kamu hidup sendirian, kamu masih muda bahkan umur kamu masih 25 tahun." Gilina menggelengkan kepalanya, menolak usul Seloira, semenjak Jilino meninggal Ia sudaa memutuskan akan mengabdikan hidupnya demi Ano dan keluarga Altamirano, Ia ingin membalas jasa keluarga yang  dengan ikhlas menampungnya serta menerimanya sebagai menantu. "Di hati Gili, hanya ada satu nama Ma dan nama itu akan selalu terpatri disini, selamanya." Gilina menunjuk hatinya. "Ya, Mama mengerti bagaimana kamu sangat mencintai Jili... Mama hanya tidak mau kamu hidup sendirian," balas Seloira. "Sendirian gimana sih Ma hahaha ada Mama, Papa, Ano, Bella dan Della... kalianlah keluarga aku kini semenjak orangtuaku meninggal dan juga Jili, tanpa kalian aku tidaa yakin bisa bertahan mengandung dan berduka disaat bersamaan," Gilina berusaha terlihat tegar, mulutnya tersenyum tapi tidak dengan hatinya. 7 tahun memendam kerinduan yang tidak bisa disalurkan, andai kuburan Jilino ada Ia masih bisa berkeluh kesah menceritakan kejadian apa yang dialaminya atau mengeluh jika Ano bandel dan nakal, tapi sayang tempat yang bisa membuatnya berkeluh kesah hanya lautan dan itu sangat jauh, meski setiap ulang tahun Jilino tiap tahun, Ia selalu pergi kesana bersama putranya, tapi tetap saja rindu itu masih terasa dan semakin besar dari waktu ke waktu. **** "Kenapa mesin di pabrik bisa rusak? Bagaimana sih kerja tekhnisinya, itu mesin sangat mahal dan jika rusak kita harus membeli barang baru," suara Gilina yang marah terdengar di ruang rapat. Gilina berdiri dari kursinya dan menatap langit melalui jendela ruang rapat, andai Jilino masih hidup dialah yang akan menjalani perusahaan ini sedangkan Ia akan menjadi ibu rumah tangga sesuai keinginan Jilino dulu. "Seharusnya kamu disini sayang.... aku bingung, aku takut," ujarnya dalam hati. "Daripada proses produksi kita terhenti jika menunggu alat itu di perbaiki, lebih baik kita beli mesin baru satu lagi, hubungi produsen dan pesan alat yang sama," Gilina lebih memilih rugi sekarang daripada jika dibiarkan menghentikan produksi sama saja dengan menggulung tikar dan perusahaan menjadi lebih rugi dan Ia tidak mau Jilino kecewa memiliki istri yang tidak becus bekerja. "Baik bu," seluruh pegawai meninggalkan ruang rapat, meninggalkan Gilina yang masih menatap langit. "Aku kangen kamu sayang... andai hari ini aku bisa melihat wajahmu lagi..." Gilina menghembuskan nafasnya perlahan, bayangan Jilino yang tertawa selalu hadir disetiap mimpinya, bahkan tak jarang Ia memimpikan seakan Jilino masih hidup, hal yang tidak mungkin terjadi di kehidupan nyata. Drtttt drtttt Suara ponsel Gilina membuyarkan lamunannya tentang suaminya, diambilnya ponsel yang terletak diatas meja. Nama guru Ano membuatnya kaget, hal yang sangat jarang terjadi kecuali Ano melakukan kenakalan atau ada masalah di kelasnya. "Halo teacher." "Bunda, Ano... Ano." "Ano kenapa teacher? Kenapa dengan anak saya."  "Ano jatuh, dahinya terluka dan kini...." "Ya Tuhan Ano, saya kesana sekarang Teacher, tolong jaga anak saya." Gilina menyambar tas dan berlari meninggalkan kantornya menuju sekolah Ano, hatinya sakit dan penuh ketakutan, Jilino pasti marah jika anaknya terluka, ya dulu Ia akan sangat marah jika Gilina terluka walau hanya secuil saja. Bughhhhh Saking paniknya Gilina tidak sadar menabrak seorang pria dan wanita. "Maaf," ujar Gilina tanpa menoleh. Pria dan wanita itu menatap Gilina, wajah dingin pria itu sejenak terpaku walau hatinya dongkol. "Orang Indonesia tidak sopan! Makanya saya tidak suka ke sini, bikin sakit kepala!" Suara sengau dan keras sang pria membuat wanita yang disebelahnya hanya diam. "Bapak mau kembali ke Amerika?" Tanya wanita itu, sang pria mengangkat tangan kanannya. "Tidak, sebelum saya mendapatkan perusahaan ini, ayo kita temui sang CEO perusahaan ini," pria tadi merapikan jasnya dan berlalu meninggalkan wanita tadi. ****

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

PASSIONATE LOVE [INDONESIA] [END]

read
2.9M
bc

Sekretarisku Canduku

read
6.6M
bc

Just Friendship Marriage

read
507.2K
bc

DESTINY [ INDONESIA ]

read
1.3M
bc

Istri Muda

read
392.0K
bc

Orang Ketiga

read
3.6M
bc

CEO Mesum itu Suamiku

read
5.1M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook