Awal

1044 Words
"Aku bisa gila!" teriak Woojin frustasi. Sementara Woojin mulai berteriak-teriak tak jelas, gadis yang duduk tidak jauh darinya hanya memandanginya sambil melongo. Gadis itu mengerjap kagum. Matanya terfokus pada pemuda yang mulai mondar-mandir di depannya. "kau tak apa?" Woojin menoleh pada gadis titu dengan pandangan kesal. Gadis itu ... gadis yang membuatnya berteriak-teriak sejak tadi. Gadis yang tiba-tiba muncul di depan apartemennya sambil membawa sebuah koper. Gadis yang dengan polosnya menyodorkan sepucuk surat pada Woojin. Surat dari sahabatnya, Yebin yang sekarang hilang tanpa kabar. Woojin mencoba menghubunginya berkali-kali tapi sahabatnya itu tak menjawab telponnya. "Apa kakakmu benar-benar tak memberimu alamat rumah barunya?" tanya Woojin. "Tidak, aku benar-benar dibuang. Kata Kak Yebin, bila keuangan keluarga kami kembali membaik, aku akan dipungut kembali." ucap gadis itu acuh. Woojin menjambak rambutnya sendiri dengan kesal. Inginnya sih menjambak rambut gadis di depannya. Ia kesal dengan wajah polos gadis itu. Kalau gadis itu polos begini, Woojin tidak tega kalau mengusirnya. Lagipula ia benar-benar heran pada sahabatnya. Kalau Yebin ingin membuang adiknya, mengapa adiknya itu dibuang ke apartemen Woojin? Woojin bahkan tak memiliki urusan apapun dengan masalah keluarga mereka. Tapi kenapa Woojin yang tertimpa sialnya? "Baiklah siapa namamu?" tanya Woojin. "Ini sudah ketiga kalinya Kakak menanyakan hal itu." Gadis itu mencibir. "Jawab saja! Aku memiliki ingatan yang buruk sehingga tak bisa mengingat nama seseorang dengan baik." ucap Woojin asal. "Namaku Kang Yeonsoo." ucap Yeonsoo. "Baiklah Yeonsoo, kamarmu di sana. Masuklah ke kamarmu, mengenai peraturan di apartemen ini kita akan membahasnya besok." ucap Woojin. Ia mematuhi perintah Woojin dan masuk ke dalam kamar yang ditunjukkan Woojin tadi. Woojin melirik ke surat yang tadi dibawa gadis itu. Ia mengambilnya dan membacanya kembali. Dear Woojin sahabatku Kau sahabatku yang paling baik bukan? Aku sangat membutuhkan bantuanmu. Aku tahu dibalik wajahmu yang ketus dan menyeramkan itu kau memiliki hati yang selembut b****g bayi. Keluargaku akan pindah karena perusahaan keluarga kami bangkrut. Yeonsoo tak bisa ikut dengan kami. Ia sudah kelas tiga SMA, sebentar lagi ia akan lulus. Sangat sulit mencarikannya sekolah yang ingin memberinya beasiswa seperti sekolahnya saat ini. Hanya kau sahabat yang bisa kupercaya. Aku tahu kau takkan melakukan apapun pada adik perempuanku. Orang-orang menggosipkan kau itu gay dan kau adalah kekasihnya Jaehoon. Jadi kau takkan melakukan sesuatu yang buruk padanya. Karena itu tolong biarkan ia tinggal bersamamu! Tolong bantu aku, bukankah itu gunanya sahabat? Kau beri dia makanan dan minuman sisa setiap hari pun tak apa. Dia omnivora, bisa makan apapun. Yeonsoo juga bisa tidur di gudang. Dia tipe orang yang bisa tidur kapan saja dan dimana saja. Tolonglah jangan usir dia, oke? Note : Yeonsoo itu ... Bagaimana menjelaskannya ya? Dia memiliki kepribadian yang aneh. Tolong abaikan saja jika ia mulai mengganggumu ok? Tertanda Kang Yebin Kepribadian yang aneh? Woojin menatap kamar baru Yeonsoo. Yeonsoo terlihat normal di matanya. "Satu-satunya yang berkepribadian aneh disini adalah kau Yebin-ah!" Woojin melempar surat itu ke atas meja. Ia menjatuhkan bokongnya ke atas sofa. Ia kesal, bahkan saat meminta bantuannya pun Yebin masih sempat menghinanya. Kekasihnya Jaehoon? Ia mengira Woojin itu memiliki orientasi seksual yang berbelok dari seharusnya? Astaga demi apapun Woojin