Secara Terbuka

1331 Words
Wendi masih terperangah dengan jawaban Tiwi yang tidak pernah ia duga akan diucapkan oleh wanita yang selama ini patuh dan menurut saja padanya itu. Sementara Karin menyadari bahwa Wendi sedang tidak dalam mood yang baik pada Tiwi, sehingga ia berencana semakin membuat Wendi marah pada Tiwi. “Oke, aku pulang! Ngapain juga di sini kalau nggak dihargai,” ucap Karin tanpa rasa malu sedikit pun. “Dihargai? Seorang yang datang dengan tujuan jelas ingin merusak rumah tanggaku, harus aku hargai kedatangannya? Cih, jangan mimpi kamu!” balas Tiwi dengan sengit. “Aku datang ke sini karena ajakan Mas Wendi, asal kamu atau aja! Aku juga nantinya nggak mau tinggal satu rumah sam kamu di sini.” “Hah? Satu rumah? Maksud kamu apa? Jangan mengarang cerita seolah aku rela dimadu dengan wanita seperti kamu, ya!” “Kalau Mas Wendinya mau, kamu nggak bisa nolak lah, Mba! Harus bisa terima kalau suami tuh mau poligami. Lagian, salah sendiri udah nggak bisa kasih kepuasan sama suami dan nggak ada waktu buat manjain suami. Makanya, biar aku aja yang bantu!” ungkap Karin semakin tidak tahu malu di depan Tiwi dan Wendi hanya diam saja mendengarkannya. “Jangan mimpi kalian berdua, ya! Sampai kapan pun, aku nggak akan pernah kasih izin kalian untuk menikah. Kalau kalian memang sangat ingin menikah, silakan Bang Wendi ... kita selesaikan dulu pernikahan kita!” ucap Tiwi dengan penuh kesungguhan dan tidak tampak gentar sedikit pun dengan pandangan Wendi padanya. Tiwi berjalan dengan tegar meninggalkan dua sejoli yang sedang dimabuk cinta itu. Ia memilih untuk pergi melihat si kembar dari pada terus menyiksa batin dan pikirannya bertengkar dengan orang-orang tak tahu diri juga tak tahu malu seperti Wendi dan Karin. Kopi s**u yang sudah ia buatkan untuk Wendi tadi, tidak lupa ia tinggalkan di atas meja tamu dan hal itu membuat Wendi kembali terperangah. Wendi sama sekali tidak pernah menyangka jika sosok Tiwi yang lembut dan selalu penurut, bisa bersikap seperti itu kepadanya. Selama ini, Tiwi bahkan tidak pernah membantah satu kata pun yang Wendi ucapkan. Meski mungkin itu menyakitkan bagi Tiwi, tetap saja wanita itu hanya diam dan patuh pada Wendi. Sangat jauh berbeda dengan sikap yang Tiwi tunjukkan saat ini dan itu membuat Wendi masih tidak bisa berkata-kata. Bahkan, saat Tiwi pergi meninggalkan dia dengan Karin di ruangan itu pun Wendi tetap han ya diam saja. “Mas! Kamu gimana sih? Katanya dia takut sama kamu! Kok malah garangan dia dari kamu?” tanya Karin yang sudah berlagak seperti simpanan sejati sekarang. “Aku juga nggak tau kenapa dia bisa bicara seperti itu. Biasanya dia nggak pernah seperti itu sama aku, nggak berani dia.” Wendi menjawab dengan masih melongo. Ia menyeruput minum yang dibuatkan oleh istrinya itu dengan penuh penghayatan. Rasanya masih tetap sama dan nikmat, seperti rasa yang pernah ada. Maksudnya, seperti rasa yang biasa ia rasakan saat Tiwi menyajikan minuman itu kepadanya. Itu artinya, Tiwi masih berusaha melayani dirinya dengan sangat baik sebagai seorang istri dan hal itu sedikit banyaknya menggoyahkan lagi keangkuhan di dalam hati Wendi. Walau bagaimana pun, Wendi mengakui bahwa dia masih mencintai Tiwi. Tiwi juga bukan wanita jelek dan tidak bisa dibanggakan. Hanya saja, statusnya sebagai ibu dari anak kembar tentu membuatnya tidak lagi bisa merawat diri seperti sebelumnya. Karin merengut di tempat duduknya dan tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Dia seperti kambing congek berada di sini, sementara Wendi tampak kembali melunak dengan sikap istrinya tadi. “Mas ... aku pamit pulang dulu aja, ya. Nanti lain kali aku nginep di sini kalau istri kamu udah izinin.” “Kamu mau pulang sendiri atau aku anterin? Atau pakai taksi online aja, ya. Biar aku transfer ongkosnya.” “Hmm ... ya udah kalau gitu. Sampai ketemu di kantor besok pagi, Sayang.” Karin masih sempat membisikkan kata sayang pada Wendi dan menyentuh pangkal paha Wendi dengan sangat manja dan menggoda. Hal itu membuat sesuatu di balik celana itu langsung menangkap sinyal dengan cepat dan berekasi pula dengan sangat cepat. Namun, Wendi tahu bahwa sekarang bukan lah saatnya dan dia tidak bisa melakukan hal itu sekarang bersama dengan Karin. “Aku antar sampai depan, ya.” Wendi berusaha untuk tetap bersikap tenang selama berada di dalam rumah. Ia tidak ingin Tiwi masih melihat dirinya dan Karin, lalu semua terbongkar sudah seperti yang ia takutkan. Wendi punya rencana untuk menyimpan Karin di dalam rumah mereka karena Karin sedang dalam pencarian oleh mantan suaminya dulu. Hal itu membuat Karin takut pulang karena malas bertemu dengan mantan suaminya itu. Jadi, Wendi menawarkan kebaikan yang teramat salah dan fatal pada Karin. Akan tetapi, sepertinya Tuhan masih berpihak pada Tiwi saat ini sehingga rencana sepasang kekasih haram itu pun tidak terlaksana dengan mulus. Tiwi juga tiba-tiba punya keberanian yang besar melawan dan membantah ucapan Wendi. Dia ingin membuktikan bahwa dia bukan lah istri yang lemah dan bisa ditindas begitu saja. Terlebih lagi, Tiwi sudah mendengar siapa Karin itu melalui sambungan telponnya dengan Yana tadi. Sehingga lebih mudah bagi Tiwi untuk memberikan perlawanan pada ucapan Wendi yang berbohong tentang siapa Karin sebenarnya. “Sayang ... Sayang ...,” panggil Wendi dengan suara keras. Ia berteriak memanggil Tiwi ke dalam rumah, saat Karin sudah pergi menggunakan taksi online yang dia pesan tadi. Tiwi yang baru saja ingin mandi, langsung tersentak mendengar panggilan dari Wendi itu. Sudah berapa lama rasanya Wendi tidak lagi pernah memanggilnya dengan lembut dan mesra seperti itu. “Aku lagi mau mandi, Bang. Ada apa? Jangan berisik, nanti si kembar bangun!” sorak Tiwi yang berniat hanya membalas satu kali saja agar Wendi diam dan tidak berisik lagi. Si kembar memang sudah tertidur karena terlalu lelah bermain setelah Tiwi tinggalkan membersihkan rumah dan bertemu dengan dua orang yang membuatnya kesal dan sedih tadi. Kini, Tiwi baru saja ingin menikmati waktunya sendiri dengan mengguyur tubuh di bawah guyuran air sower. Namun, suara panggilan dari Wendi sudah membuatnya terkesima pula. “Sayang ... kamu di dalam?” tanya Wendi yang jelas berada di depan pintu kamar mandi saat ini. “Iya. Ada apa, Bang? Nanti aja kalau mau bicara atau minta tolong, aku mandi dulu.” Tiwi menjawab dan berkata seperti itu agar Wendi tidak lagi rewel padanya. “Aku nggak mau bicara apa-apa. Kamu buka, dong pintunya,” pinta Wendi dan membuat perasaan Tiwi tidak nyaman. “Kamu mau ngapain? Kan masih ada kamar mandi satunya, pakai itu aja!” “Aku mau mandi bareng sama kamu, Sayang. Masa nggak boleh sih? Kamu kan istri aku!” Wendi berkata dengan nada keras dan membuat Tiwi kembali tidak bisa berkata-kata. Memang, dirinya masih adalah istri sah Wendi dan selama ini tidak pernah Tiwi menolak ajakan Wendi atau pun permintaan Wendi sebagai seorang suami. Tiwi tahu hanya itu lah yang bisa membuat seorang suami betah dan tidak berpaling dari istrinya. Jadi, Tiwi memang selalu mengutamakan pelayanan ranjangnya kepada Wendi. Meski pada kenyataannya, tetap saja sekarang Wendi berselingkuh dan mungkin sudah pernah meniduri Karin. Tiwi tidak tahu kepastiannya tentang hal itu. Permintaan Wendi ingin mandi bersama dirinya itu hanya lah kode karena Tiwi sudah tahu, bahwa sebenarnya yang ingin Wendi lakukan bersamanya adalah bercinta. Melakukan banyak gaya sampai ia merasa puas dan baru mau menumpahkan cairan hangatnya itu pada tubuh Tiwi. “Kamu mau nggak mandi sama aku? Kalau nggak, aku bisa mandi sama orang lain nih!” ancam Wendi pada Tiwi dan hal itu tentu tidak diinginkan oleh Tiwi. Sebisa mungkin, Tiwi akan menjaga suaminya agar tetap melakukan hal itu hanya kepadanya dan bersamanya. Tiwi juga berdoa semoga hubungan Wendi dengan Karin belum lah terlalu jauh hingga sampai dalam hubungan ranjang layaknya suami dan istri. Ceklek. Pintu kamar mandi terbuka dan tampak lah kepala Tiwi menongol dari balik pintu. Karena memang diirnya sudah dalam keadaan polos tadinya. Ia bahkan tidak peduli tadi, apakah Karin tetap berada di rumahnya atau akhirnya memilih untuk pergi saja karena sudah ia usir seperti tadi. “Kamu seksi banget, Sayang. Bikin si o***g jadi bangun nih!” puji Wendi yang terdengar biasa saja bagi Tiwi yang sedang terluka hatinya saat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD