Prolog

329 Words
Hingar bingar musik yang mengentak tidak membuat mereka terganggu. Hal itu malah membuat mereka semakin menari meliukkan tubuh mereka di dance floor. Tapi tidak untuk cewek berambut cokelat sepunggung. Dia merasa pening mendengar musik mengentak tersebut. Cewek itu merasa risi, tidak terbiasa datang ke Bar seperti ini.    Penampilannya pun terbilang yang paling biasa—bukan pakaian yang sering cewek-cewek pakai untuk pergi ke Bar. Dengan celana jeans putih serta baju berwarna merah yang bagian bawahnya terikat. Sehingga bagian perut mulus dan ratanya sedikit terlihat.    “Je, pulang yuk.” Cewek itu menghampiri temannya di dance floor.    “Apa?” temannya berteriak karena tidak mendengar suara si cewek.    “Pulang. Pu-lang.” Cewek itu ikut berteriak dan mengeja kata pulang dengan gerakan tangan.    “Oh, pulang?” Cewek itu mengangguk. “Nanti aja, El. Lagi seru ini,” katanya. Cewek itu cemberut lalu kembali ke tempatnya. “Jenar mah begitu, gue risi ini, Je.” Cewek itu menggerutu tidak jelas. Menatap temannya yang ada di dance floor, cewek itu mengambil sling bag-nya lalu keluar dari Bar—tempat yang dijadikan teman satu sekolahnya untuk merayakan ulang tahun. Sebenarnya, itu bukan real Bar. Tempat yang disewa merupakan Bar yang di bagian depannya adalah Kafe. Sementara si Bar-nya sendiri berada di belakang.    Cewek itu menghela napas saat sudah berada di luar. Saat melangkah, dia mendengar suara geraman tertahan. Membuatnya bergidik takut. Melawan rasa takutnya cewek itu bwrjalan perlahan mendekati suara yang membuat bulu kuduknya meremang.   “Sagam?” lirih cewek itu. Lelaki yang dipanggil Sagam itu menoleh dan berkata, “Elara.” Dengan lirih.    “Heh, lo kenapa?” tanya Elara.    Elara tahu dia dan Sagam adalah rival, terutama dibidang akademik. Elara dan Sagam selalu saja berkejaran dalam peringkat kelas. Tapi, melihat Sagam yang tidak berdaya, Elara jadi kasihan.    Dengan gerakan tiba-tiba Sagam menarik tangan Elara. Membuatnya memekik kaget. Sagam menarik tengkuk Elara, menempelkan bibirnya pada bibir cewek itu. Dilumatnya bibir Elara, dihisap dan digigit membuat cewek itu memekik. Elara terlalu terkejut, dia menengang tidak membalas ciuman Sagam. Elara terpekik saat Sagam menggigit bibirnya kembali dengan kuat. Hell, apa yang cowok ini lakukan? Kenapa bisa seperti ini?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD