bc

Red Orchid Dormitory

book_age16+
249
FOLLOW
2.2K
READ
murder
mystery
brilliant
highschool
school
like
intro-logo
Blurb

Rachel, gadis yang berusaha keras masuk ke SMA Red Orchid dengan satu tujuan, yaitu menemukan kakaknya yang menghilang setahun lalu di asrama Red Orchid dormitory. Kakaknya bersama 3 orang penghuni asrama yang lain menghilang tanpa jejak. Bahkan polisi pun tak mampu menemukan mereka. Hanya ada 1 orang yang berhasil ditemukan, namun dia dalam keadaan shock berat dan tidak bisa berkomunikasi. Setiap kali dia diajak berbicara, dia akan menjerit-jerit histeris.

Rachel yang berhasil masuk ke sekolah itu mengumpulkan bukti demi bukti tentang hilangnya kakaknya. Dia dibantu oleh Zachery, seorang reporter yang menyamar menjadi anak SMA yang juga kehilangan adiknya dalam insiden setahun lalu.

Ada juga Dylan, sosok yang sangat misterius yang berkali-kali membantu Rachel dan Zachery menemukan petunjuk kasus itu. Namun semakin lama perilaku Dylan semakin mencurigakan.

Semakin mereka dekat dengan fakta, mereka semakin dalam bahaya, Rachel mendapat ancaman demi ancaman dari orang-orang yang tidak ingin kebenaran insiden itu terungkap. Pihak sekolah juga seolah menutupi kebenaran dari kasus setahun lalu itu. Orang-orang yang mencurigakan mulai bermunculan.

Sampai akhirnya, Rachel menemukan fakta kalau penjahatnya adalah orang yang selama ini berada di dekatnya. Sang pelaku mulai ketakutan karena Rachel terlalu dekat dengan kebenaran dan mencoba membunuhnya.

Akankah Rachel berhasil selamat dan menemukan kakaknya kembali?

Siapakah sebenarnya pelaku kejahatan di Asrama Red Orchid Dormitory?

Credit:

Gambar : Pixabay @cocoparisienne

Font : Limelight, PicsArt

chap-preview
Free preview
Chapter 1
            “Kak.. tolong aku.” Suara seseorang bergetar ketakutan.             “Ada apa tuan muda?” Orang di ujung telepon menjawab dengan nada khawatir             “Aku… Aku…” Orang itu semakin ketakutan. Tangan dan bajunya penuh noda darah.             “Ada apa? Tenanglah tuan muda. Katakan dengan benar.”             “Aku… Aku membunuh orang..” Suaranya bergetar hebat. Ditatapnya orang yang tergeletak tak bernyawa didepannya. Dan dipojok ruangan seorang remaja perempuan dengan keadaan menyedihkan terlihat penuh ketakutan.             Orang diujung telepon terhenyak. Tak menyangka akan mendengar hal mengerikan seperti itu. “Tenanglah tuan muda. Saya akan segera kesana. Apakah ada orang yang melihat kejadian itu?”             Orang itu terlihat linglung. Dia memandang ke sekitar. “Ada.. Ada cewek yang melihat.” Ketakutannya semakin menjadi-jadi             “Tenang. Jangan bertindak gegabah. Pastikan dia tidak pergi kemana-mana. Saya akan mengurus semuanya.” Orang itu memutus sambungan telepon dan segera pergi menuju tempat kejadian.             “Bagaimana ini…. Bagaimana ini…” Orang itu terlihat gelisah. Dia terus menatap kedua tangannya yang berlumuran darah. Gadis di pojok ruangan tetap diam. Dia mengalami shock berat. Dia melihat dengan kedua matanya sendiri teman yang mencoba melindunginya dibunuh dengan sadis.             “Mikayla…. Aga… Kalian dimana?!” Terdengar suara memanggil-manggil dari kejauhan. Gadis di pojok ruangan itu seperti tersadar dari shock nya. Itu suara teman-temannya.             “Mika… Aga….” Suara memanggil itu kembali terdengar, membuat pembunuh itu panik. Mikayla bangkit dari duduknya, mencoba meminta bantuan pada temannya. Namun pembunuh itu langsung mencengkeram tangannya.             “Jangan coba melakukan apapun. Kalau tidak… aku juga akan membunuhmu!” Mikayla kembali terduduk. Bayangan saat penjahat itu membunuh temannya kembali terulang. Tubuhnya gemetar ketakutan.             “Hei lihat, lampu Gudang itu menyala.” Suara diluar semakin dekat. Penjahat itu menjadi semakin kalut karena mereka tahu keberadaanya. Dia mengambil balok kayu yang tadi digunakannya untuk membunuh.             “Pintunya nggak dikunci.” Suara laki-laki terdengar dibalik pintu. Penjahat itu bersiap memukul siapa saja yang akan masuk kedalam. Hening sejenak, ketiga orang yang mencari Mika dan Aga merasa ada yang tidak beres dengan ruangan itu. Namun akhirnya mereka memutuskan untuk memeriksanya.             “Awas!!!” Mikayla menjerit Ketika Raymond membuka pintu. Namun terlambat, Penjahat itu berhasil memukul Raymond hingga tak sadarkan diri. Mikayla sendiri langsung pingsan melihat satu lagi temannya menjadi korban penjahat itu. Dua orang lainnya mencoba melarikan diri. Namun mereka langsung dilumpuhkan oleh seseorang dari arah belakang.             “Tuan muda. Kenapa ada orang sebanyak ini?” Penjahat itu terduduk melihat orang kepercayaanya sudah tiba. Seluruh tenaganya serasa menghilang karena begitu tegang dan ketakutan sedari tadi             “Tidak apa-apa tuan muda. Saya akan membereskan semuanya.”                                                                                           *******               Rachel berdiri tegak di depan gerbang Red Orchid High School. Sekolah paling bergengsi di kota Anggrek yang hanya bisa dimasuki anak-anak unggulan. Dan yang paling penting dari sekolah ini adalah Red Orchid Dormitory. Sebuah asrama Eksklusif yang hanya bisa dimasuki oleh 5 siswa dengan nilai ujian tertinggi di Red Orchid high school.             Bukan hanya mendapat tempat tinggal gratis, semua biaya hidup dan uang saku ditanggung oleh pihak Yayasan sekolah. Dan lagi, bagi mereka yang bisa mempertahankan nilainya dan tetap menjadi penghuni asrama paling sedikit 2 tahun, mereka akan dijamin masuk universitas bergengsi dan mendapat beasiswa penuh sampai lulus. Sangat menggiurkan, apalagi bagi mereka yang kurang mampu.             Namun.. bukan itu yang membuat Rachel berusaha mati-matian agar bisa masuk ke sekolah ini. Dia bukanlah anak yang suka belajar. Nilai akademisnya tidaklah tinggi. Alasan Rachel membuang mimpinya menjadi pianis dan masuk Red Orchid High School adalah untuk mencari kakaknya yang hilang setahun lalu. Raymond, kakak Rachel adalah salah satu penghuni asrama Red Orchid, yang menghilang Bersama 3 orang penghuni lainnya setahun lalu. Hanya 1 orang yang bisa ditemukan. Namun dia dalam keadaan shock berat dan mengalami depresi parah. Dia sama sekali tidak dapat diajak berkomunikasi. Pandangannya kosong. Dan jika dipaksa berkomunikasi, dia akan berteriak histeris seperti orang gila.             Sejak peristiwa itu, Asrama Red Orchid ditutup. Polisi tidak menemukan kejanggalan di asrama maupun di sekolah. Mereka seperti menghilang tanpa jejak. Namun Polisi tetap menyegel Asrama itu karena disanalah keempat orang itu terakhir terlihat. Setelah setahun ditutup, akhirnya asrama itu kembali dibuka tahun ini. Meski tentu saja asrama sudah dibersihkan dan direnovasi, Rachel yakin, pasti ada hal yang bisa menjadi petunjuk disana.             “Kakak… Aku pasti akan menemukanmu.” Rachel bergumam pelan dan mulai melangkahkan kakinya masuk ke area sekolah. Ramai sekali orang yang memadati area pekarangan sekolah itu. Ini adalah hari pertama masuk sekolah. Dan akan ada upacara penyambutan murid baru. Rachel menjadi salah satunya.             Dia sama sekali tidak tertarik dengan acara itu. Rachel hanya ingin segera masuk ke kelas dan mulai belajar. Dia harus mendapatkan nilai tertinggi agar bisa terpilih menjadi 5 siswa terbaik dan bisa masuk ke asrama sekolah itu.             -Semua siswa diharap masuk ke aula 1- Suara microphone terdengar di seantero sekolah. Para siswa baru mulai ribut mencari lokasi aula 1 seperti yang dikumandangkan.             -Kami ulangi. Semua siswa diharap masuk ke aula 1. Upacara penyambutan akan segera dimulai- Rachel berjalan santai mengikuti arus manusia menuju aula 1. Semua siswa memakai seragam yang sama. Yaitu kemeja putih polos dengan bawahan kotak-kotak dengan desain yang apik. Dipadu dengan blazer berwarna merah. Semua tingkat sama, hanya jumlah garis pada lengan kiri blazer yang membedakan tingkat kelas para siswa.             “Hei, sendirian cantik?” Seorang cowok menyapa Rachel dengan nada ‘sok akrab’. Dia berjalan sama santainya dengan Rachel. Tak terlihat antusias sama sekali dengan upacara penyambutan. Berbeda dengan murid-murid yang lain. Sebentar saja mereka berdua sudah tertinggal di belakang. Menjadi orang terakhir di barisan orang yang berjalan menuju aula 1.             “Siapa ya?” Rachel membalas sapaan orang itu dengan cuek. Dia memang tidak punya niatan untuk mencari teman. Rachel hanya ingin fokus pada tujuannya masuk sekolah itu. Dia ingin segera menemukan kakaknya.             “Ahh, jutek banget. Kita kan udah jadi teman satu sekolah. Kenalan boleh dong?” Cowok itu berusaha mensejajari Rachel yang tiba-tiba mempercepat langkahnya.             Rachel menoleh sekilas, memandang lawan bicaranya. “Nggak tertarik!”             “Oh.. Well. Kamu melukai hatiku nona. Aku hanya bermaksud menemanimu yang terlihat sendirian.” Pemuda itu mengendikkan bahunya dan berlalu pergi menuju aula meninggalkan Rachel sendiri di belakang.             Rachel tak peduli, dia tetap berjalan santai menuju aula. Hanya tinggal segelintir orang yang masih ada diluar. Mereka terlihat berlari karena sudah terlambat. Namun Rachel tetap setia dengan irama langkahnya.             “Wajahnya telihat terlalu tua untuk ukuran anak SMA.” Rachel bergumam sendiri mengingat wajah cowok yang mengajaknya bicara tadi. Namun segera mengendikkan bahu. Tak peduli.             Aula 1 sudah penuh sesak dengan para siswa seluruh angkatan begitu Rachel tiba disana. Upacara penyambutan segera dimulai. Rachel mengambil duduk di bangku yang masih kosong yang paling dekat dengannya. Dia berada dibarisan paling belakang. Cukup sulit melihat ke arah panggung yang berada jauh di depan.             “Lihat kan, kita memang berjodoh.” Orang yang duduk disebelah Rachel menyapa tiba-tiba. Suaranya terasa familiar.             Rachel menoleh dengan enggan. Benar saja, cowok yang tadi menyapanya di perjalanan memandang Rachel dengan senyum lebar diwajahnya. Wajahnya benar-benar terlalu dewasa untuk ukuran anak SMA.             “Hei, apa kamu punya masalah dalam membaca ekspresi orang?” Rachel bertanya pedas. Terpaksa memandang lawan bicaranya. “Atau kamu tidak mengerti bahasaku?”             Cowok itu mengangkat satu alisnya, bingung dengan reaksi Rachel. “Miss.. Aku hanya sedang mencoba berteman. Apa ada yang salah dengan itu? Atau… Kamu tidak mengerti bahasaku?” Cowok itu menyeringai lebar. Merasa menang karena berhasil membalikkan kata-kata Rachel.             Rachel benar-benar merasa terusik. Suasana hatinya tidak pernah baik setelah kakaknya menghilang. Dia yang dulunya ramah dan ceria berubah menjadi pribadi yang pemurung dan sulit didekati. Rachel memandang cowok itu dengan tajam. “Sudah kukatakan aku tidak tertarik.”             “Ahh, tentu saja. Namaku Zachery. Senang berkenalan denganmu.” Cowok bernama Zachery itu tak mengindahkan perkataan Rachel. Dia dengan senang hati memperkenalkan dirinya meski dia tahu Rachel akan semakin sebal padanya.             “Whatever!!” Rachel kembali memusatkan perhatiannya kearah panggung. Menganggap orang disebelahnya itu tidak ada. What the hell with this guy?! Soooo Annoying!!             -Mohon perhatian. Upacara penyambutan akan segera dimulai. Hadirin dimohon untuk berdiri- Suara microphone membuat aula menjadi tenang seketika. Semua siswa terlihat antusias. Mereka mengikuti setiap rangkaian acara dengan penuh khidmad.             Rachel memandang lurus kearah panggung. Namun pikirannya mengembara. Dia sama sekali tidak tertarik dengan apa yang disampaikan. Yang ditunggunya adalah bagian penjelasan tentang regulasi Asrama Red Orchid. Hal-hal lain tidaklah penting baginya.             -Kalian adalah pemuda-pemuda paling cemerlang dikota ini. Pemuda-pemuda harapan masa depan- Sebaris kalimat pidato itu menyentil pikiran Rachel. Wajahnya berubah sendu. Dia teringat kenangannya bersama sang kakak.                         “Kakak, sehebat apa Red Orchid High school itu? Kenapa kakak sangat antusias untuk sekolah disana?” Rachel sangatlah dekat dengan kakaknya. Dia sangat feminim, Setiap hari selalu memakai dress-dress cantik dan manis. Rambut panjangnya yang bergelombang selalu ditata dengan sangat apik.             “Hemm.. Apa ya… Tempatnya sendiri sudah hebat. Semua fasilitas dan guru disana adalah yang terbaik. Dan lagi, semua anak-anak unggulan berkumpul disana. Jadi kompetisinya akan semakin menantang.” Raymond menjelaskan dengan mata berbinar-binar. Dia memanglah seorang jenius matematika. Dan tak ada sekolah lain yang lebih baik dari Red Orchid yang bisa mengembangkan bakatnya.             “Uhh, aku tidak tahu kenapa kakak sangat suka belajar. Matematika selalu membuat kepalaku pusing kak.”             “Hahaha… Semua orang punya ketertarikannya sendiri Rachel. Sepertimu yang sangat suka bermain piano. Dimata kakak, piano tidak menarik sama sekali. Tidak menantang. Tidak ada rumus yang harus dipecahkan. Tidak ada soal yang bisa dihitung dengan logika.” Raymond memandang adiknya gemas. Rachel sudah menjadi murid sekolah menengah, namun bagi Raymond, Rachel tetaplah adik kecilnya yang sangat manis.             “Ya ya ya, mister jenius.” Rachel memutar bola matanya jengah.             “Mengejar sesuatu yang benar-benar kita sukai itu sangat mendebarkan Rachel. Jangan pernah menyerah pada mimpimu. Seperti kakak yang ingin mempelajari teori-teori baru setiap hari. Memecahkan persoalan yang rumit. Menemukan formula-formula baru… Membayangkannya saja sudah sangat mendebarkan.” Raymond memandang adiknya dengan sayang. Diusapnya rambut Rachel perlahan. “Kamu juga jangan berhenti bermain piano. Teruslah pelajari teknik-teknik baru, Mainkanlah lagu-lagu yang indah dengan jemarimu. Meski kakak tidak akan pernah tahu dimana letak keindahannya.” Raymond tertawa lepas.             “Dasar! Kakak memang benar-benar buta nada.” Rachel merengut sebal. Namun sejurus kemudian ikut tertawa Bersama kakaknya. Dimata Rachel, kakanya terlihat sangat cemerlang... sangat berkilauan.               -Dan tahun ini Asrama Red Orchid akan dibuka kembali- Tepuk tangan bergemuruh didalam aula itu. Menyadarkan Rachel dari lamunannya. Hal yang dia tunggu-tunggu akhinya dibahas juga.             -Sama seperti tahun tahun sebelumnya, hanya akan ada 5 anak terpilih yang bisa menjadi penghuni asrama. Mereka akan dipilih dari hasil tes tertinggi yang akan diadakan sebulan setelah acara penyambutan tahun ajaran baru. Mereka tidak terbatas dari tingkat berapa atau dengan latar belakang apa. Semuanya murni sesua nilai tes yang dibuat sedemikian rupa sesuai dengan tingkatannya masing-masing. Dan ingat! Siapapun yang berani berbuat curang akan langsung dikeluarkan dari sekolah ini. SMA Red Orchid bukanlah tempat untuk para pecundang yang menghalalkan segala cara untuk menang. Kami hanya menerima yang terbaik dari yang terbaik-             Rachel mendengarkan dengan seksama semua penjelasan tentang asrama. Aku harus bisa menjadi salah satu dari 5 orang itu. Demi kakakku!             Disebelahnya, Zachery pun begitu berkonsentrasi dengan apa yang disampaikan. Matanya menyala penuh tekad. Aku harus bisa menjadi salah satu dari 5 oarang itu. Demi adikku!             -Dan akhirnya kita sampai pada penghujung acara. Kami ucapkan, Selamat Datang kepada siswa baru di Red Orchid High School.- Aula kembali bergemuruh dengan suara tepuk tangan. Semua siswa terlihat bergembira. Wajah mereka diliputi kebahagiaan karena akhirnya bisa menjadi bagian dari sekolah paling bergengsi dikota itu.             -Siswa tingkat dua dan tiga bisa segera menuju ke kelas masing-masing. Untuk siswa baru, agar berkumpul ke depan aula untuk pembekalan lebih lanjut- Aula kembali bergemuruh. Siswa tingkat 2 dan 3 bergegas meninggalkan tempatnya. Terlihat antrian mengular menuju pintu keluar aula. Siswa-siswa baru pun mulai beranjak menuju ke depan panggung untuk mendapat instruksi lebih lanjut.             Rachel beranjak dari duduknya. Menuju kedepan panggung mengikuti arus manusia yang berjalan dengan rapi. Zachery mengekor dibelakangnya. Rachel tak habis pikir mengapa pemuda itu terus menerus menempel padanya padahal dia sudah memberi tanda dengan jelas kalau dia tidak ingin didekati.             Semua anak baru berbaris rapi di depan panggung. Tidak banyak, hanya sekitar 60 anak yang nantinya akan dibagi menjadi 4 kelas. Pembagian kelas didasarkan pada nilai tes masuk. Siswa-siswa dengan nilai tertinggi akan berkumpul di kelas A. Dan yang paling rendah akan ditempatkan dikelas D.             Rachel yakin dia akan ditempatkan dikelas A. Meskipun dia tidak suka bidang akademis, tapi dia tidaklah bodoh. Dia cukup yakin dengan kemampuannya.             “Mau bertaruh? Aku yakin kita pasti akan mendapat kelas yang sama.” Zachery berbisik tepat disamping telinga Rachel yang membuatnya tersentak kaget. Rachel mendelik sebal pada Zach.             “Mind your manners boy!” Zachery tertawa kecil mendengarnya. Namun tidak berkomentar apapun karena pembagian kelas sudah dimulai.             “Selamat pagi semuanya. Sebelumnya perkenalkan dulu saya Abraham yang akan menjadi wali kelas A. Berikut akan saya sebutkan daftar siswa yang masuk ke kelas A. Dari rangking tertinggi selamat kepada Zachery White.” Seluruh siswa bertepuk tangan dengan meriah. Memberi selamat kepada peraih nilai tertinggi. What?! Cowok tukang caper ini peringkat 1? What the hell!!             “Kenapa dengan ekspresimu nona?” Zachery tertawa menang. Menyenangkan sekali baginya melihat ekspresi keterkejutan Rachel. Zach mengerling pada Rachel lalu pergi menuju guru Abraham. Berbaris didepannya.             “Oke, yang selanjutnya adalah Dylan.” Pemuda yang disebut Namanya maju menuju barisan kelas A. Wajahnya sedikitpun tidak menunjukkan senyum. Begitu dingin… Aura gelap menguar kuat dari dirinya.             “Selanjutnya Rachel Nadean.” Rachel maju menuju barisan kelas A. Zachery tersentak mendengar nama yang disebutkan guru. Nadean? Berarti dia Adik Raymond Nadean? Salah satu korban?             “Selanjutnya….” Guru terus menyebutkan nama-nama siswa yang masuk kelas A sampai genap menjadi 15 siswa. Lalu dilanjutkan dengan wali kelas B, C dan D. Sekarang semua siswa baru sudah mendapat kelas masing-masing.             “Semua siswa ikuti wali kelas masing-masing untuk menuju kelas ya.” Semua orang membubarkan diri menuju kelas masing-masing. Termasuk rombongan kelas Rachel yang mengikuti guru Abraham menuju kelas A. Rombongan dengan siswa terpintar seangkatannya.             “Hei.. Jadi namamu Rachel?” Zachery kembali sok akrab dengan Rachel. Namun Rachel masih tetap acuh. Tak Peduli. “Tebakanku benar kan? Kita satu kelas.” Zach memamerkan senyum mautnya. Zachery memang sangat tampan. Garis wajahnya tegas. Sorot matanya tajam dan rambutnya yang agak panjang dibiarkan menjuntai begitu saja. Membingkai wajahnya dengan sangat apik.             “Hahhh…” Rachel sengaja mendengus dengan keras. Ditatapnya Zach dengan tajam. “Apa kamu punya maksud tertentu Mr. White? Dari awal aku sudah dengan tegas bilang aku tidak tertarik. Kenapa kamu tidak menyerah?”             Zachery tersenyum. Dia menarik Rachel agar lebih dekat padanya. Zach sedikit membungkuk agar tingginya sejajar dengan Rachel. Lalu dia berbisik tepat ditelinga Rachel. “Bagaimana kalau aku bilang aku punya tujuan yang sama denganmu?”             Rachel terkejut mendengar penuturan Zach. Apa dia benar-benar tahu tujuanku yang sebenarnya? Siapa sebenarnya dia?                                                                                 ********* -to be continue-

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

RAHIM KONTRAK

read
418.3K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.2K
bc

Dosen Killer itu Suamiku

read
311.1K
bc

PEMBANTU RASA BOS

read
15.7K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
75.9K
bc

Skylove (Indonesia)

read
109.2K
bc

Sweetest Diandra

read
70.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook