Teresa mengetuk-ngetuk pintu rumah itu cukup lama. Dia ingin meminta penjelasan, uang yang Teresa keluarkan pun cukup besar jika di rupiah kan.
"Aku mohon buka.. Kembalikan uangku." Teresa semakin kencang mengetuk pintu itu, tidak memperdulikan orang yang melihatnya aneh. Tapi sang pemilik rumah pun tidak juga keluar.
Teresa tidak menyerah untuk mengetuk-ngetuk pintu sampai dia dapat kembali uangnya. Dan hasilnya si pemilik rumah pun akhirnya membuka pintu. Tapi bukan jawaban yang Teresa dapat, tapi siraman air satu ember dia dapatkan dari si pemilik rumah.
Teresa menggigil akibat siraman air itu. Karena memang suhu udara sangat dingin pada saat itu.
"Sudah aku bilang, aku tidak akan mengembalikan apapun karena bukan aku yang melakukannya. Jadi sekarang pergi dari sini sebelum aku menelpon polisi untuk membawamu pergi karena telah menggangguku." Wanita itu kembali menutup pintu kali ini lebih keras dari sebelumnya.
Teresa menggigil karena siraman air itu. Teresa pun mau tidak mau pergi dari tempat itu dan mengikhlaskan uang yang sudah ia berikan kepada penipu. Teresa berjalan mencari toilet umum atau apapun itu untuk mengganti pakaiannya.
Sayangnya matahari sudah berganti dengan bintang-bintang. Teresa merasa takut karena dia tidak punya tempat tinggal ataupun tempat berteduh untuknya menghangatkan tubuh.
Semakin larut, Teresa semakin bingung kemana ia harus pergi. Tubuhnya sudah sedikit dingin karena memang belum mengganti pakaian ditambah dengan salju yang menambah basah pakaiannya.
"Hello nona Jepang. Kita bertemu lagi." Tiga orang pria yang ada di dalam bus tiba-tiba datang.
Teresa siap berlari karena ketakutan. Tapi karena dia juga sedang membawa koper ditangannya membuat dia sedikit kesulitan. Dan pria itu dengan mudah mencekal satu tangan Teresa.
"Mau kemana nona? Sepertinya kamu tidak punya tempat tinggal untuk berteduh. Lihat tubuhmu menggigil, kamu pasti butuh kehangatan. Kami akan dengan senang hati menghangatkan tubuhmu dan juga sedikit memijat." Pria itu menebak karena melihat Teresa luntang-lantung dengan tubuh basah.
"Aku tidak mau!! Pergi kalian." Teresa menggunakan bahasa Inggris tanpa sadar.
"Woaaa... Jadi kamu membohongi kamu dengan berpura-pura tidak bisa bahasa kami." Pria itu mengeratkan cekalannya pada tangan Teresa.
Teresa mencoba melepaskan tangan pria itu darinya, tapi cekalannya cukup kuat. "Kumohon lepaskan." Teresa mulai menahan tangisnya. Otaknya berpikir kerasa agar cekalannya bisa terlepas.
Dan cara yang pas agar pria itu menjauh darinya adalah dengan cara menendang aset mereka. Sekali tendangan pun pria itu langsung kesakitan. Dan kesempatan ini di ambil oleh Teresa untuk melarikan diri. Dengan cepat Teresa ambil seribu langkah, meskipun agak susah, tapi dia harus membawa barang-barang kopernya.
"Tunggu kau sialan." Pria yang ditendang asetnya oleh Teresa mengejar Teresa dengan pangkah sedikit sulit karena merasa sakit dibagian bawahnya.
"Apa yang kau tertawakan, cepat kejar jalang itu." Kesal pria yang ditendang asetnya kepada dua temannya yang hanya menonton dan mentertawakan nya saja.
Kedua pria itu pun berlari mengejar Teresa yang sudah agak sedikit jauh, tapi karena Teresa sedikit lamban akibat kopernya membuat dua pria itu cepat menyusul langkah Teresa.
Saking paniknya, Teresa berlari ke arah jalan dan tidak memperhatikan langkahnya, sampai ada mobil yang melintas dan hampir menabraknya.
