Sungguh malam yang sangat menyebalkan, aku sangat tidak menyukai kebisingan seperti ini. Kehidupan tentram ku di London akhirnya berakhir ketika tiga hari lalu papa meminta aku untuk pulang ke tempat kelahiran ku Indonesia.
Dan disinilah aku sekarang, menyendiri di lorong hotel yang sedikit gelap namun begitu tenang. Ketika papa memilih menyapa rekan bisnisn dan mengabaikan keluarganya. Selalu seperti itu, aku bahkan sudah tidak heran lagi ketika melihat papa dengan tawa lepasnya bersama orang - orang yang membicarakan kekayaan mereka, sedangkan Mama hanya duduk termenung sendiri di kursinya. Sungguh aku sama sekali tidak tertarik dengan kehidupan yang seperti papa lakukan selama ini.
Menghabiskan waktu bersama Mama saja begitu sulit dia lakukan. Aku tidak lagi perduli jika dia mengabaikan ku dan Kak Anggun-kakak perempuanku. Namun, ketika dia melakukan hal yang sama pada wanita yang dengan setia mendampinginya, membuat hatiku sakit.
Keluarga yang sempurna, itulah yang orang - orang lihat dari luar kehidupanku. Namun, percayalah, semua tidak seperti yang terlihat. Aku kesepian.
Terdengar langkah yang semakin mendekati tempat ku berdiri. Aku tidak bisa melihat dengan jelas siapa yang terus melangkah menuju kearah ku. Yang jelas, dia adalah seorang gadis, terlihat gaun ratusan juta yang melekat sempurna di tubuhnya, berpadu dengan tas branded. Aku tidak heran lagi, mungkin saja gadis ini, putri dari salah satu kolega Papa yang hadir dalam acara malam ini.
"Butuh bantuan, Nona?" Tanya ku menyapanya, saat melihat gadis sedikit kebingungan seperti sedang mencari sesuatu.
"Aku sedang mencari toilet wanita." Jawabnya
Suara itu seketika membuat tubuhku tegang. Suara yang tidak pernah aku lupakan selama 5 tahun terakhir ini. Aku menatap lekat wajahnya yang sedikit tidak jelas karena kurangnya pencahayaan di koridor itu. Namun, semakin lama, aku semakin yakin. Wajah cantiknya masih sama, walaupun kini sudah terlihat sangat modis dan anggun. Yah, ini memang dia. Satu - satunya wajah yang membuat jantungku berdetak. Satu - satunya gadis yang mengahangatkan tidak hanya tubuhku tetapi juga hatiku, namun, hilang bagai di telan bumi.
"Kamu salah melewati koridor. Nona." Kata ku lagi, sambil terus berusaha setenang mungkin, meskipun kini dadaku terus bergemuruh di dalam sana ingin segera mendekap tubuh yang kini terlihat jauh berbeda dari beberapa tahun lalu. Aku sangat merindukannya, tidak pernah seharipun aku lewatkan selama lima tahun hidupku, tanpa memikirkannya.
Terlihat dia mulai tidak nyaman karena aku terus menatpnya lekat. Atau mungkin dia takut berpapasan dengan laki - laki asing di tempat aman dan sedikit gelap seperti ini. Meski begitu, dia mengucapkan terimakasih dan berbalik hendak pergi meninggalkan tempatku berdiri.
"Bagaimana kabarmu, Hanna ?" Aku kembali menyapanya ketika dia hendak melangkah pergi. Dan itu berhasil menahannya pergi. Dia berhenti, mematung di tempatnya berdiri tanpa berbalik melihat kearah ku.
Dia menjawab jika dia baik-baik saja seperti yang terlihat masih sambil membelakangiku. Aku melangkah mendekat kearahnya. Sedikit mengintimidasi aku kembali melakukan serangan dengan menyebutkan sebuah nama Universitas tempat kuliahnya dulu.
