Mencari Lisa

1086 Words
Leo baru saja sampai di perusahaannya, semua karyawan yang berpapasan kepadanya tampak menunduk kepalanya memberi hormat. Sedangkan dia justru menunjukkan sikap dingin. "Mark, apa kamu semalam menjemput saya di Klub?" Leo bertanya kepada sang asisten, saat mereka sudah berada di ruangan. "Ya, Tuan. Memangnya ada apa, Tuan?" Mark balik bertanya. "Apa semalam saya membawa seorang ja*lang ke Mansion?" Leo bertanya lagi. "Tidak! Anda hanya pulang dengan saya berdua. Memangnya ada apa, Tuan?" Mark semakin tanda tanya. Leo terdiam, tak menjawab pertanyaan asistennya. Dirinya semakin bertanya-tanya, siapa wanita yang semalam bercinta dengannya. Satu-satunya cara yaitu dengan melihatnya di CCTV Mansion. Dia langsung membukanya di MacBook. Rasa penasaran semakin menjadi. Leo tampak serius memperhatikan tampilan layar CCTV, sejak dia datang ke Mansion. Dirinya dibuat melongo tak percaya, saat dirinya menarik paksa Lisa dan memperko*sanya. Membuat tubuhnya bergetar seketika, wajahnya tiba-tiba saja berubah pucat dan keringat dingin membasahi wajah dan tubuhnya. Akhirnya terungkap, mengapa Lisa berhenti bekerja. "Tuan, Anda kenapa? Apa Anda sakit?" Mark bertanya, yang kini memandang ke arah bosnya. "Cepat kamu cari wanita itu!" titah Leo dengan suara yang terdengar bergetar. "Maaf, Tuan. Wanita mana yang Anda maksud?" tanya Mark, untuk memastikannya. "Siapa lagi kalau bukan Lisa? Wanita yang tadi kita temui di jalan," jawab Leo ketus. Tentu saja al itu membuat Mark semakin bingung dan bertanya-tanya. Sebenarnya, apa yang terjadi dengan bosnya dan Lisa-pelayan di Mansion? "Cari wanita itu hingga dapat, dan bawa dia ke Villa!" titah Leo. "Dasar bos aneh! Tadi marah-marah tak jelas. Sekarang, menyuruh mencarinya," gerutu Mark dalam hati. Meninggalkan Mark yang sedang mencari Lisa. Leo justru duduk termenung sambil memijat keningnya yang terasa sakit. "Aku tak habis pikir, mengapa aku bisa kehilangan kendali seperti itu? Padahal selama ini, aku tak pernah segila ini. Oh, Leo kau benar-benar gila! Bagaimana jika Elena tahu, kalau kamu memperko*sa Lisa? Dia pasti akan marah besar kepadamu," Leo bermonolog. Namun, tak lam kemudian. Pemikirannya justru berubah. "Ah, biarkan saja! Semua ini kesalahannya. Mengapa dia pergi meninggalkan aku sendiri. Harusnya dia tahu, seorang laki-laki tak akan bisa bertahan lama untuk menahannya. Lagi pula, aku hanya berniat menjadikan dia, sebagai pelampiasan has*ratku. Disaat Elena tak ada. Aku akan bercinta hanya dengan dua orang saja, yaitu Elena dan juga Lisa." Sungguh gi*la, membawa Lisa dalam permainannya. Setelah sekian lama dia bertahan untuk setia, akhirnya malam tadi pertahanannya runtuh. Dia merenggut keperawanan Lisa. Hal itu yang membuat dia menjadikan Lisa sebagai wanita simpanannya. Sejak tadi dia terlihat uring-uringan. Pikirannya menjadi tak karuan. "Arrgghh, mengapa aku jadi kepikiran wanita itu terus!" Leo pun menjadi tak fokus bekerja. Dia tak tahu, kalau sang istri sebenarnya selingkuh dengan pemilik agency tempat dia bekerja. Dia dijadikan pemuas ranjang, agar kariernya terus bersinar. "Faster Baby! Ah ... Baby, kau memang wanita yang hebat," racau Ernesto. Elena semakin mempercepat. menggoyangkan pinggulnya. Membuat Ernesto menggila. Dia pun terlihat begitu menikmatinya. Hingga akhirnya mereka mengerang bersama. Elena langsung turun dari tubuh Ernesto. "Bersiaplah, dua jam lagi kamu akan pemotretan," ujar Ernesto, sambil membuang penga*man yang sudah berisi sper*manya ke dalam tong sampah. Ernesto memakai pakaiannya kembali, dan Elena memilih langsung mandi. Dia harus segera bersiap-siap untuk melakukan pemotretan. Elena sudah terlihat cantik dan anggun. "Aku berangkat dulu ya! Aku tak ingin datang terlambat," ujar Elena dan Ernesto