Tapi karena Teresa terkejut, dia pun pingsan meskipun tidak terkena benturan sedikitpun. Pria yang mengejar teresa melihat wanita yang dikejarnya sedang terbaring di depan mobil, membuatnya memundurkan langkah dan berbalik arah daripada mereka yang harus bertanggung jawab.
*****
Teresa mengerjapkan matanya dengan perlahan menyesuaikan retinanya dari bias cahaya ruangan. Pandangan pertama yang Teresa logat adalah langit-langit dengan desain indah.
"Apa aku sudah di surga?" Gumam Teresa menggunakan bahasa Indonesia. Dia pun melihat sekeliling ruangan, lalu matanya berhenti pada sosok yang pernah ia lihat tadi siang.
"Apa malaikat maut sesuai dengan yang kita mau? Kenapa dalam bentuk malaikat maut pun dia masih sangat tampan." Ucap Teresa sambil menangis. Dia mengurangi jika dirinya sudah mati. Tapi nyatanya Teresa masih hidup dan kini di sebuah kamar mewah.
"Kau sudah siuman?" Tanya pria itu, tentu saja dalam bahasa Inggris. Dan dia mendekati Teresa yang masih berbaring.
"Tunggu, tuan malaikat tampan. Aku belum siap mati. Uti pasti nyariin aku. Uti... Maafin Resa yang sudah berbohong dan ini akibatnya." Teresa menangis dengan kencang membuat si pria menjadi panik karena takut terjadi sesuatu pada Teresa.
"Apa kau baik-baik saja?" Tanya pria itu.
"Aku oke kalau kau perbolehkan aku untuk hidup." Teresa menangis sejadi-jadinya.
"Bisakah kau menggunakan bahasa Inggris? Aku tidak paham." Kata pria itu kebingungan dengan apa yang diucapkan Teresa.
"Yes, Mr!! Saya bisa menggunakan bahasa Inggris." Teresa masih menangis.
"Baiklah.. Katakan apa yang kau rasakan saat ini. Aku bingung karena kau hanya menangis." Ucap pria itu.
"Aku tidak mau mati.. Aku masih ingin meminta maaf kepada Uti karena aku sudah berbohong. Lalu aku harus menemukan pria b******k itu." Kata Teresa masih menganggap dirinya mati.
"Apa maksudmu? Siapa yang mati?" Tanya pria itu bingung dengan yang dikatakan oleh Teresa.
"Ternyata malaikat maut ini bodoh, tapi tampan..." Teresa kembali menangis.
"Bisakah kau berhenti menangis? Aku tidak paham dengan yang kau katakan? Siapa yang mati?" Tanya pria itu lagi.
"Aku, aku yang mati. Aku sedang di surga bukan?" Tanya Teresa polos.
Pria itu menepuk dahinya sendiri. Dia baru paham jika wanita itu menganggap dirinya sudah mati.
"Dengarkan baik-baik, Nona. Kau belum mati. Dan tempat yang kau maksud surga ini adalah rumahku." Pria itu menjelaskan kepada Teresa jika dia belum mati.
"Jadi, ini bukan surga? Dan kau bukan malaikat mau?" Tanya Teresa lagi.
Pria itu ingin tertawa, tapi segera dia menahannya karena tidak mau terlihat konyol di depan wanita polos itu.
"Dengarkan baik-baik, Nona. Kau jatuh pingsan karena terkejut, dan aku tegaskan jika ini bukan kesalahanku, tapi kesalahanmu sendiri yang berlari ditengah jalan. Aku membawamu pulang kerumahmu karena aku tidak tahu kau dari mana asalmu. Jadi, jika kau sudah merasa baikan, silahkan pergi dari rumah saya." Kata pria itu dengan tegas. Dan berjalan menjauhi Teresa.
Tapi seolah menjadi angin lalu buat Teresa, dia pun tidak menghiraukan ucapan pria itu dan malah bertanya balik.
"Kalau kau buka malaikat maut, lalu.. Siapa kau?" Tanya Teresa karena begitu penasaran akan sosok pria yang dia lihat di bandara.
Adam membalikan badannya, dan menatap balik Teresa dengan wajah dinginnya.
"Adam, Adam Archer." Jawab pria itu, lalu pergi meninggalkan Teresa sendirian dikamar.