MDILY 13

3035 Words
Sudah hampir seminggu Eric dan Dirga menjalin kedekatan, namun wanita tersebut tidak menemukan keburukan dari sosok laki-laki tersebut, bahkan Erica merasa di jadikan ratu saat bersama Dirga, ia juga tidak menyangka bahwa laki-laki tersebut akan memperlakukannya secara baik walau terkadang ia suka seenaknya. "Kalau gue enggak bisa nemuin keburukannya terpaksa banget gue lanjutin," gumam Erica. Wanita tersebut sedang berada di taman mini halaman rumahnya, dengan segelas jus jeruk yang telah ia buat, ia memainkan handphone-nya seolah mencari foto untuk di posting. Setelah selesai, ia menscroll instagramnya tanpa sadar jarinya terhenti di satu postingan laki-laki tersebut. "Lah ini kan gue?" tanya Erica sambil sesekali menzoom foto yang laki-laki tersebut posting. Erica mengernyitkan dahinya sesekali menatap langit, ia sungguh tidak mengerti apa yang di lakukan oleh Dirga. "Dia kapan fotonya?" tanya Erica heran. "Ahhh pas waktu pergi sama dia, jadi tuh Om foto gue diam-diam," cetus Erica sambil tersenyum simpel. Gerry melangkah keluar untuk memghampiri sang anak, namun ia melihat Erica sedang tersenyum sendiri melihat layar handphonenya. Pria paruh baya tersebut langsung duduk di bangku sebelah sang anak. "Lihatin apa si Kak sampai senyam-senyum sendiri," ujar Gerry. Erica jelas terlonjak kaget hampir menjatuhkan handphonenya, ia menoleh ke arah sang papah yang kini tertawa pelan. "Papah ish! Kagetin aja," cetus Erica. "Loh Papah udah dari tadi kok, kamunya aja yang enggak sadar," balas Gerry sambil menggelengkan kepalanya pelan. Erica hanya terdiam saja mendengar perkataan sang papah. "Kak, pernikahan kamu sama Dirga sebentar lagi," ujar Gerry. "Iya Pah, Kakak tahu kok," balas Erica. Gerry berkata, "Kalau kamu emang enggak mau, batalin aja Kak. Kebahagian kamu lebih penting dari apapun." Erica terdiam sejenak, jarinya terhenti menscroll sosial medianya, ia meletakkan handphonenya di meja wanita tersebut menatap ke arah sang papah dengan tulus. "Pah, udah Erica bilang Erica nerima kok, kebahagiaan aku kalau melihat Ibu sama Papah bahagia," ungkap Erica. Pria paruh baya tersebut jelas terdiam mendengarnya, ia tersenyum tipis seolah mengetahui bahwa sang anak kini menerima semua keputusannya dengan ikhlas. Sedangkan di sisi lain, Dirga kini telah memasuki perumahan tempat Erica tinggal dari kejauhan ia bisa melihat wanita tersebut ada di halaman rumahnya bersama ayahnya. Sorot mata Eric dan Gerry kini teralihkan ke mobil yang terparkir di depan rumahnya. "Siapa itu?" tanya Gerry. "Kayanya Dirga deh," jawab Erica. Gerry menoleh ke arah sang anak lalu tersenyum. "Sudah hafal sama calon suami ya," kata Gerry sambil menaikkan kedua alisnya, Erica yang melihat hanya melotot saja atas perkataan sang papah. Sosok laki-laki tersebut keluar dari mobil dengan pakaian yang rapih, Erica hanya mengernyitkan dahinya. Dirga melangkah perlahan menghampiri Erica dan Gerry. "Om," ucap Gerry sambil mencium punggung tangan Gerry. "Ngapain ke sini?" tanya Erica to the point. Dirga yang mendengar hanya tersenyum tipis, sedangkan Gerry hanya menatap tidak percaya ke arah snag anak atas perkataannya. "Kak!" Erica menoleh ke sang papah dan memutar bola matanya dengan jengah. "Duduk dulu nak Dirga." Laki-laki tersebut pun menangguk pelan untuk membalas perkataan dari papah Erica. Gerry kini menatap sang anak sebelum melangkah untuk masuk ke dalam rumah. "Kak jangan kaya gitu sama tamu," ucap Gerry, Erica yang mendengar hanya tersenyum terpaksa. "Ya sudah Om masuk dulu ya, kalian ngobrol-ngobrol aja." Dirga menyahut, "Iya Om." "Om kok ngomong Om," cetus Erica yang jelas di dengar oleh Dirga, laki-laki tersebut tersenyum simpul menatap wanita yang raut wajahnya mungkin tidak mengenakan. "Lu ngapain ke sini? Kan kita enggak ada janjian?" tanya Erica ketus. "Emang enggak boleh nyamperin calon istri?" tanya Dirga yang membuat Erica jelas terdiam mendengar pertanyaannya tersebut. Tanpa sadar jantung Erica berdegup ketika mendengarnya, wanita tersebut merasakannnya namun tidak mau bersikap salah tingkah. "Dih belajar gombal dari mana lu Om," ujar Erica. "Loh kok gombal? Kan kenyataan kalau kamu calon istri saya," balas Dirga. "Iya dah terserah lu Om, terus tujuannya kesini apa?" kata Erica. Dirga menjawab, "Enggak ada tujuan apa-apa, ya emang cuman mau main." Erica yang mendengar jelas memutar bola matanya dengan jengah, alasan klasik menurutnya. Ada jeda keheningan di antara mereka berdua. "Ganti baju sana," ucap Dirga, Erica sontak menoleh dan menatap ke arah laki-laki tersebut. "Mau ngapain emang?" tanya Erica. "Mau belanja," balas Dirga. Erica mengernyitkan dahi bertanya-tanya, ia menatap dari atas hingga bawah ke arah laki-laki tersebut. "Emang ada duit lu ngajak gue belanja," ucap Erica. Dirga jelas tersenyum simpul dan berkata, "Rejeki buat calon istri mah pasti ada." Erica yang mendengar kata 'Calon istri' kini belaga mual yang membuat Dirga tertawa pelan melihatnya. "Sekalian beli keperluan seserahan untuk nikah nanti," lanjut Dirga. Erica yang mendengar jelas tersenyum menyeringai seolah banyak ide yang akan keluar. "Okeh, tunggu." Wanita tersebut langsung beranjak masuk ke rumah meninggalkan Dirga yang terdiam melongo, namun setelahnya ia tersenyum tipis sambil menggelengkan kepala. "Saya rasa, saya enggak akan menyesal di jodohkan dengan wanita ini," gumam Dirga. Ia mengambil handphonenya dan langsung membuka galeri untuk melihat foto yang waktu itu ia ambil, yaps foto Erica. Dirga tersenyum tipis melihatnya. Erica kini menacapkan polesan make up tipis di wajahnya setelah mengganti baju dengan celana jeans dan baju putih polos. Setelah kelar dengan make upnya, kini ia keluar daei kamarnya tentunya tidak lupa ia membawa tas selempangnya. "Kak mau kemana?" tanya Gerry seolah berbisik, Erica yang melihat dan mendengarnya hanya mengerutkan keningnya. Erica menjawab, "Mau pergi Pah. Mau belanja katanya." Dengan nada berbisik juga yang membuat Gerry menatap heran, Erica lalu beranjak pergi dari hadapan sang papah yang masih melongo. "Ayuk." Dirga yang masih setia menscroll handphonenya menoleh ke arah Erica yang sudah berganti pakaian. Laki-laki tersebut jelas berdiri dan berkata, "Sudah? Kok sebentar?" "Ya emang lu berharapnya gue berapa lama ganti bajunya?" tanya Erica ketus. "Ya kan biasanya wanita lama kalau ganti baju, belum make upnya." Erica memuta bola matanya dengan jengah. "Jangan harap." Ia lalu melangkah ke arah mobil, meninggalkan laki-laki tersebut. Dirga yang terdiam sejenak langsung menghampiri wanita tersebut yang sudah berada di depan pintu mobil. "Cepetan ish! Panas kan," cetus Erica. Tanpa pikir panjang Dirga langsung menekan tombol kunci agar pintu tidak terkunci lagi. Erica langsung masuk kedalam mobil begitu juga dengan Dirga. "Mau ke mall mana?" tanya Erica. "Terserah kamu," balas Dirga. Wanita tersebut hanya mengangguk-ngangguk mendengar balasan dari Dirga. Dirga lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan standar menjauh dari halaman rumah Erica, langit yang cerah seolah mendukung mereka untuk berpergian hari itu. Wanita tersebut menyetel lagu tanpa harus ijin dari laki-laki tersebut, namun Dirga membiarkan saja. "Jadi gue boleh minta apa aja nih buat seserahan pernikahan nanti?" tanya Erica dengan senyuman. Dirga menoleh sekilas ke arah wanita tersebut dan berkata, "Iya." Erica yang mendengar kini tersenyum penuh arti. "Gue buat lu batalin perjodohan ini karena sifat matre gue nanti," batin Erica sambil tersenyum miring di raut wajahnya yang membuat Dirga hanya menatap sekilas menggelengkan kepala. Setelah beberapa menit kemudia menempuh perjalanan untuk ke mall, dan kebetulan jalanan tidak terlalu macet. Driga langsung memarkirkan mobilnya di lantai tepat ia akan belanja. "Akhirnya." Dirga menoleh sekilas ketika mendengar gumam'an dari wanita di sebelahnya yang kini sedang berusaha melepas seatbeltnya. Kini ia telah sempurna memarkirkan mobilnya. Erica turun sebelum Dirga membukakan pintu untuk dirinya, laki-laki tersebut yang melihat hanay menatap melongo namun setelahnya tersenyum. "Jadi keperluan apa aja yang nanti buat seserahan?" tanya Dirga. "Om enggak boleh nolak ya setiap barang yang gue mau," cetus Erica. Laki-laki tersebut mendekat ke arah Erica yang membuat ia sedikit memundurkan diri dan mengernyitkan dahi. "Ish mau ngapain Om?!" Dirga yang mendengar jelas tertawa pelan. Laki-laki tersebut menyengir lalu menyentil dahinya Erica dan melangkah untuk masuk ke dalam mall meninggalkan Erica yang masih terdiam melongo. "Malah diam, ayuk!" kata Dirga ketika melihat wanita tersebut masih saja terdiam. Erica hanya mendengus kesal lalu melangkah ke arah Dirga yang menunggu di depan pintu masuk. "Awas lu!" Laki-laki tersebut yang mendengar hanya tersenyum sekilas lalu mengikuti langkah kaki Erica yang sudah di depan. "Kamu mau kemana dulu?" tanya Dirga ketika sudah berada di samping Erica untuk menyamai jalannya. Erica menatap sekilas lalu kembali fokus melangkah sambil mencari toko mana yang akan ia masuki. Erica kini melangkah memasuki toko yang sudah terkenal brandnya. "Kamu yakin di sini?" tanya Dirga. Wanita tersebut menghentikan langkahnya yang membuat Dirga mengerutkan kening, Erica berbalik badan menatap ke arah Dirga. "Kenapa? Lu enggak mampu?" tanya Erica. "Ya sudah terserah kamu," ucap Dirga. Erica yang mendengar jelas tersenyum seolah ini adalah waktunya untuk memuluskan rencananya. Erica kini mulai memilih beberapa tas sekaligus sepatu untuk seserahannya. "Sengaja biar kapok dia dan batalin semuanya," batin Erica sambil menatap Dirga yang kini terduduk di sofa untuk menunggu. "Bayar." Dirga mendongak ke arah Erica yang kini sudah ada di hadapannya. Dirga bertanya, "Emang udah semua?" "Belum, cuman mau nyari yang lain," cetus Erica. Laki-laki tersebut kini melangkah menghampiri kasir untuk membayar beberapa belanjaan dari wanita tersebut, sedangkan Erica sedang menatap sambil tertawa pelan. Erica berceloteh, "Pasti dia bakal kapok." Laki-laki tersebut mengeluarkan dompetnya dan memilih kartu. "Silahkan Pak pinnya," ucap kasir tersebut. Erica yang mendengar melongo dan melangkah dengan cepat ke arah Dirga yang sedang menekan pinnya. Wanita tersebut sekilas menatap Dirga yang membuat laki-laki tersebut juga hanya menatap sekilas. "Terima kasih Pak," ucap kasir tersebut. "Udah bayar?" tanya Erica. "Sudah, tinggal di bungkusin aja terus bawa, atau mau di tinggal di sini dulu. Katanya kan mau lihat-lihat yang