menganggukkan kepalanya. Sama halnya dengan Elena yang sudah berkeluarga, Ernesto pun sudah memiliki seorang istri dan juga dua orang anak. Dia hanya menjadikan Elena, sebagai tempat pelampiasan has*ratnya. Saat jauh dari istrinya. Leo tampak sedang marah-marah, karena orang suruhannya belum juga menemukan Lisa. Saat ini Lisa sedang berada di rumah sakit. Dia jatuh pingsan saat di jalan, dan langsung dilarikan ke rumah sakit oleh orang-orang yang melihatnya. "Dasar bodoh! Mencari satu wanita saja kalian tak mampu. Sebenarnya, kalian ini bisa bekerja atau tidak si?" Pekik Leo. "Saya harap, Tuan bisa bersabar dulu! Kami masih terus berusaha," ujar Sam, orang suruhannya. Leo tak sabar. Hingga akhirnya dia meminta nomor telepon Sam dari Mark. Dia ingin berbicara langsung. "Apa, kamu menyuruh saya bersabar? Berani-beraninya kamu bicara seperti itu kepada saya? Apa kau tak tahu siapa saya?" Leo langsung memutuskan panggilan telepon dengan orang suruhannya, dan melempar semua berkas-berkas di mejanya. Meluapkan kekesalannya. "Lihat saja kau kelinci kecil! Aku pasti akan menemui kamu!" Leo terlihat mengepalkan tangannya. Perlahan Lisa membuka matanya, dia baru saja terbangun dari pingsannya. Tubuhnya masih terasa lemas. Sejak dia melarikan diri dari Mansion Leo, dia belum makan apapun. Ditambah pikirannya yang sungguh menyiksanya. Membuat dia tak mampu menopang tubuhnya sendiri. "Dimana aku?" batin Lisa. Dia tampak melihat sekeliling ruangan tempat dia berada. "Syukurlah. Kamu sudah sadar," ucap sang dokter. Tak lama kemudian, sang dokter datang. Dia memang ada jadwal memeriksa Lisa. "Sebenarnya, apa yang terjadi pada saya Dok?" tanya Lisa. Suaranya masih terdengar lemas. Dokter menjelaskan, kalau Lisa mengalami dehidrasi kekurangan cairan. Membuat tubuhnya terasa lemas, hingga akhirnya dia jatuh pingsan. "Apa kamu belum makan, atau mungkin kurang istirahat? Hal ini sering kali terjadi seperti ini. Oleh karena itu, pentingnya menjaga pola hidup dengan baik," jelas sang dokter dan Lisa hanya menganggukkan kepalanya. Setelah kejadian itu, dia memang tak bisa tidur. Dia terus menangis, memikirkan hidupnya yang malang. Niat hati ingin beristirahat sejenak, dia justru malah di usir oleh ibu tirinya. "Dok, apa saya sudah boleh pulang? Saya tak punya uang untuk membayar biaya rumah sakit," Lisa berkata lirih. "Apa kamu sudah merasa sehat?" tanya balik sang dokter. Lisa mengiyakan, ucapan sang dokter. Jika dia lama di rumah sakit, dirinya justru akan semakin sakit. Kepikiran biaya tagihan rumah sakit. Selain itu, dia juga harus mencari pekerjaan lagi. Mark baru saja sampai di rumah orang tua Lisa. Dia mendapatkan informasi dari yayasan Lisa mendaftar untuk bekerja. Dia bertemu ibu tiri Lisa. "Tadi, dia memang sempat pulang ke rumah. Dia bilang katanya, dia sudah tak bekerja lagi di Mansion majikannya tempat dia bekerja. Terus saya usir saja dia, saya suruh cari pekerjaan. Kalau dia tak bekerja, bagaimana kami punya uang untuk kehidupan kami," jelas Rona tanpa perasaan bersalah. "Berarti Anda tidak tahu keberadaan Lisa saat ini?" Tanya Mark untuk memastikan, dan Rona mengiyakan. Mark membuat sebuah penawaran yang bagus, kepada ibu tiri Lisa. Jika mereka bisa membawa Lisa kepada Tuan Leo. Sebagai imbalannya, Leo akan memberikan 50 ribu pound sterling untuk mereka. Tentu saja membuat mata Rona berbinar-binar. Sebenarnya, ada perasaan kasihan yang dirasakan Mark kepada Lisa. Menurut Mark, Lisa wanita yang baik. Tetapi, nasibnya begitu menderita. Saat mendengar penjelasan Rona. "Saya akan mencoba mencarinya, dan membawa dia kepada Anda. Anda tak perlu khawatir. Saya yakin dia tak pergi jauh, karena dia tak memiliki uang sama sekali," ucap Rona dengan penuh percaya diri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD