Richard sangat senang, "Oke, biarkan kakakmu membawamu untuk mengenal perusahaan besok, dan kemudian Ayah akan memilih hari yang baik untukmu mengumumkan identitasmu!"
Sejak Merry meninggalkan rumah untuk mengejar Yohan tiga tahun lalu, dia tidak pernah muncul di depan publik sebagai putri Keluarga Chandra. Selain itu, dia sangat rendah hati, sangat sedikit di lingkaran sosial ini yang mengetahui identitas asli Merry selain orang yang sudah mengenal Merry.
Itu bukan masalah besar sebelumnya, tetapi sekarang melihat putrinya mau memulai hidup baru. Richard sebagai seorang ayah, semangatnya menjadi tak terluapkan!
Merry menyetujui kehebohan ayahnya.
Di Keluarga Prawira dalam tiga tahun terakhir, dia telah memahami sebuah kebenaran. Ada banyak orang yang mempermalukannya. Daripada emosi terhadap hal itu, dia lebih ingin melihat orang lain emosi.
Berita tentang kembalinya Merry ke Keluarga Chandra belum diumumkan. Tetapi sahabatnya Dila telah mendapatkan kabar secara langsung dan tidak sabar untuk langsung menemuinya. Melihat Merry yang telah lama hilang, dia melompat untuk memeluknya, "Akhirnya kamu bercerai! Hanya dengan kamu bercerai kamu sudah menjadi sayangku yang manis."
Ketika Merry ingin menikah dengan menyembunyikan identitasnya, Dila adalah orang pertama yang menentangnya.
Tapi Merry tetap tidak menggubris, dan mereka berdua tidak lagi berhubungan.
Dia berpikir bahwa Dila masih marah pada dirinya, tetapi dia tidak menyangka bahwa Dila telah menunggunya untuk kembali.
Dia memeluk Dila, dan mereka berdua mengatakan semua percakapan yang belum mereka selesaikan selama tiga tahun ini.
Dila masih merasa tidak tenang, "Tidak, tunjukkan surat perceraianmu kepadaku."
Merry tidak tahu harus bersikap bagaimana, "Apakah kamu masih takut aku memalsukan perceraianku?"
Dila berkata: "Tidak bisa hanya dengan ucapan, bagaimanapun juga, kamu cinta mati pada Yohan, kamu rela menyerahkan statusmu kepada Keluarga Prawira untuk menjadi ibu rumah tangga, sekarang memikirkannya lagi benar-benar menakutkan."
Merry berkata: "Jangan bicarakan hal itu lagi, aku mengingat ingat diriku di masa itu juga merasa sangat ngeri, bagaimana bisa demi seorang lelaki jadi kehilangan jati diri?"
Sambil mengatakan itu, dia mengeluarkan surat perceraian, "Itu dicap, itu benar."
Dila lalu menghela nafas lega, "Sayang, kamu sudah menemukan jawabannya, lihat dirimu sendiri, kamu secantik dewi, ditambah lagi kamu putri keluarga Chandra, dan berapa banyak pria yang ingin menikahimu berbaris di Bandung, apa itu Yohan? Abaikan dia, kamu pantas mendapatkan yang lebih baik!"
Merry mengangguk sambil tersenyum.
Iya benar, apa itu Yohan?
Dia adalah putri muda yang paling disayang dari Keluarga Chandra, dan dia pantas mendapatkan pria terbaik di dunia untuk bersanding dengannya.
Yohan, oh, itu sudah masa lalu.
Merry berkata, "O iya, masih ada beberapa barangku yang tertinggal di Keluarga Prawira, aku harus pergi mengambilnya kembali, tolong antarkan aku ke sana."
Dila tentu saja merasa berkewajiban, "Oke! Kebetulan sekali aku juga ingin melihat seperti apa memalukannya Keluarga Prawira, dan jika mereka berani menggertakmu di depanku, aku akan menghajar mereka sampai mati sampai tidak bisa mengenali wajahnya!"
Merry tersenyum hangat dan mengikuti Dila ke rumah Keluarga Prawira.
Ini adalah kamar Yohan dan dia setelah mereka menikah. Biasanya, hanya dia yang tinggal di sini sendiri, dan Yohan jarang kembali.
Dia mengira tidak akan ada seorang pun di rumah, tetapi tidak disangka ia melihat ibu Yohan, Riana, segera setelah dia membuka pintu.
Riana tidak pernah menyapa ketika dia datang ke sini dan ketika dia melihat Merry kembali dengan orang asing dia terlihat jijik, "Aku sudah memberitahumu berulang kali, di rumah ada banyak dokumen penting milik Yohan yang semuanya terkait dengan perusahaan yang bersifat rahasia! Kamu kembali dengan ceroboh membawa orang asing, jika ada dokumen yang dicuri, apakah kamu dapat bertanggung jawab?"
Kata-kata ini terang-terangan sedang mempertanyakan karakter Dila.
Dila yang tumbuh dengan penuh kasih sayang dan tidak tahan dengan perlakuan seperti ini.
Dia menunjuk hidung Riana dan mulai memarahi, "Siapa yang mau mencuri dokumenmu? Lihat keluargamu yang malang, rumah yang tidak sebesar kamar pelayanku, kamu masih tidak tahu malu mencurigaiku? Perkataanmu juga tidak enak didengar, kalian Keluarga Prawira, benar-benar pengemis bernasib buruk!"