Dan itu berhasil. Hanna membalik tubuh indahnya. Mengangkat wajahnya. dan menatapku lekat. Mata bulat yang membuat hatiku semakin membuncah itu menatapku sendu, sungguh aku merindukan tatapan sendunya itu. Beberapa detik lalu aku melihat wajahnya yang sedikit menegang namun kembali terlihat biasa saja.
"Sungguh wanita yang luar biasa." Begitulah batinku berteriak. Kenapa sekarang aku menyebutnya wanita? karena dia bukan lagi gadis tapi sudah menjelma menjadi wanita yang terlihat luar biasa anggunnya, dan juga kegadisannya sudah aku petik ranumnya beberapa tahun lalu. Bukan paksaan, dia datang menawarkannya padaku dan menukarnya dengan uang yang jumlahnya tidak seberapa jika dibandingakan dengan kekayaan yang dimiliki oleh orang tuaku.
Dia bertanya apakah kita pernah bertemu dan ataukah aku rekan bisnis Kendrik. Tentu saja aku mengenal Kendrik. Siapa yang tidak mengenal putra seorang Bramantyo dan HG Group? salah satu perusahaan properti andalan Papa, aku sangat mengenalnya.
Apakah setelah mejual keperawanannya padaku, dia sudah menjadi simpanan pengusaha sekelas Kendrik? Beberapa fikiran kotor sudah berkecamuk dalam otak, membuatku geram. Aku mengepalkan tanganku karena menahan kekesalan yang tiba - tiba saja muncul entah datang dari mana dan memilih meninggalkannya yang masih mematung di tempatnya berdiri. Aku sangat kesal ketika dia berpura - pura tidak mengenalku.
Aku melangkah menuju tempat acara yang di selenggarakan keluargaku, terlihat ada dua wanita berharga sedang duduk, itu ibu dan kaka perempuanku. Terus melangkah menuju dua wanita terbaik sepanjang hidupku selain Keyla Aprilia. kalian harus tahu dia sudah masuk dalam wanita terbaik sepanjang hidupku setelah mama dan kakak perempuanku.
"Dari mana sayang? mama mencarimu dari tadi." Tanya Mama.
"Mencari udara segar, Mam." Jawabku sembari duduk di samping wanita terbaik ku itu.
Mataku terus melihat ke arah pintu yang aku lewati tadi, hingga beberapa menit berlalu wanita yang aku nantikan, wanita yang membuat duniaku jungkir balik malam ini terlihat mengendarkan pandangannya menyusuri ruangan mungkin sedang mencari seseorang. Kali ini, wajah cantiknya sudah terlihat sangat jelas, karena cahaya yang begitu terang di ruangan.
Aku melihat dia tersenyum ke arah laki - laki yang melambaikan tangan ke arahnya, Kendrik Bramantyo dari HG Group. Aku merasa tidak bisa menerima ini, pasalnya Kendrik sudah menikah aku turut mengahadiri acara pernikannya 4 tahun lalu.
Apakah gadis yang membuat hatiku terpaut dengan tatapan sendunya malam itu rela menjadi simpanan dari Kendrik untuk kehidupan mewahnya sekarang?
"Oh ayolah Gerry apa pedulimu, ingat kalian hanyalah one night stand salah sendiri kamu menyimpan rasa saat menidurinya dulu". Rutukku dalam hati. Aku hanya bisa menatap kesal ke arah mereka, Sialan ! Batinku terus memaki kebodohanku yang telah jatuh cinta pada gadis itu.
Aku jatuh cinta padanya, aku jatuh cinta pada tatapan sendunya padaku. Aku jatuh cinta pada semua hal yang ada pada dirinya malam itu. Setelah puas menikmati tubuhnya malam itu aku tidak tidur, banyak hal yang datang mengganggu pikiranku. Aku ingin menikahinya. Aku benar - benar jatuh cinta padanya, namun, lagi - lagi aku tersadar dengan kenyataan yang memang tidak bisa aku abaikan.
Gadis dengan tubuh polos tertutup selimut dan hanya menapakkan bahu yang sudah penuh dengan tanda kepemilikanku, sudah tertidur lelap karena kelelahan. Dan aku memilih duduk di sofa dan terus memandangi wajah cantik yang membuatku bergemuruh. Aku ingin wajahnya tercetak jelas di dalam otakku, sebelum besok pagi tiba.
Suara rintihannya ketika pertama kali aku memasukinya membuatku menggila, aku tidak ingin berhenti dari dosa yang nikmat itu, namun, aku juga tidak ingin terus menyakitinya.
"Aroon Papa mengundangmu naik ke atas podium. " Suara kaka perempuanku menyadarkan aku dari lamunan masa laluku.
Aku berdiri dari tempat duduk dan melangkah menuju mama dan papa yang sudah berada di atas podium.
Memberikan sepata dua kata, aku menatap kearah para tamu undangan yang juga menatapku. Beberapa anak gadis dari kolega papa menatapku penuh minat, berbeda dengan wanita yang tidak sengaja ketika pandangan kami bertemu, dia menatapku sendu seperti beberapa tahun lalu.
Selesai dengan acara basa - basi di atas podium beberapa tamu undangan mendekat dengan anak - anak gadis mereka. Mengundang untuk makan malam bersama, aku mulai jengah dengan keadaan ini. Aku segera meminta izin pada papa untuk menyapa Kendrik dari HG Group, dan papa sangat antusias dengan itu. Papa sangat menghormati keluarga Bramantyo. tentu saja dia dengan senang hati mengizinkanku pergi dari situ.
Aku menyapa Kendrik, dan Ken menyambutku dengan baik. Tak lupa aku menanyakan wanita yang duduk tepat disampingnya, seperti yang aku duga, terlihat jelas Ken sangat tidak menyukai ketika aku mulai mengusik simpanannya.
Namun jawabannya sungguh membuatku sedikit terkejut, Hana adalah adiknya. Jika di lihat sepintas Hanna dan Ken memang sedikit mirip. Mata mereka mirip, meskipun tatapan Ken terlihat hangat dan Keyla sendu namun bentuk bulat mata mereka sama. Entahlah orang sekaya om Bram bisa saja punya anak di tempat lain bukan? mengingat kisah keluarga besar Bramantyo sudah menjadi konsumsi publik, tidak heran jika akan muncul anak-anak keturunan Bramantyo di luar sana.
Kendrik mulai terlihat marah ketika aku mulai menggoda kehidupan adiknya. Sebenarnya aku hanya ingin mencari tahu lebih jelas kehidupan wanita di hadapanku ini dan sedikit informasi Hanna juga sekertaris pribadi dari Kendrik.
Ada rasa tidak percaya, namun, aku melihat Ken memang benar - benar seperti seorang kakak yang sedang melindungi adiknya. Hanna hanya menunduk, terlihat dia juga mulai tidak nyaman dengan keberadaanku. Aku pun memilih pergi dari tempat mereka.
Setelah kepergianku, Kendrik mengajak Hanna mengambil makanan yang sudah disediakan dan aku merasa lega ketika melihat Hana mulai terlihat biasa-biasa saja. Bahkan gadis itu sangat menikmati mmakanannya dengan baik seperti tidak terjadi apa-apa. Sama sekali tidak terpengaruh dengan apa yang sudah terjadi beberapa waktu lalu..
Selesai dengan santapan mereka, terlihat Kendrik dan Hanna mendekat kearah tempat Papa, Mama dan aku duduk. Kak Anggun sudah meminta izin kembali kerumah bersama Ka Roby karena Kevin-keponakanku mulai rewel. Kendrik menyapa Papa dan berpamitan untuk pulang.
Aku ikut beranjak dari tempatku duduk. Saat melihat Kendrik berjalan lebih dulu, aku memberanikan diri mendekati Hanna. Menggenggam tangannya erat sembari menyelipkan kartu namaku pada telapak tangannya. Aku sungguh sangat berharap, Tuhan akan memberiku kesempatan kedua atau ketiga untuk bertemu lagi dengannya. Aku sangat ingin bersamannya