Tonight

1285 Words
Dari ujung jalan terlihat Buggati hitam melaju dengan kecepatan rata-rata. Setelah makan siang, Keenan mengajak istri dan anaknya untuk pulang. Awalnya Zefa kekeuh tidak mau ikut bersama Keenan kalau ada Violet, tapi setelah diberi pengertian oleh Keenan akhirnya Zefa mau walaupun dengan wajah cemberut. Gerbang hitam yang menjulang tinggi itu dibuka dari dalam setelah mendengar bunyi klakson dari luar. Keenan segera melajukan mobilnya memasuki halaman depan rumah, dan begitu melihat keberadaan mobil lain di carport membuat alis Keenan menaut. "Itu mobil siapa, Mas?" Violet bertanya penasaran. Keenan tidak menjawab pertanyaan dari istrinya. Ia memilih untuk segera keluar dari dalam mobil, lalu seorang asisten rumah tangga datang menghampirinya. Violet memicingkan mata melihat Keenan yang tampak bicara serius dengan Bibi Marta. Zefa keluar dari mobil lalu berlari menghampiri papinya. Violet pun memilih untuk menghampiri Keenan dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi. "Ada apa, Mas?" Bibi Marta tersenyum ramah kepada Violet, lalu pamit untuk masuk ke dalam bersama Zefa. "Mas?" Keenan sudah akan menjawab, namun lebih dulu suara perempuan yang memanggil dari ambang pintu rumah membuat perhatian keduanya teralihkan ke sumber suara. "KEENAN! SAYANG!!" Violet tahu siapa perempuan berbaju seksi itu. Dia adalah Stefanie, mantan tunangan Keenan. Stefanie melangkah menghampiri Keenan dengan gaya jalan yang sengaja di lenggak-lenggokkan. "Sayang! Aku kangen banget sama kamu!" Keenan memalingkan wajahnya, menghindari ciuman Stefanie. Penolakan dari Keenan tentu saja membuat aktris sinetron itu merasa tersinggung. "Kamu nolak aku?" "Cukup, Fani. Kamu mau apa ke sini?" "Lho, aku kan kangen sama kamu, Sayang." Stefanie hendak memeluk Keenan, namun lagi-lagi Keenan menghindarinya. "Kita udah gak ada hubungan apa-apa lagi. Kamu juga tahu kalo aku udah nikah," ucap Keenan lalu menggenggam tangan Violet dan mengecupnya. "Tolong hargai istriku dan pernikahan kami. Sekarang pergi dari sini dan jangan ganggu aku dan keluargaku lagi," lanjutnya dengan tegas. Jangan tanya bagaimana marahnya Stefanie saat ini. Untuk merobohkan gedung pencakar langit pun rasanya ia kuat melakukannya. "Ayo masuk," ajak Keenan kepada Violet. Violet mengangguk dengan tangan yang masih dalam genggaman Keenan. Karena cemburu, Stefanie menarik rambut belakang Violet dengan kencang, hingga membuat gadis itu menjerit kesakitan. "AH! AWW!!" "FANI!" Keenan meninggikan suaranya sambil menarik kasar tangan Stefanie dari rambut Violet. "Kamu gak apa-apa?" Keenan terlihat khawatir sambil mengusap kepala Violet. "Kamu jahat! Kamu tega sama aku!" jerit Stefanie sambil menangis. Keenan menggelengkan kepala menatap mantan kekasihnya itu. "Jahat? Jangan merasa jadi korban di sini. Kamu sendiri yang ingin pernikahan itu batal. Kamu gak lupa kan? Dan sejak awal kamu tahu alasan aku mau menikah lagi untuk apa." Stefanie berdecak kesal. "Karena aku belum siap! Kamu pikir mudah menjadi seorang ibu? Apalagi Zefa gak suka sama aku." Stefanie hendak meraih tangan Keenan, namun kembali mendapat penolakan dari laki-laki itu. "Keenan! Aku butuh waktu. Lagipula membatalkan bukan berarti mengakhiri. Kita bisa pacaran dulu sambil menunggu aku siap." Keenan tersenyum meremehkan. "Kamu ini ngomong apa sih? Sekarang pergi dan jangan nengok kembali ke belakang," tegasnya lalu mengajak Violet masuk ke dalam rumah. Stefanie semakin terisak. Ia mencintai Keenan. Bahkan sangat mencintainya. Tapi tidak kepada Zefa. Stefanie tidak menyukai anak kecil itu. Ia hanya ingin memiliki Keenan seorang dan memulai hidup hanya berdua dengannya. Saat mendengar kabar pernikahan Keenan, tentu Stefanie sangat marah, sedih, dan kecewa. Sementara itu, Keenan mengajak Violet untuk duduk di sofa yang berada di ruang keluarga. Violet tidak berniat sedikitpun untuk menanyakan tentang masa lalu Keenan dan Stefanie. Sejak awal Keenan mengatakan kalau dia tidak mencintai Stefanie. Dia hanya mencari istri yang mau menjadi ibu untuk putrinya. "Aku udah selesai sama dia," ucap Keenan tiba-tiba. "Dan kamu tahu itu kan?" Violet menatap Keenan yang duduk di sisinya. "Ada atau gak ada cinta, kita udah sepakat untuk menikah. Dan kunci hubungan yang baik itu adalah kejujuran. Aku mau kita berjalan sebagaimana mestinya." Violet tersenyum. Ia tahu maksud ucapan Keenan. Dia ingin mereka saling terbuka satu sama lain. "Papi!" Zefa berlari dari arah dapur sambil membawa setepak es krim. "Zefa mau makan es krim, tapi disuapin sama Papi ya?" "Siap, Tuan Putri!" Keenan membawa tubuh Zefa untuk didudukan di pangkuannya. "Es krim rasa apa ini?" tanya Keenan seraya membuka tutup pada tepak es krim tersebut. "Strawberry!" "Itu rasa es krim kesukaan Zefa ya?" Violet ikut bersuara. Zefa yang tadinya ceria mendadak kesal saat mendengar suara Violet. "Ditanya sama Mami kok diem? Jawab dong, Sayang. Mami pengen tahu tuh," ucap Keenan. "Aaaaa!" Zefa membuka mulutnya untuk menerima suapan dari Keenan. Keenan mengusap kepala putrinya. "Sayang, kalo ada yang nanya itu di jawab. Gak baik lho diem aja. Nanti yang nanya gak bisa tidur kalo gak dikasih tahu jawabannya," ucap Keenan berusaha memberi pengertian kepada Zefa. "Iya! Itu rasa es krim kesukaan Zefa!" Keenan dan Violet saling melempar senyum setelah mendengar jawaban tak santai dari putrinya. "Ayo, Papi! Zefa mau es krim!" "Iya nih, aaaa...." Bel rumah terdengar berbunyi. Bibir Marta terlihat berjalan untuk melihat siapa yang datang. Kemudian menghampiri Keenan setelah mempersilahkan tamu untuk duduk menunggu. "Ada siapa, Bi?" "Mbak Jenna, Tuan." Keenan mengangguk. Lalu Bibi Marta pergi untuk menyiapkan minuman serta camilan di dapur. "Sekretaris aku," ucap Keenan memberitahu sebelum Violet bertanya. "Ayo ikut, biar aku kenalkan kamu sama dia." "Tapi Zefa masih mau makan es krim," rengek Zefa saat Keenan hendak menurunkannya dari atas pangkuan. "Mami aja yang suapin ya?" Violet menawarkan diri. Zefa mengerucutkan bibir. Keenan mengecup kening Zefa. "Jangan merengek. Besok Zefa bisa cerita ke temen-temen kalo abis disuapin es krim sama Mami." Zefa menghela napas. Anak itu manja, bisa saja ia menolak untuk disuapi oleh Violet, tapi ia terlalu malas untuk makan sendiri. "Nanti aku nyusul ke depan," ucap Violet kepada suaminya. Keenan mengangguk lantas berlalu ke depan untuk menemui Jena. "Zefa kelas berapa sekolahnya?" Zefa menjawab dengan mengangkat dua jari tangannya. Violet tersenyum seraya menyuapi anak itu. Setiap pertanyaan yang keluar dari mulut Violet selalu dijawab seadanya oleh Zefa. Violet pergi ke depan setelah selesai menyuapi Zefa. Ia tidak menemukan Keenan di sana, hanya ada perempuan berambut blonde yang Violet yakini itu adalah Jena. Menyadari kedatangan seseorang, Jenna mengangkat pandangannya lalu tersenyum merekah kepada Violet. "Hai!" Violet membalas senyuman Jena. "Aku Jena. Kita udah pernah ketemu sebelumnya, waktu dinikahkan kalian. Mungkin kamu gak inget, apalagi banyak tamu undangan yang datang." Violet meringis malu karena tidak dapat mengingat wajah Jenna di pernikahannya. "Kamu udah tahu kalo aku sekretarisnya Pak Keenan?" Jenna bertanya memastikan. "Iya, Mbak. Udah tahu." Jenna tersenyum lalu merangkul pundak Violet. "Kamu tenang aja, Vio. Gak ada cerita cinta antara atasan dan bawahan. Aku juga udah punya calon dan dia sahabatnya Pak Keenan." Violet tersenyum. "Oh iya, Mbak." Jenna memegang kedua pundak Violet. "Kita juga bisa berteman lho, Vio. Kamu mau berteman dengan ku?" *** Matahari sudah berganti tugas dengan bulan. Di dalam kamar bernuansa putih, Violet sedang menyisir rambutnya di meja rias. Sementara Keenan sedang mengecek dokumen kerjaan dari Jenna. "Lusa aku mulai masuk kerja." Keenan berucap seraya menyimpan dokumennya ke atas nakas. Keenan dipercaya menggantikan posisi ayahnya sebagai CEO perusahaan sejak setahun yang lalu, saat Leo memutuskan untuk pensiun. Keenan mengusap pundak Violet dari belakang. Mereka saling beradu pandang melalui pantulan cermin di depannya. Lalu Keenan merendahkan tubuhnya, menyikap rambut Violet ke belakang, kemudian memberikan kecupan-kecupan ringan disepanjang lehernya. Violet pasrah dibuatnya. Ia terpejam saat ciuman Keenan naik ke atas pada telinganya. Kemudian Keenan meminta Violet agar bangun dan berdiri berhadapan dengannya. Keenan menarik pinggang Violet hingga membuat tubuh mereka semakin rapat. Tangannya mengusap bibir Violet dengan mata semakin berkabut gairah. "Aku minta lagi boleh?" Suaranya terdengar semakin berat. Senyuman yang Violet pancarkan ditengah rona merah di pipi, cukup menjadi jawaban kalau gadis itu mengizinkan. "You be mine tonight," bisik Keenan lalu bibirnya meraih bibi Violet. Memberikan lumatan dengan ritme santai, karena ia ingin Violet juga menikmatinya. Perlahan tapi pasti semua berjalan sesuai naluri. Dan malam ini Violet benar-benar menjadi wanita Keenan seutuhnya.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD