Je terbengong memperhatikan langkah kaki Yosan yang sesuai dengan sikap dan tutur katanya, lembut. “Hei… napa? Naksir?” ledek Milka memperhatikan ekspresi sahabatnya. “Tuan muda Yo keren, kan?” Je menautkan kedua alisnya. Naksir? Jika boleh jujur, ia justru naksir majikan Milka yang galak itu, Justin. Walaupun harapannya itu ibarat pungguk merindukan bulan, tapi cinta tidak bisa diusir semudah membalikkan telapak tangan. Jadi ia memegang prinsip pantang menyerah. “Dia itu anak tiri Tuan Hamid,” terang Milka. “Anak dari istri keduanya.” “Oo…” Je mengangguk paham. “Dia sopan, lembut, baik,” puji Milka. Kali ini penilaian Milka benar. “Pokoknya nggak beda jauh sama Justin, deh,” lanjut Milka seraya membayangkan Justin yang cool. Nah, untuk pernyataan yang itu jelas tidak ben