"Sayang, apa aku boleh izin pulang dulu? Leo mengancam akan menemui aku ke sini, kalau aku tak pulang. Aku tak akan lama kok, hanya beberapa hari saja," ujar Elena yang masih tidur dalam pelukan Ernesto.
"Ya sudah, aku juga ingin pulang dulu menemui istri dan anakku," sahut Ernesto.
Mereka sudah mengerti posisinya mereka masing. Mereka akan tetap pada pasangannya, walaupun mereka saling mencintai.
Elena sengaja tak memberitahu lebih dulu tentang kepulangannya kepada sang suami. Dia ingin memberi surprise, untuk Leo. Merayu Leo agar tak uring-uringan lagi dengannya.
Hari ini Elena dan Ernesto akan kembali ke negara mereka. Keduanya terlihat sudah siap untuk berangkat. Mereka akan pulang bersama, menggunakan pesawat yang sama.
"Ayo kita berangkat sekarang!" ajak Ernesto dan Elena mengiyakan.
Mereka berangkat dengan menggunakan taksi menuju bandara. Selama dalam perjalanan, Elena tampak meletakkan kepalanya di pundak Ernesto. Mereka selalu mesra, saat bersama.
"Cukup tiga hari! Setelah itu, kita kembali lagi ke Paris. Ingat kontrak pekerjaan kamu belum selesai," ujar Ernesto dan Elena mengiyakan.
Kini mereka sudah dalam penerbangan menuju negara mereka. Elena tampak memeluk kekasihnya itu. Seakan dia tak ingin berpisah dengan Ernesto. Namun sayangnya, dia tak bisa memiliki Ernesto seutuhnya. Ernesto sudah mengatakan, kalau dia tak akan pernah menceraikan istrinya.
"Hanya tiga hari! Setelah itu, kita bisa bersama lagi. Aku pun pasti sangat merindukan kamu," bisik Ernesto di telinga Elena. Hembusan napas Ernesto begitu terasa.
Pesawat yang membawa mereka telah mendarat dengan sempurna. Elena dan Ernesto turun, mereka akan terpisah di bandara bertemu keluarga masing-masing. Tak ada kecupan, lambaian tangan perpisahan mereka. Mereka sudah kembali ke negara asal mereka. Siapapun, kapanpun, dimanapun, bisa saja orang yang mengenalnya melihatnya.
"Pasti Leo sangat senang, saat melihat aku pulang," Elena berkata. Senyuman melengkung di sudut bibirnya.
Elena sudah dalam perjalanan menuju Mansion. Sedangkan Leo sang suami baru saja selesai menggagahi pelayan yang bekerja di Mansionnya. Lisa dan Leo masih terbaring lemas tak berdaya di ranjang. Mereka sedang mengatur napas mereka, akibat pergulatan panas mereka.
"Tuan, apa aku sudah boleh kembali ke kamarku?" Tanya Lisa yang kini sudah terlihat lebih segar. Jantung dan napasnya sudah berpacu normal kembali.
"Iya. Istirahatlah! Tolong rapikan dulu sprei ranjang ini!" Titah Leo.
Lisa langsung merapihkan ranjang itu, sprei sudah terlihat rapi kembali. Dia sudah bisa tidur dengan nyaman. Suara klakson mobil terdengar dari luar. Sang penjaga bergegas untuk membukanya.
"Siapa yang datang malam-malam?" gumam Leo.
Leo menyibak gorden kamarnya, ingin melihat tamu yang datang ke Mansionnya malam-malam. Alangkah terkejutnya dia saat melihat Elena turun dari mobil.
"Cepat kamu kembali ke kamarmu, Elena kembali!" usir Leo.
Cepat-cepat Lisa keluar dari kamar Leo. Leo pun langsung memakai pakaiannya kembali, dan berpura-pura tidur. Jantungnya berpacu sangat cepat, saat itu. Dia berharap, Elena tak tahu.
"Ya Tuhan, untung saja permainanku dengan Lisa sudah selesai. Jika tidak ... Ah entahlah! Aku tak ingin memikirkannya," Leo bermonolog sendiri.
Dia mencoba menenangkan dirinya, agar tak terlihat gugup nanti di hadapan Elena. "Tenangkan diri kamu, Leo!"
Elena terkejut, saat berpapasan dengan seorang wanita cantik dan juga berpakaian seksi. Wanita itu menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa. Bahkan mereka hampir saja bertabrakan.
"Siapa kamu? Mengapa kamu turun dari atas? Apa hubungan kamu dengan suamiku?" Tegur Elena dengan tatapan yang tajam menatap Lisa. Tentu saja hal itu membuat Lisa begitu ketakutan, wajahnya terlihat tegang.
"Gawat, Lisa bertemu Elena. Semoga saja Elena tak mencurigai Lisa Jika aku keluar, pasti Elena akan curiga mengapa aku belum tidur. Semoga saja Lisa bisa melewatinya," Alex berkata. Dia begitu gelisah memikirkannya.
"Maaf Nyonya, saya tidak ada hubungan apa-apa dengan Tuan Leo. Saya hanya pelayan di Mansion ini. Saya baru saja selesai membereskan ruangan atas. Agar besok pagi Tuan Leo bangun, ruangan atas sudah bersih. Apa ada yang Nyonya inginkan? Jika tidak ada, saya pamit ke kamar saya untuk beristirahat," ujar Lisa. Rasanya jantung Lisa berhenti berdetak.
Lisa langsung pergi meninggalkan Elena, karena Elena tak menjawab sepatah katapun. Elena masih terus memperhatikan Lisa dari belakang sampai Lisa berlalu dari tatapannya. Entah mengapa dia menaruh curiga kepada Lisa, dia tak percaya dengan ucapan Lisa tadi.
"Apa Leo berselingkuh dengan wanita itu selama aku tak ada? Ah, tidak mungkin! Leo adalah laki-laki yang setia. Dia tak mungkin seperti itu. Aku yakin kalau ini semua hanya perasaanku saja," Elena bermonolog.
Hingga akhirnya Elena memutuskan untuk langsung naik ke atas, menemui suaminya di kamar. Elena bisa bernapas lega, saat melihat sang suami sudah berpura-pura tertidur pulas.
"Ah, sayang. Hampir saja aku meragukan cintamu padaku. Aku sempat mengira, kalau kamu selingkuh dengan pelayan itu. Tak sepatutnya aku mencurigakan kamu, kamu tak akan melakukan perbuatan rendahan seperti itu. Kamu tak akan selingkuh dengan seorang pelayan," ucap Elena dan Leo mendengarnya.
Memang benar apa yang dikatakan istrinya itu. Tapi kini berbeda, dia tak bisa memungkiri lagi perasaannya kepada Lisa. Dia sudah terjebak dengan perasaannya kepada pelayan cantik dan seksinya itu.
Perlahan Leo membuka matanya, karena dia sebenarnya memang belum tidur. Dia hanya berpura-pura, seolah-olah dia sudah tertidur pulas.
"Sayang, kamu pulang?"
Leo langsung bangkit duduk dan meraih tangan istrinya. Dia berpura-pura terkejut saat dirinya membuka matanya dan melihat wajah sang istri berada di hadapannya. Leo memeluk tubuh tubuh Elena.
"Sayang, aku merindukanmu. Mengapa kamu pulang tak bilang, aku 'kan bisa menjemput kamu di bandara," Leo berkata.
"Sengaja, karena aku tak ingin kamu curiga saat melihat aku kembali bersama Ernesto," Elena berkata dalam hati.
Tentu saja dia tak mungkin mengatakan hal itu kepada sang suami. Dia mengatakan, kalau dia ingin memberi surprise untuk suaminya itu.
Berbeda halnya dengan Leo dan Elena yang sedang melepas rindu. Lisa justru sedang meneteskan air matanya.
"Sampai kapan aku harus seperti ini? Ya Tuhan aku lelah, hanya dijadikan pelampiasannya saat istrinya tak ada," Lisa berkata.
Air matanya terus mengalir. Ingin rasanya dia berlari meninggalkan Mansion. Lagipula, tugasnya sudah selesai. Elena-istrinya Leo telah kembali. Tak ada alasan lagi untuk Leo melarang dirinya pergi.
Leo dan Elena kini sudah berada di ranjang, keduanya sudah sama-sama polos. Mereka tidur sambil berpelukan, melepas rasa rindu mereka.
"Kamu tahu tidak, aku hampir saja gila saat engkau pergi meninggalkanku. Rasanya begitu menyiksaku, aku harus berpuasa berbulan-bulan. Aku sangat mencintai kamu," ungkap Leo membuka pembicaraan.
"Yakin, dia puasa? Tak mencari kepuasan dengan wanita lain? Aku tak yakin, kamu bisa tahan untuk tidak bercinta," batin Elena, sambil memainkan milik suaminya. Leo pun mende*sah merasa nikmat. Matanya sudah terlihat merem melek.
"Ah, sayang aku merindukannya. Apa kamu mau memuaskan aku malam ini?" Tanya Leo, suaranya sudah terdengar berat. Gairah bercintanya bangkit kembali, padahal dia baru saja melakukannya dengan Lisa.
Tentu saja Elena tak menolaknya, dia ingin memuaskan suaminya itu. Dia pun sudah sangat merindukan milik suaminya. Elena langsung melahap bibir suaminya, ciuman mereka sangat b*******h. Lidah mereka sudah membelit satu sama lain.
Setelah puas, Elena menghentikan ciumannya. Dia mulai memasukkan milik suaminya ke dalam mulutnya dan mengu*lumnya.
"Aaahh, Sayang. Nikmat sekali. Aku sudah lama menginginkannya," racau Leo.
Elena terlihat begitu bersemangat. Leo semakin menggila, dia langsung mendorong tubuh Elena ke ranjang.
"Sayang, aku ingin memasukkan milikku ke milikmu," pinta Leo dan Elena hanya pasrah. Padahal tubuhnya terasa lelah. Namun, Dia tak ingin mengecewakan suaminya.
Leo mulai memberikan rang*sangan di tubuh istrinya. Menghi*sap bukit kembar istrinya. Entah mengapa dia merasakan yang berbeda.
"Mengapa rasanya lebih nikmat milik Lisa. Ah, tidak—tidak! Mungkin karena sudah cukup lama aku tak menghi*sap dan memainkan payu*daranya," Leo berkata dalam hati.
Tiba-tiba saja Leo menghentikan aktivitasnya. Tentu saja hal itu membuat Elena merasa kesal.
"Mengapa diam? Apa yang sedang kamu pikirkan?" Tegur Elena ketus. Padahal Elena sudah menikmatinya, dan kini justru harus terhenti.
"Maafkan aku sayang, kita lanjut besok saja ya! Aku baru ingat kalau besok pagi-pagi sekali, aku harus berangkat. Aku harus menyiapkan stamina," jawab Leo bohong.
Tiba-tiba saja hasrat Leo hilang kepada sang istri. Dia justru mengingat saat bersama Lisa. Bayangan wajah Lisa menari di pikirannya, saat dia menggagahi tubuh Lisa.
Tentu saja hal itu membuat Elena merasa kecewa. Baru kali ini dia melihat suaminya menolak keinginan bercinta. Hal itu membuat Elena merasa curiga, dengan apa yang terjadi pada suaminya itu.
"Pasti ada sesuatu yang kamu rahasiakan dariku. Aku akan mencari tahu," Elena berkata dalam hati.