Pernikahan Tidak Sempurna
" Cinta adalah kunci utama yang membuka gerbang kebahagiaan "
_Oliver Wendell Holmes_
.
.
Ketika Tuhan menginginkan hal lain dari keinginan hambanya, itu adalah hak-Nya, seberapa pun kita ingin mengurungkan niat Tuhan itu. Tapi kita juga harus mengetahui, ada cerita baru yang sudah Tuhan siapkan untuk itu. Lebih bahagia? Mungkin. Itu sesuai kehendak-Nya. Dan sebaiknya, jangan untuk menyangkalnya lagi.
Sebuah kebahagiaan akan datang tepat pada waktunya, seolah sebuah rencana Tuhan yang tersembunyi sangat rapat. Tak ada yang bisa mengira kapan datangnya. Tapi cobalah untuk sekedar merebut kebahagiaan itu sebelum waktu merebutnya.
Manusia itu memiliki banyak kesalahan, sekali pun kamu tak mengakuinya. Namun tuhan tetap mengampuni kita. Dengan memberikan sebuah penderitaan dan jalan berliku sebagai pengampunan-Nya. Membuatmu sadar bagaimana sebuah pengampunan itu bukanlah hal mudah untuk dicapai, tapi itu bisa dilakukan.
Tapi semua penjelasan itu seolah tak berarti bagi seorang wanita yang kini tengah terduduk lemah di kursi tunggu sebuah rumah sakit.
Hening. Hanya itu yang bisa dia rasakan. Dia butuh bahu seseorang untuk sekedar terlelap beberapa menit dan berfantasi dengan semua harapannya yang terasa kosong dan mustahil di dunia nyatanya. Tapi bahu itu bahkan tak pernah memedulikannya. Jangankan peduli, melihatnya pun seolah hal yang menjijikan bagi pemilik bahu itu.
Wanita ini hanya ingin bahu itu melihat kalau malaikat mereka yang harus meregang nyawa di dalam sebuah ruangan yang disebut ICU. Melihat bagaimana tersiksanya malaikat mereka di sana . Tapi wanita ini juga harus sadar, bahu itu tidak pernah mengharapkan malaikat mereka ada.
Ya, dia sangat sadar itu.
Harus kemana lagi dia bisa menumpahkan semua air mata yang tertahan perih di dalam hatinya. Merasa malas untuk mengeluarkannya karena tak ada yang akan menghapusnya. Sungguh perih dia merasakan kehidupannya. Kenapa hidupnya bisa sepelik ini? Kenapa Tuhan membuatnya berada dalam kehidupan yang tak pernah sedetik pun mampir di pikirannya?
Namun sekarang, dia berada dalam kehidupan pelik itu, merasakan sakit menyayat hati. Ingin dia pergi meninggalkan semua kehidupan pelik ini. Namun, malaikat kecilnya membutuhkan bahu itu sebagai sebuah pengakuannya. Sangat egois jika dirinya melakukannya.
Sesekali dia melirik pintu biru ruang ICU yang tertutup sangat rapat. Ingin dirinya melihat malaikatnya, karena itu mungkin sedikit meringankan beban hatinya yang terasa sangat berat. Tak tau harus apa lagi yang dia lakukan dengan hidupnya, dia terombang-ambing karena sebuah pernikahan tak berarti baginya dan di pemilik bahu itu.
5 jam kemudian, seorang dokter keluar dari ruang ICU. Melihat miris wanita tadi. Dia mendekatinya, menggoyangkan pelan bahu rapuh itu. Dan mungkin akan kembali terkoyak rapuh ketika mendengar apa yang akan ia katakan padanya.
"Nyonya?" Dokter memanggil wanita itu beberapa kali. Hingga wanita itu akhirnya tersadar dan mengerjapkan matanya beberapa kali menyesuaikan cahaya yang merangsak masuk kedalam manik mata foxinya.
"Hmm...ya, dokter...," gumamnya. Dia berdiri dan mensejajarkan dirinya dengan dokter itu.
"Maaf , nyonya...," ada nada sesal dalam kalimat yang terucap oleh dokter.
"Maaf untuk apa, dokter?" tanya wanita ini. Dia mulai sedikit panik dengan gerak-gerik dokter yang mengeluarkan aura yang tak nyaman baginya. "Adakah hal buruk yang terjadi?" sambungnya, firasatnya mengatakan itu.
"Kami sangat menyesal dan minta maaf atas segala kekurangan kami karena kami tidak bisa menyelamatkan putra anda, nyonya...," jelas dokter. Menatap mata foxi wanita itu untuk memberi sedikit kepercayaan padanya. Dia tahu wanita itu pasti akan segera ambruk karena ini.
Wanita itu menggeleng cepat. Dia tidak mempercayai penjelasan dokter itu padanya. "Tidak mungkin." Ucapnya menyangkal apa yang dia dengar.
Berkali-kali dia menggumamkan kalimat itu. Hingga kaki kecil nan rapuhnya itu akhirnya benar-benar tidak sanggup lagi menahan sesak dan perihnya tubuh itu, untuk ikut merasakan getir hidup wanita itu. Wanita itu terduduk dilantai putih rumah kesakitan itu. Menangis tapi tak bersuara sedikit pun. Membuat pemandangan ini terasa mengobrak-abrik hati siapa pun. Termasuk dokter ini, dia membantu menopang tubuh rapuh itu, mengelus pelan punggung mungil wanita ini. Memberikan kekuatan kecil yang ia tahu pasti itu tak berarti bagi wanita ini.
"Tegarlah, nyonya...anda harus menerimanya...," ujar dokter itu.
"Saya ingin melihatnya!" pinta wanita ini. Berusaha berdiri dengan segala kekuatan yang masih tersisa untuk hidupnya yang semakin tak jelas ini.
Dia buka kain putih dari wajah tampan putranya. Malaikat kecil yang sebelumnya menjadi tujuan hidupnya. Namun kenapa dengan cepat tuhan membawa pergi sebuah hal yang sangat berarti bagi kehidupannya ini. Kenapa tuhan sejahat ini padanya?
"Bangun sayang! Bangun... jangan tinggalkan mama, sayang! " teriaknya, terdengar begitu miris.
.
.
Instagram: Gorjesso