7

1138 คำ
-         Kalau tak berjodoh, Tuhan punya banyak cara untuk memisahkan kita.- -         Asshila Rahma. -             Shilla merasakan kalau ngilu di hatinya makin melebar setelah sekian lama. Rasanya berdekatan dengan Arka adalah pemicunya. Penawarnya? Tak ada. Tak bisa di hilangkan lagi. Ini sebuah tragedi yang di buatkan oleh takdir. Di dekatkan dengan orang yang harus kita jauhi, takdir memang kurang kerjaan.           “ Kenapa ngedumel sih pagi pagi, Shil? “           Hassel mendekati Shilla yang sejak tadi bolak balik ke pantry dan keluar dengan wajah masam, berganti sebal, dan sekarang Shilla sudah kehilangan kesabarannya. Shilla memalingkan wajah pada Hassel. Secepat kilat ia tersenyum.           “ Gue udah siap menanti kiamat besar … “ ujar Shilla sambil berlalu dengan wajah masam dan senyum di paksakan.           Kopi yang ada di nampan itu ia junjung tinggi tinggi. Seperti junjungannya, Arka Megantara. Sepanjang jalan, Shilla terus mendengus dan merapalkan banyak mantra yang telah ia kuasai dari Nyi Blorong, Mak Lampir bahkan sampai Grandong.           “ Permisi Pak … “ salam Shilla tak di sambut.           Shilla melongok ke dalam. Masih terlihat jelas di atas sana. Cangkir kopi kelima. Rasanya aneh aneh kata Arka. Ada yang asin, terlalu pahit, dan banyak lagi dumelan Arka yang tak masuk akal.           “ Pak Arka? “ tanya Shilla lagi dengan melongokan wajah semakin ke dalam. Tak ada Arka. Suara hembusan nafasnya pun tak ada. Shilla jadi heran, ia langsung masuk dengan nampan masih di tangannya. Dan saat itulah Arka muncul.           “ Maa- af Pak, saya lancang. “ kata Shilla dengan cepat dan gugup mengetahui kehadiran Arka yang tiba tiba. Laki laki itu mengernyit dan memilih untuk cuek. Ia menatap kopi yang di bawakan Shill.           “ Bawa ke sini kopinya, “ ujar Arka sambil duduk di kursi kebesarannya.           Tangan itu mengulurkan kopi ke hadapan Arka. Dengan cepat bibir Arka menyentuh permukaan cangkir itu. Kopi. Rasanya itu yang ia butuhkan saat obat dari psikiater sudah tak berefek apapun padanya.           “ Bapa pusing? “ tanya Shilla saat Arka sesekali memijit pelipisnya sendiri. Bukannya jawaban, Arka malah memicingkan matanya pada Shilla dengan tajam.           “ Kamu keluar sana, gara gara kamu engga becus buat kopi. Saya jadi pusing. “           Glup. Shilla meneguk ludahnya sendiri dengan gugup. Ia berbalik badan dan hendak pergi. Tapi Arka lagi lagi menghentikan langkahnya.           “ Tunggu! “           Shilla berbalik dengan menahan amarah dan menebarkan aura kesabaran yang hampir habis, “ Ada apa lagi ya Pak? “           “ Kamu engga bakat buat kopi, lain kali jangan buat kopi lagi. “           Shilla hanya tersenyum masam sambil mengangguk. Baik, saya juga engga akan buat kopi lagi. Seumur hidup! Tekad Shilla di dalam hati.           Setelah enam cangkir kopi dengan takaran yang membuatnya pusing. Gulanya lima ribu butir, air panasnya sembilan puluh derajat Reamur, volumenya harus 120 ml di gelas 100 ml! Sinting sudah Shilla dengan permintaan Arka. Shilla melayangkan senyuman. Ingin menghujat Arka sampai organ dalamnya bergetar. Tapi tak jadi.           “ Baik Pak, akan saya pertimbangkan. Setelah saya pesiun, saya akan jadi agen jamu air mancur. “ dan Shilla langsung pergi dengan cepat dan terburu buru. Arka hendak menyembur Shilla karena perkataan gadis itu. Tapi keburu menghilang di balik pintu. Ia kembali meminum kopinya. ^^^           Rentetan kejadian itu kembali berkelibat di ingatan Shilla dengan cepat ia menepis pikirannya.           “ Makan siang yuk Shill … “ ajakan Hassel itu di jawab dengan gelengan cepat oleh Shilla.           “ Engga mau, takut gue. “ ujarnya. Hassel malah mengangkat alisnya dengan heran. Apa yang harus di takuti memangnya?           “ Takut di panggil Pak Arka tiba tiba, “ sambung Shilla yang akhirnya menjawab segala pertanyaan Hassel. Gadis itu beroh ria.           “ Udah jangan khawatir, gue tadi liat Pak Boss keluar. “ ucap Hassel dengan nada perghibahan yang sangat pekat.            “Sama perempuan lagi.”           Shilla tak menyalahkan Arka. Ini sudah berlangsung lama. Perpisahan mereka. Wajar kalau satu sama lain, sudah dengan sosok lain. Tapi rasanya, Shilla masih memiliki bagian dari diri Arka. Sayangnya, Arka tak punya kepingan yang sama dengan Shilla.           “ Ya udah, gue makan siang aja sama lo. Panggilan alamnya pergi, “ celetuk Shilla sambil bangkit. Hassel menyambut bergabungnya Shilla dengan senang hati. ^^^           Kalau arwah para leluhur Shilla melihat bagaimana Shilla berjuang seperti ini. Mereka sebagai wanita dalam bentuk arwah akan sangat bangga dengan Shilla.           “ Gue sih liatnya pergi sama perempuan sekseh. Abis, gue rasa auratnya manggil buat di iya iyain sih. “           Shilla mendengarkan segala cerita fantasi Hassel tentang Arka dengan jengah. Tapi tiga gadis lain di sampingnya malah semakin tersulut untuk mendengar kelanjutannya.                    “ Gue kira itu calonnya Pak Bos deh, maklum. Pak Bos kan udah mateng luar dalem. Luarnya sih udah di pastiin mateng, dalemnya gue kurang paham. Belum gue periksa. “ tutur Sisil. Teman seperghibahan Hassel. Hassel mengangguk sependapat.           “ Baru kali ini Boss keliatan sama perempuan lho. Potek hati gue nihh..!! Kapan Jung Kook dateng buat merajut cinta kasih sama gue … “           Dhea merengek dengan sedih. Ia sendiri adalah haluers yang memimpikan oppa oppa korea sebagai suamiablenya. Miris. Komentar Shilla. Karena itu takan terealisasi.           “ Gue sih lebih percaya sama sekte perjodohan. Lo pada tau sendiri lah, kalo kaum elite itu bener bener mikirin bibir bebet beban. “           Ucapan Prapdita itu di setujui oleh tiga wanita itu, hanya Shilla yang masih melamun menelaah tiap opini perempuan perempuan gila ini.           “ Menuru lo Shill? Lo kan yang deket sama Bos hampir dua belas jam sehari, menurut lo. Bos gimana? “           Shilla hanya mendengus dengan sebal. Pertanyaan ini sangat ia hindari. Ia mengitarkan pandangan ke empat perempuan itu dengan tatapan serius. Pancingan Shilla berhasil.           “ Siapapun perempuannya, minumnya tetep teh sosro. “           Bug! Bag!! Plak!! Lemparan tisu penuh pelampiasan amarah di lemparkan Hassel, Dhea, Sisil baik Prapdita pada Shilla. Ia hanya meringis mendapatkan serangan keji dan zolim dari perempuan perempuan itu.           Shilla hanya tersenyum samar saat mendapatkan makian dari empat perempuan itu.           “ Eh Shill, lo kok engga pernah ngomongin Bos Hot sih? Padahal tampangnya udah evil gitu lho! Kalo gue sih engga bisa kaya lo yang anteng anteng aja ya, gue pasti udah terjerumus ke lembah dosa. “ Hassel menggenggam tisu di tanganya dengan gemas.           “ Lo jebak Pak Bos langsung pake s**********n. “ komentar pedas Dhela langsung mendapatkan cebikan dari Hassel.           “ Gue engga ada hubungan lain sama Pak Arka selain Boss sama pegawainya. Ngapain juga gue musti kegoda sama dia!“ Ptotes Shilla dengan tekad kuat.           “ Tapi bisa aja Pak Arka yang kegoda sama lo lho Shill, “ lanjut Hassel masih dengan usaha perghibahannya.           “ Engga mungkin! “ decak Shilla dengan sebal.           Tak lama setelah Shilla menyatakan itu, terdengar teriakan yang amat sangat lantang sampai Hassel kaget.           “ Ashilla Rahma!!! Ke ruangan saya! Sekarang!! “           Teriakan keras di interkom itu membuat Shilla mendapatkan pandangan tak percaya dari gadis gadis itu.           Boong lo!!           Kecyduk nyaho lo sama gue!!           Sekte n****+ n****+ roman! Istriku, mantan sekretarisku!!           Lo melet Pak Arka pake peletnya siapa Shill! Gue mau buat melet Jung Kook. Pelet jarak jauh!!                        
อ่านฟรีสำหรับผู้ใช้งานใหม่
สแกนเพื่อดาวน์โหลดแอป
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    ผู้เขียน
  • chap_listสารบัญ
  • likeเพิ่ม