lain," ujar Dirga. Erica berkata, "Totalnya berapa?" "Enggak usah mikirin totalnya yang penting itu sesuai keinginan kamu," balas Dirga. "Sial! Dia sekaya apa? Gue yakin total gue hampir ratusan juta," batin Erica. Dirga melirik ke arah sang wanita yang terdiam menatap belanjaannya yang sudah di kemas. "Kenapa? Mau belanja di sini lagi?" tanya Dirga. Wanita tersebut dengan lantang menggelengkan kepalanya. "Om lu sekaya apa?" tanya Erica to the point, sedangkan para pegawai yang mendengarnya jelas mengerutkan kening ketika wanita tersebut menyebut laki-laki yang membelikan barang di panggil 'Om' padahal yang mereka lihat Erica dan Dirga tidak jauh bedanya. "Enggak kaya, tapi cukup untuk memberikan apapun yang kamu mau," jawab Dirga. Erica yang mendengar jelas tertegun sebentar sebelum ia tersadar dan bermenye-menye kepada Dirga, jelas Dirga hanya tertawa pelan melihatnya. Tanpa sadar laki-laki tersebut mengacak-ngacak pelan rambut Erica yang membuat wanita tersebut terdiam mematung karena perlakuannya. "Ini Kak semua barang anda," ucap kasir tersebut. Dirga yang melihat Erica masih terdiam ketika di panggil. "Biar saya bawa saja Mbak," ucap Dirga lalu mengambil barang yang di beli oleh wanita tersebut. "Ri." "Eh iya apa." Laki-laki tersebut tersenyum tipis dan bertanya, "Mau beli apa lagi?" Erica hanya menghendikkan bahunya seolah tidak tahu. "Pakaian dalam?" tanya Dirga spontan yang membuat wanita tersebut jelas menoleh dan menatap tajam. Erica mencetus, "m***m dasar!" Dirga hanya mengerutkan keningnya. "Loh emang saya salah, bukannya pakaian dalam salah satunya dalam seserahan?" tanya Dirga, kini Erica yang terdiam yang di katakan oleh laki-laki tersebut ada benarnya, ia lupa kalau ia belanja untui seserahan pernikahan. Erica lalu melangkah keluar dari toko tersebut meninggalkan Dirga yang masih terdiam dengan banyak belanjaan di tangannya, namun ia malah tersenyum tipis dan melangkah menghampiri wanita tersebut. "Mau belanja lagi?" tanya Dirga. "Enggak tahu!" seru Erica yang membuat Dirga kini melangkah ke arah samping wanita tersebut. Dirga bertanya, "Kamu marah sama saya?"  "Enggak." Laki-laki tersebut menggelengkan kepala pelan, jelas wanita tersebut seraya marah terhadap dirinya atau mungkin karena ucapan di toko tersebut tadi. Dirga berkata, "Kita makan dulu, saya lapar." "Enggak mau!" seru Erica. "Ya sudah kamu duluan saja ke mobil, saya mau makan dulu," ujar Dirga lalu melangkah mencari restauran yang akan ia kunjungi. Erica jelas menatap dengan rasa tidak percaya kepada laki-laki yang kini sudah melangkah dari hadapannya. "Astaga, gue di tinggalin gitu aja, wah itu Om-Om enggak tagu diri banget emang," celoteh Erica. Ia lalu berbalik badan untuk menuju parkiran, baru beberapa langkah ia berhenti dan bergumam, "Tapi kalau gue ke mobil sendiri buat apa, kunci aja sama dia." Perutnya kini berbunyi seolah menandakan agar di beri asupan makan. "Nih perut enggak bisa kompromi apa," cetus Erica sambil memegang perutnya lalu ia berbalik badan ke arah Dirga yang sudah lumayan jauh dari pandangannya. "Tap–" "Udahlah bodo amad dengan gengsi, yang penting gue kenyang," cetus Erica lalu melangkah sedikit berlari untuk mengejar Dirga. Laki-laki tersebut sengaja melangkah perlahan karena tahu wanita tersebut akan menyusul. "Satu, dua, ti–" belum sempat menyelesaikan hitungannya kini ia melihat ke arah samping yang sudah ada Erica, Dirga jelas tersenyum tipis. "Enggak jadi ke mobil sendirian?" tanya Dirga dengan menahan senyumannya. Erica tidak menggubris pertanyaan Dirga. Kini langkah kaki Dirga berhenti di restauran dengan menu lengkapnya, ia langsung mencari tempat duduk yang nyaman untuk mereka berdua. Dirga memanggil pelayan untuk memesan. "Bakmie goreng sedamg, es teh manis," ucap Dirga kepada pelayan. Ia lalu melihat ke arah wanita yang ada di hadapannya. "Mau apa kamu?" tanya Dirga lembut, namun Erica masih terdiam tidak memggubris ia sebenarnya malu untuk memesan setelah kepura-puraannya yang tidak mau makan. Laki-laki tersebut tersenyum tipis melihat wanita tersebut kini hanya menunduk sambil memainkan handphonenya. "Mbak samain aja," ucap Dirga. "Pedas," sahut Erica. Dirga yang mendengar jelas menggelengkan kepalanya. "Bakmie goreng satu sedang, satu pedas, es teh manis 2, ada lagi Kak?" tanya pelayan tersebut. "Chicken wings, kentang goreng, sushi." Dirga dan pelayan tersebut menoleh ke arah Erica. Dirga tertawa pelan dam berkata, "Catet saja pesanan calon istri saya mbak." "Baik Kak, di tunggu sebentar ya." Pelayan tersebut mencatat semua pesanan mereka dan berlalu dari hadapan mereka berdua. "Kamu kalau lagi marah makannya banyak ya," cetus Dirga yang membuat Erica menoleh dengan tatapan kesalnya. Dirga hanya menyengir saja, Erica kini sibuk dengan handphonenya dan dengan sengaja Dirga diam-diam memotret ketika wanita tersebut sedang tertawa melihat layar handphonenya. Laki-laki tersebut tersenyum sekilas melihat hasil jepretan fotonya. Erica jelas mengerutkan kening heran ketika Dirga kini senyam-senyum melihat benda pipihnya tersebut. "Dih chatan sama siapa tuh Om segala senyam-senyum sendiri!" Tanpa sadar Erica merasa tidak senang. Tak lama kemudian pesanan mereka telah datang dan di hidangkan depan mereka. "Sudah lengkap ya Kak pesanannya," ujar Pelayan tersebut. "Terima kasih." Erica jelas membinarkan matanya ketika makanan yang telah di pesana ada di hadapan mereka. "Makan, habisin sudah di pesan," ucap Dirga. Wanita tersebut tidak menggubris ia hanya fokus kepada makanan seolah melupakan sikap pura-puranya tadi, Dirga melihat ke arah wanita tersebut dan tersenyum tipis. "Makan pelan-pelan," ucap Dirga. Erica hanya memanyunkan bibirnya saja, mereka melanjutkan makannya dengan nikmat. "Langsung pulang atau mau kemana dulu? Yakin mau belanja segini doang?" tanya Dirga. Wanita tersebut menghentikan suapannya sejenak dan melirik ke arah belanjaan yang menurutnya sudah banyak. "Besok-besok lagi kan bisa," jawab Erica. "Oh jadi mau ketemu lagi," balas Dirga sambil menahan senyumnya, Erica yang mendengar langsung menatap tajam ke laki-laki tersebut. Erica menyela, "Pede banget!" Beberapa menit kemudian mereka telah selesai dengan makannya hanya tersisa dikit, Erica menyenderkan tubuhnya karena merasa kenyang. "Saya bayar dulu," ucap Dirga, Erica hanya mengangguk saja. Dirga kini melangkah ke arah kasir untuk membayar makanan. "Kak itu adik kakak?" tanya kasir tersebut, Dirga menoleh ke arag Erica yang kini juga menatapnya sambil menaikkan kedua alisnya. "Dia calon istri saya," balas Dirga dengan senyuman. Kasir tersebut yang mendengar hanya ber Oh ri sambil mengangguk saja. Setelah selesai membayar, Dirga kembali ke tempat duduknya. Para pegawai yang ada di restauran tersebut pun memperhatikan mereka dan mulai bergosip. "Beruntung banget tuh cewek dapat dia." "Royalnya kebangetan, gue tadi lihat banyak banget belanjaannya walau satu brand doang." "Gila gue si mau, tampang enggak malu-maluin, duit kenceng banget." "Apa tuh cewek manfaatin doang kali ya. Eric tanpa sadar menoleh ke arah gerombolan para pegawai tersebut. "Kerja si gosip mulu," celoteh Erica, Dirga yang mendengar kini menatap sekilas ke arah Erica lalu mengikuti arah pandangnya. "Kenapa kamu?" tanya Dirga. Erica menjawab, "Enggak." Dengan singkat. Ia lalu beranjak keluar dengan raut wajah yang tidak enak, sapaan untuk datang kembali yang di ucapkan para karyawan tidak ia gubris. Wanita tersebut melangkah dengan cepat menuju arah parkiran yang membuat Dirga hanya menggelengkan kepalanya pelan. "Tukang ngambek dasar," gumam Dirga. Mereka kini telah memasuki mobil, Dirga melajukan mobilnya setelah menaruh belanjaan di kursi belakang. Laki-laki tersebut menyetel lagu untuk menemani perjalana pulang mereka, sesekali ia melihat raut wajah Erica yang masih saja masam. "Kamu kenapa? Saya ada salah?" tanya Dirga. Wanita tersebut masih diam saja mendengarnya. Ia menyenderkan tubuhnya dan mengalihkan pandangannya ke arah kaca sampingnya yang membuat Dirga hanya menghela nafasnya dengan pasrah. Perjalanan pulang mereka terjebak macet, Dirga menoleh ke arah Erica yang kini tertidur pulas membuat ia tersenyum tipis dan berkata, "Sebenarnya apa yang sedang kamu rasa? Saya siap mendengarkannya, saya akan melindungi kamu apapun yang terjadi." Dering telepon membuat Dirga segera mengangkatnya, ia hanya takut wanita yang sedang tertidur tersebut terbangun. Ia memasang airpodsnya dan menyambungan teleponnya. " Halo Mah." "Kamu lagi dimana sayang? Kok enggak ada di rumah." "Aku abis belanja sama Erica Mah." "Serius kamu nak?" "Mah ngomongnya jangan teriak-teriakan ih, kuping aku bisa budeg nih." "Hehe maafin Mamah atuh." "Ada apa emanga Mah?" "Mamah lagi di rumah kamu, tapi kata bibi kamu keluar dari pagi." Dirga tersenyum simpel. "Iya Mah, abisnya Mamah enggak bilang si." "Mau ketemu anak masa bilang dulu si." "Ya udah Mah, udah dulu ya. Nanti Dirga kabarin lagi." "Ya sudah, have fun ya anak Mamah." Dirga hanya tersenyum sekilas. Ia langsung melepas airpodsnya dan menaruhnya kembali setelah teleponnya di matikan oleh sang Mamah. Erica kini terbangun secara perlahan yang membuat laki-laki tersebut menoleh dan bertanya, "Kamu sudah bangun?" "Masih macet ya," ujar Erica dengan nada serak bangun tidur. Dirga berkata, "Kamu tidur aja lagi, nanti saya bangunin kalau sudah sampai." Erica hanya menatap sekilas Dirga yang tanpa sadar membuat laki-laki tersebut gemas menatap raut wajah bangun tidur wanita tersebut. "Enggak papa emang?" tanya Erica pelan. Laki-laki tersebut mengangguk sambil tersenyum simpel, tanpa sadar Erica juga tersenyum tipis lalu kembali melanjutkan menyenderkan tubuhnya. Dirga terus menoleh ke arah jam di tangannya, sambil melihat ke arah jalanan yang masih macet. "Ini kenspa si tumben banget macet," cetus Dirga. "Namanya juga jakarta, enggak macet enggak trend," ujar Erica yang membuat Dirga sedikit terlonjak dan menoleh ke arah sumber suara. Dirga berkata, "Loh kok enggak tidur? Katanya mau tidur?" "Udah enggak bisa," jawab Erica yang kini bersedikap menatap jalanan. "Karena saya berisik ya?" tanya Dirga. "Bukan kok, emang karena enggak bisa tidur lagi," ujar Erica. Setelah beberapa lama merambat karena kemacetan kini Dirga telah memarkirkan mobilnya di halaman rumah Erica. "Saya langsung pulang ya," ucap Dirga setelah menurunkan semua belanjaan yang Erica beli. "Emang siapa yang mau nawarin masuk," cetus Erica yang membuat Dirga tertawa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD