Teduh dan nyaman, itulah yang Ditha rasakan ketika mendengar suara Narendra. Ditha tidak mengerti apa yang dia rasakan, melihat Brian melangsungkan pernikahan dirinya merasakan sakit hati sampai ke akar, tetapi dia bahagia saat mendengar suara Narendra dan juga mengetahui fakta bahwa lelaki itu benar-benar datang. Namun, segala yang ingin dia raih itu rasanya kabur seiring dengan kesadarannya yang mulai hilang. Bau anyir darah menguar di seluruh ruangan, gedoran pada pintu semakin lama semakin tidak bisa Ditha dengar, jam dinding yang selalu jadi saksi kesedihannya seperti ada dua dan buram. Semakin lama jiwanya semakin melayang, terbang bebas, ringan. “Tidak ada suara, Bu.” Prayoga dan Hani mulai panik. Bahkan tubuh ringkih wanita yang sudah mengandung Ditha itu gemetaran tidak sanggup