Felly sudah tidak tahu lagi bagaimana bahagianya semenjak menerima Reno menjadi kekasihnya, perhatian dari pria itu mampu membius dirinya yang awalnya sudah enggan dengan seorang pria. Namun, kini semenjak mengenal Reno, rasanya berbeda dari biasanya. Usia mereka tidak terpaut cukup jauh, Reno yang berusaha mengimbangi sifat Felly yang kadang kekanakan.
Pulang dari kantor di antar oleh Reno setiap harinya ke kos yang sudah dia tempati beberapa lama. Bersama dengan Ardi, pria itu sudah seperti kakaknya sendiri. Terkadang Felly membelikan makanan juga untuk teman kakaknya itu.
"Kenapa Fel? Kesambet setan?" protes Ardi yang baru saja keluar dari kamarnya sambil membawa handuk.
"Enggak tuh," ucap Felly dengan nada santai sambil membawa satu buah kantong plastik.
Ardi mengernyitkan alisnya. "Jangan bilang ini adalah sogokan untuk aku? Ngomong-ngomong yang tadi antarin itu si Reno, bukan?"
Felly memainkan kakinya kemudian tersenyum malu jika mengakui itu semua. Bayangkan saja rasanya dekat dengan pria itu, dan kini Felly membuka hatinya.
Ardi cukup mengerti, akan tetapi dia tidak ingin memberitahukan tentang status Reno. Biarlah pria itu yang berkata jujur nanti pada Felly. Membiarkan Felly mengetahui status Reno yang sudah beristri akan tetapi sama sekali tidak pernah merasa memiliki seorang istri.
Beruntunglah Reno bukan pria b******k yang membalas apa yang telah diperbuat oleh Tania selama ini. Cukup Ardi yang pernah melihat Tania bersama pria masuk ke salah satu kamar. Akan tetapi dia masih menyimpan rahasia itu. Dia hanya menyinggungkan senyum kepada Felly yang terlihat sangat bahagia.
"Fell, gimana perasaan kamu sama, Reno?"
Perempuan itu nampak terkejut dengan pernyataan Ardi. Jujur saja jika Ardi senang melihat kedekatan keduanya, bukan bermaksud untuk menghancurkan rumah tangga Tania dan juga Reno. Tetapi Ardi berpikir bahwa Reno berhak bahagia bersama dengan orang lain, bukan selalu diinjak seperti itu oleh istrinya sendiri.
Felly juga termasuk seorang perempuan yang hidup sebatang kara. Tidak memiliki keluarga sama sekali dan kali ini Ardi yang menganggap perempuan itu seperti adiknya sendiri. Barangkali kelak jika Felly menemukan pendamping hidupnya, Ardi bisa dengan tenang meninggalkan perempuan itu pergi jauh. Kali ini adalah tugasnya untuk menjaga Felly.
"Ingat jaga diri baik-baik sesayang apa pun kamu sama Reno suatu saat nanti, pacaran dengan wajar, jangan sampai nanti dia minta macam-macam,"
"Maksudnya?"
"Ya itulah pokoknya, intinya kamu paham karena enggak mungkin aku jelasin secara rinci," ucapnya. Tetap saja Felly menggeleng tidak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Ardi.
Ardi menarik napas panjangF sambil berdecak kesal. "Oke sini, aku kasih tahu!"
Felly mendekat kemudian duduk di depan pintu kamar Ardi. Pria itu ikut duduk bersama dengan Felly di depan pintu kamar kosnya.
"Fell, kamu sama Reno baru kenal, kan? MasPih banyak hal yang harus kamu ketahui tentang Reno. Ingat, kalian udah sama-sama dewasa, kita enggak pernah tahu bagaimana nanti selanjutnya akan terjadi, intinya aku berpesan sama kamu, jangan pernah buat orang tua kamu kecewa di alam sana, apalagi kakak kamu. Di sini aku yang akan menjadi kakak kamu, Fell,"
Perempuan itu menyinggungkan senyum yang membuat Ardi sulit menebak perempuan itu, Felly tidak seperti biasanya, kali ini perempuan itu benar-benar mampu membuatnya khawatir, dia sudah menganggap Felly seperti adik kandungnya sendiri.
"Reno orangnya romantis banget ya?" tanya Ardi yang membuat perempuan itu tersipu malu.
Felly menggigit bibir bawahnya, "Kak, menurut Kak Ardi pribadi, dia orangnya seperti apa? Apa enggak ada yang janggal dari sikap Reno ke aku? Apa dia sembunyikan sesuatu dari aku? Aku minta keseriusan dia,"
'Ada Fell, dia sembunyikan statusnya yang menjadi suami dari seorang model,' ucap Ardi dalam hati. Tidak mungkin baginya menceritakan itu semua kepada Felly, karena akan menyakiti hati perempuan itu. Ardi tersenyum getir melihat perempuan yang begitu bahagia di depannya itu bagaimana nanti jika Felly tahu bahwa Reno sudah menikah? Kadang timbul suatu penyesalan dalam hatinya, yaitu menyesal karena telah mengenalkan Felly kepada Reno. Dan begitu juga sebaliknya.
Hingga menjelang malam, pekerjaannya sebagai bartender yang terbilang cukup sibuk, Ardi istirahat sejenak dari pekerjaannya dan duduk di sana. Ada Reno yang datang mengunjunginya di kelab itu. Setelah menyodorkan minuman tanpa alkohol karena dia tahu Reno bukan pria yang suka dengan minuman alkohol apalagi rokok. Maka dari itu dia menyajikan minuman non-alkohol.
"Ren, dengar-dengar kamu ada hubungan sama, Felly? Kamu serius apa cuman buat Felly selingan dari sakit hati kamu karena Tania?"
Reno yang tadinya hendak minum justru menaruh kembali minumannya dan menatap Ardi lekat. "Enggak ada dalam pikiran aku untuk main-main sama Felly, Ardi. Semua ini berjalan apa adanya, dan aku sama dia pasti akan serius,"
"Bagaimana tentang status kamu? Bagaimana Felly? Bagaimana kalau dia tahu tentang status kamu yang sudah memiliki istri seperti sekarang ini?"
"Ardi, biar itu semua menjadi urusan aku. Soal Tania, biar aku yang berusaha untuk mengerti diriku sendiri. Menghadapi masalah itu sendiri, bahkan aku enggak pulang sama sekali dan tinggal di apartemen karena aku niat untuk serius sama Felly,"
"Nikahi kalau memang serius,"
"Butuh waktu untuk membawa hubungan ini ke pernikahan, Ardi. Enggak gampang, apalagi status Felly yang sebagai sekretaris aku enggak mungkin aku jadikan sebagai istri siri, aku mau serius sama Felly dan menunggu Tania yang menuntut cerai. Kalau aku yang menuntut pasti itu akan sangat sulit bagiku,"
"Aku enggak maksa kamu ceraikan Tania. Tapi lihat Felly sekarang udah bahagia sama kamu, bagaimanapun juga aku khawatir sama dia. Jangan pernah rusak Felly, Ren. Please banget itu adalah hal yang aku minta,"
"Ardi, bagaimana mungkin aku merusak dia. Dia adalah perempuan yang aku sayangi, enggak mungkin aku lakukan hal semacam itu sama dia,"
"Karena kamu enggak dapat kepuasan dari Tania, aku khawatir kamu minta sama Felly,"
Reno kali ini benar-benar menatap sahabatnya itu dengan tatapan yang sedikit lebih lekat lagi. "Ardi, aku sama Tania sampai sekarang enggak pernah ngapa-ngapain, aku enggak pernah sbrengsek itu cicipi perempuan. Kalau aku mau, mungkin tiap malam aku kemari untuk beli jalang, tapi dalam pikiran aku enggak ada niat untuk seperti itu. Aku mikir bagaimana sama keturunan aku kelak,"
Ardi mengusap wajahnya gusar, terlihat dari ekspresi yang dia perlihatkan bahwa kekhawatirannya adalah karena Felly. Karena perempuan itu selalu saja membuatnya khawatir belakangan ini. Takut jika Tania tahu dan akhirnya mencelakai Felly. "Reno, jaga Felly. Jangan sampai istri kamu tahu kalau kalian berdua memiliki hubungan spesial,"
"Jangan khawatir, selama kamu enggak kasih tahu Felly tentang pernikahan aku sama Tania, tentu saja aku enggak bakalan buat Felly dalam bahaya,"