bahkan lebih lurus dari penggaris! Dan Yebin menitipkan adik perempuannya pada Woojin? Ini masalah besar! Woojin mengambil ponselnya. Mencari kontak orang yang lebih berbakat dalam masalah ini dibanding dirinya. "Halo, Byun Jaehoon apa kau bisa ke apartemenku sekarang?" *** Jaehoon menatap Yeonsoo dengan senyum yang merekah. Tipe senyum seorang pria bila bertemu dengan wanita cantik. Tahu kan? Senyum tebar pesona. Sayangnya Yeonsoo hanya memiringkan kepalanya dan menatapnya polos. Oh, atau pura-pura polos? "Byun Jaehoon jangan coba-coba! Dia adik Yebin, kau tahu apa yang akan dilakukan Yebin bila tahu kau menggoda adiknya bukan?" cibir Woojin. "Memangnya kenapa? Aku sudah kebal dengan pukulan Yebin," Jaehoon terkekeh, "Bagaimana bisa wajah adiknya lebih cantik? Atau Yebin sebenarnya anak angkat?" Woojin mengendikkan bahunya, "Sepertinya Yeonsoo yang anak angkat. Kau lihat kan? Dia yang dibuang, bukannya Yebin." Jaehoon mengangguk, "Orang tuanya benar-benar tak bisa membandingkan yang mana varietas yang baik dan yang mana yang buruk. Miris, yang bibit yang baik dibuang dan yang buruk disimpan." Yeonsoo membuka mulutnya. Lalu menutupnya lagi. Seperti ingin mengatakan sesuatu tapi ia menahannya. "Kalian membicarakan aku atau membicarakan tumbuhan? " tanyanya heran. Jaehoon tergelak kencang. Sangat kencang hingga Woojin merasa sahabatnya sudah gila. Lagipula itu tidak lucu sama sekali. "Kak Woojin, apa pemuda ini yang dimaksud Kak Yebin? Kekasih gaymu?" Yeonsoo menatap Jaehoon menyelidik, "Kau sepertinya tak memilih pasangan dengan baik. Ingin kucarikan? Kau uke atau seme?" tawarnya. "Uke? Seme? apa itu?" tanya Jaehoon heran. "Uke yang menusuk dan seme yang ditusuk." ucap Yeonsoo santai. Woojin dan Jaehoon sontak melongo. Woojin mengingat isi surat Yebin. Jangan katakan kepribadian aneh yang Yebin maksud adalah ini? "Dengar, aku bukan gay. Kalaupun aku gay aku juga pilih-pilih. Seperti yang kau katakan tadi, orang ini bukan pasangan yang baik." ucap Woojin penuh penekanan. "Tak apa. Biasanya kaum pelangi seperti kalian memang menutupi orientasi seksual kalian dari orang lain." Yeonsoo mengendikkan bahunya. Baiklah! Woojin menarik ucapannya tadi! Gadis ini aneh! Benar-benar aneh! Wajah polosnya itu hanya kedok untuk menutupi keanehannya. "Masuklah ke kamarmu. Aku harus bicara serius dengan Jaehoon." pinta Woojin. "Butuh waktu untuk berduaan? Baiklah aku mengerti. Lakukan sesuka kalian. Jangan menahan diri." Yeonsoo kabur ke kamarnya. Lakukan? Lakukan apa? Menahan diri? Menahan diri dari apa? Sungguh perkataan Yeonsoo benar-benar membuat orang lain berpikir macam-macam. "Errr, jadi Yeonsoo akan tinggal bersamamu hingga Yebin menjemputnya?" Jaehoon menyengir canggung. "Mau bagaimana lagi? Aku tak mungkin membiarkannya menjadi gelandangan di luar sana bukan?" dengus Woojin. "Sebenarnya aku tak keberatan jadi gelandangan, Kak!" teriak Yeonsoo dari dalam kamarnya. "Hei, kau menguping?" balas Woojin. "Aku hanya penasaran, Kak. Aku hanya mendengar, tidak mengintip! Lakukan saja!" teriak Yeonsoo. Jaehoon menahan tawanya. Ia menepuk punggung Woojin. "Semoga kau bisa bertahan tinggal bersamanya." kekehnya. "Ya semoga aku bisa bertahan untuk tidak membunuhnya sebelum Yebin kembali." ucap Woojin lesu. Ia melirik ke kamar Yeonsoo. Pintu gadis itu sedikit terbuka. Terlihat sekali gadis itu diam-diam mengambil gambarnya dengan Jaehoon. Woojin menghela nafas. Yah, semoga ia bisa bertahan. *** Makassar, 17 Juli 2016 Dipublikasikan di dreame 16 Juli 2020
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD