Mengenakan setelan jas berwarna putih lengkap dengan dasi yang melilit kerah kemeja, Jemmy yang melangkah tergesa, membuka salah satu pintu kamar hotel keberadaannya. Pandangannya langsung mencari penuh emosi, membuatnya mendapati Amel yang memang sedang ia cari.
Menggunakan gaun pengantin warna putih berdada terbuka, Amel tampak memukau meski tubuhnya terlihat sangat kurus. Jemmy terdiam untuk beberapa saat karena merasa tidak percaya, selain pria tampan itu yang langsung lupa dengan emosinya dan refleks menelan ludahnya.
Baru kali ini dia terlihat sangat cantik. Aku pikir dia tidak bisa terlihat cantik, batin Jemmy yang kemudian memastikan lebih teliti mengenai apa yang tengah Amel lakukan.
Amel yang sudah memakai kelambu di kepalanya yang juga sudah dihiasi mahkota, tengah meratap pilu layar ponsel yang digenggam menggunakan kedua tangan. Jemmy refleks tersenyum miris hanya karena mendapati kenyataan tersebut.
“Sampai lebaran gajah pun, dia enggak mungkin bangkit dari kubur. Gila sih, buat apa juga kamu menangisi orang yang sudah mati bahkan sudah berulang kali melukai?” cibir Jemmy sinis tanpa bisa mengontrol emosinya. “Jangan i***t! Kamu bukan satu-satunya wanita yang pernah dia tiduri. Kamu juga bukan satu-satunya wanita yang pernah mengandung anaknya!” timpalnya yang refleks diam karena Amel langsung memberinya tatapan tajam.
“Sekalipun kita sepakat menikah, kita juga sudah sepakat untuk tidak mencampuri urusan masing-masing, kan?” tegas Amel lirih sekaligus sabar. Ia dapati, pria tampan nan gagah di hadapannya yang langsung memalingkan wajah, menepis tatapannya. “Ayolah, Jem, jangan seemosional ini. Aku akan menjalankan peranku dengan sebaik mungkin sesuai kesepakatan kita meski aku tidak bisa melupakan dia.” Amel masih mencoba memberi Jemmy pengertian.
Jemmy Antoni Wijaya, pria bertubuh bidang dan memiliki tinggi tubuh 178 senti meter itu merupakan pria yang bergelimang harta. Jemmy merupakan anak tunggal dari salah satu pengusaha ternama yang bergerak di bidang perhotelan, di negara mereka. Selain terkenal hobi gonta-ganti pasangan, Jemmy yang hobi menghambur-hamburkan uang, sebenarnya sedang patah hati karena Keyra Miranti, balerina yang sangat ingin Jemmy jadikan istri, justru sudah menjadi istri Arden Wicaksono selaku sahabat baik Jemmy yang juga masih anak dari tantenya Amel. Sedangkan alasan Jemmy dan Amel menikah karena mereka yang sama-sama sedang patah hati, tidak mau terjerat perjodohan konyol yang dibuat orang tua mereka.
Amel patah hati karena Joe, tunangan sekaligus ayah dari janin yang sempat Amel kandung, meninggal. Joe meninggal dengan cara yang terbilang tragis selain Joe yang sampai melupakan Amel akibat penyakit yang Joe derita. (Baca n****+ : Terpaksa Menikah (Cinta Duda dan Wanita Hamil Di Luar Nikah)). Itu kenapa, ketika Jemmy menawarkan kerja sama agar mereka menjalani sandiwara cinta dalam rumah tangga pura-pura, Amel tidak membutuhkan waktu lama untuk memikirkannya kemudian menerimanya. Amel yang belum bisa melupakan Joe dan juga janin mereka yang keguguran, yakin, tak ada pilihan lain yang lebih baik dari tawaran Jemmy karena amel pun sudah berulang kali nyaris terjebak dalam perjodohan konyol akibat usaha keras orang tuanya agar Amel melupakan Joe.
Setelah sempat terdiam, Jemmy sengaja mendekati Amel, ia berdiri di sebelah wanita itu. “Senyum, hari ini kamu harus terlihat secantik mungkin. Kita harus terlihat layaknya pasangan yang saling mencintai, pasangan yang sangat bahagia!”
Amel hanya mendengkus sambil melirik sinis Jemmy.
“Jangan pernah menangisi orang mati karena mereka tidak akan pernah kembali!” tegas Jemmy merasa gemas pada Amel yang tak kunjung move on dari Joe. Padahal, Joe sudah mati bersama kebobrokan yang menyelimuti. Pria itu sudah mendapatkan ganjaran setimpal atas sederet kebobrokan yang telah dilakukan.
Mendengar itu, Amel refleks menghela napas kasar kemudian menatap Jemmy dengan tatapan tajam.
“Apa?” tanya Jemmy tegas dan sengaja menantang.
“Kamu bilang begitu karena kamu belum pernah merasakan jatuh cinta sejatuh-jatuhnya! Coba sekarang aku minta ke kamu, lupakan Keyra Miranti karena dia sudah menikah dengan Mas Arden yang bahkan sahabatmu sendiri!” ucapnya bertutur sabar, mencoba memberi Jemmy pengertian. Terbukti, detik itu juga wajah tampan Jemmy menjadi murung. Jemmy bahkan langsung menjauh kemudian memunggunginya.
“Sekalipun mereka tidak bisa kita miliki, melihat mereka tidak baik-baik saja apalagi jika kita juga tidak bisa meringankannya, kenyataan tersebut jauh lebih menyakitkan dari cinta bertepuk sebelah tangan.” Amel menunduk murung bersama rasa sakit yang tiba-tiba memilin ulu hatinya hanya karena ia membayangkan apa yang baru saja ia katakan.
“Sudah jangan dibahas lagi,” tegur Jemmy jengkel.
“Tolong berikan tanganmu, aku benar-benar ingin menangis,” pinta Amel yang masih menunduk sedih.
Jemmy terkesiap. “Kenapa kamu ingin menangis? Aku memintamu untuk selalu bahagia, susah yah ngomong sama yang dibodohkan oleh cinta!”
“Tapi aku sudah nangis, Jem.”
“Astaga ... kamu, ya, berbakat banget bikin aku repot!”
“Aku beneran nangis.” Amel menjadi sibuk merengek.
Semenjak Joe sakit parah, Amel yang manja dan tidak kenal aturan memang menjadi wanita lemah lembut yang juga cengeng. Perubahan tersebut memang bagus untuk Amel, tapi Jemmy paling tidak tahan jika harus melihat wanita menangis.
“Diam, kalau kamu enggak mau diem, aku bakalan cium kamu!” Jemmy sengaja mengancam apalagi sejauh ini, Amel selalu kesal jika mereka harus terlibat ciuman bahkan sekalipun itu untuk kepentingan sandiwara mereka.
“Ah, kamu ... bosen tahu, tiap saat apalagi kalau kita sedang bersama orang yang mengenal kita khususnya pihak keluarga, kamu selalu menciumku tiba-tiba!” protes Amel.
Jemmy tertawa geli, menertawakan Amel yang selalu langsung jengkel di setiap ia membahas ciuman. “Itu bumbu terkuat agar mereka yakin pada hubungan kita!” kilahnya.
“Lama-lama aku yakin, maksudmu mengajakku menikah karena kamu memang menyukaiku!” tuding Amel jengkel dan justru disambut tawa lepas oleh Jemmy.
“Mel, Mel, harusnya kamu bersyukur karena kamu bisa menikah dengan aku!”
Merasa tak habis pikir, Amel beranjak dari duduknya. “Apa yang harus aku syukuri? Karena kamu tampan dan memiliki segalanya sedangkan di luar sana banyak wanita yang memujamu dan akan menyerahkan diri dengan suka rela hanya untuk kamu tiduri?” cibirnya kembali melirik sinis Jemmy. “Kita menikah karena terpaksa. Kita terpaksa menikah!”
Jemmy tersenyum bangga mendengar itu tanpa sedikit pun keberatan dengan lirikan sinis yang Amel jeratkan. Dan ia refleks mengangguk sambil menepuk-nepuk pipi Amel yang ia bingkai menggunakan kedua tangan. “Kok aku jadi kangen pipi kamu yang gembul, ya?” ucapnya jujur tapi justru dibalas omelan oleh Amel.
Ketika Amel baru saja meraih kedua tangan Jemmy yang masih membingkai wajahnya, Amel berniat menyingkirkan kedua tangan kokoh tersebut, tetapi derit suara pintu terbuka diiringi langkah hati-hati dari ketukan sepasang heels membuat Amel dan Jemmy refleks berkode mata. Aroma bunga yang begitu segar dari parfum yang tercium makin kuat membuat d**a mereka bergemuruh menahan gelisah, merasa tak habis pikir.
“Itu mamah kamu,” lirih Amel refleks menunduk. Kebiasaan ibu Marta selaku mamah Jemmy memang memata-matai hubungan mereka. Marta begitu sibuk mencari celah, membuktikan bahwa hubungan Amel dan Jemmy hanya sandiwara demi menghindari perjodohan yang sudah Marta siapkan untuk Jemmy dengan wanita lain, bukan Amel.
Tak disangka, Amel justru mendapati wajah Jemmy sudah langsung di hadapannya. Amel langsung panik meski kenyataan tersebut bukan untuk kali pertama yang terjadi dalam sandiwara mereka.
“Peluk saja,” rengek Amel yang buru-buru menggunakan kedua jemari tangannya untuk menutupi bibirnya. Terlalu sering ciuman dalam sandiwara yang mereka jalani membuat Amel risi sekaligus bosan. Bahkan, Amel benci jika harus kembali melakukannya.
Jemmy menggeleng, menepis permintaan Amel. Bergegas ia menyingkirkan jemari tangan Amel dari bibir bergincu merah menyala dan sedari awal melihat sudah langsung menggoda imannya.
“Cium rumah sakit, lebih kuburan, yah, Jem! Males aku kalau lama-lama begini!” ancam Amel berusaha menghindari.
“Ada saatnya kamu akan merindukan saat-saat seperti ini!” sergah Jemmy dengan napas yang memburu dan Amel benci itu. Apalagi, Jemmy melakukan pilihan yang seharusnya membuat pria itu mendapatkan kuburan dari Amel.
Jemmy melakukannya dengan sangat andal, mampu membuat Amel dengan cepat mengimbangi sekaligus membalasnya, hingga ciuman mereka menjadi ciuman mesra, ciuman b*******h yang membuat mereka terlihat seperti pasangan saling mencintai, pasangan yang dimabukkan dengan cinta. Ibu Marta sampai malu sendiri apalagi tangan Jemmy tak segan meremas bagian d**a Amel.
Mereka melakukan semuanya dengan sangat matang. Namun aku yakin, mereka hanya bersandiwara. Kita lihat saja setelah ini, masihkah kalian bisa memberiku bukti? batin ibu Marta yang merasa malu sendiri dan bergegas pergi dari sana. Meninggalkan kedua sejoli yang membuatnya sibuk membuktikan bahwa keduanya hanya bersandiwara. Ibu Marta yakin, Jemmy dan Amel hanya sedang bersandiwara hanya untuk menghindari perjodohan yang sudah disiapkan.
Bersambung .....