bc

Handsome Uncle, Please be Mine!

book_age18+
26
FOLLOW
1K
READ
one-night stand
HE
age gap
brave
mafia
bxg
villain
like
intro-logo
Blurb

Dalam sebuah perjalanan tugas ke Italia, Kaivan Aldrich Winata sengaja meminta sang asisten membawakan perempuan untuk diajak bersenang-senang.

.

Siapa sangka, karena sebuah kesalahpahaman, Kaivan tanpa sengaja bercinta dengan Velia Adelaide, gadis cantik yang tahu-tahu masuk ke kamar hotel yang ia tempati.

.

Menyadari bahwa dirinya salah orang, Kaivan sempat dilanda kepusingan. Lebih-lebih ketika esok harinya menemui sang klien, ia kembali bertemu dengan gadis tersebut. Kaivan mendapati kenyataan bahwa Velia adalah adalah anak dari Don Lucca, klien yang merupakan kepala Mafia paling berbahaya di Italia. Dan parahnya, ia harus menjaga serta mengawal gadis itu beberapa bulan ke depan.

.

Kaivan berusaha untuk menjaga jarak dan bersikap profesional. Tapi, nyatanya Velia yang benar-benar jatuh cinta kepada Kaivan, senang menganggu dan begitu totalitas menggoda serta mengejarnya. Berbagai macam cara Velia lakukan demi mendapatkan perhatian dari pria tampan yang usianya terpaut 12 tahun lebih tua darinya tersebut.

.

Namun, tidak dipungkiri, pesona Velia mampu membuat hati Kaivan luluh. Di saat cinta diantara keduanya mulai tumbuh, Don Lucca mengetahui hal tersebut dan berusaha untuk memisahkan keduanya. Apalagi setelah sadar ada maksud tersembunyi kenapa Kaivan mau menjadi pengawal putrinya.

.

Don Lucca lantas coba memisahkan. Bahkan berusaha melenyapkan Kaivan tanpa belas kasih.

.

Lantas, mampukah Kaivan melawan?

Apakah pada akhirnya ia dan Velia bisa bersatu?

Terlebih, motif apa yang melatarbelakangi hingga Kaivan mau menjadi pengawal putri seorang Mafia berbahaya?

chap-preview
Free preview
1. Maukah Kau Bercinta denganku?
"Ayolah, Velia, minum satu atau dua gelas lagi. Aku yakin setelah ini kau bisa melupakan si brengsekk Liam yang sudah mengkhianatimu." Velia Adelaide tidak kuasa menolak ajakan para temannya. Demi meluapkan seluruh kekesalan dan melupakan rasa sakit setelah diselingkuhi oleh sang pacar, ia mau saja ikut party dan meneguk begitu banyaknya minuman beralkohol hingga akhirnya mabuk berat. Pokoknya, malam ini Velia ingin menghabiskan waktu dengan bersenang-senang. Kalau perlu segera mencari pria pengganti agar nantinya bisa dipamerkan kepada Liam yang sudah berani mengkhianatinya. Dasar laki-laki sialan! "Candy, demi Tuhan, aku sudah tidak kuat kalau harus minum lagi. Kepalaku pusing. Tubuhku bahkan sudah terasa panas," keluh Velia setelah meneguk habis beberapa gelas whiskey yang diberikan teman-temannya. Wajah cantik perempuan itu bahkan tampak memerah. "Baiklah. Akan ku antarkan kau ke kamar." Karena mengadakan party di salah satu nightclub hotel berbintang, Candy yang merupakan salah satu teman Velia lantas bantu mengantar perempuan itu menuju kamar suite yang memang sudah dipesan khusus untuk mereka semua tempati. Namun, baru saja sampai di lantai lima, ponsel Candy berdering. Sebuah panggilan telpon penting memaksanya untuk segera kembali ke club. "Velia, ini kunci kamarmu," kata Candy. Perempuan itu berbicara sambil menyerahkan cardlock untuk membuka kamar yang nantinya akan Velia tempati. "Aku harus segera kembali ke club." "Kenapa buru-buru sekali? Kau bahkan belum mengantarkanku sampai ke kamar," protes Velia. Ia yang setengah limbung berusaha menjaga diri agar tidak ambruk atau hilang kesadaran. "Ada Hansel mencariku. Kau tahu sendiri tabiatnya seperti apa kalau aku lambat menemuinya." Velia mendesah panjang. Di sisi lain ia tidak bisa menahan Candy untuk tidak segera pergi. Velia tahu, sahabatnya itu pasti akan dicaci maki oleh kekasihnya kalau terlambat sedikit saja untuk datang menemui. Velia sebenarnya merasa muak. Terkadang suka bingung kenapa Candy mau saja dengan Hansel yang begitu keras dan terkanal toxic. "Ya sudah. Pergi lah. Aku tidak mau kalau Hansel sampai menyakitimu," kata Velia dengan santai. Candy lantas menangkup kedua pipi Velia agar menatap dirinya. Berusaha agar perempuan itu fokus kepadanya. "Ingat, kamarmu nomor 506 dan ada di deretan sebelah kanan." Lalu Candy mengarahkan telunjuknya. Memastikan Velia paham apa yang ia maksud. Karena tahu sahabatnya itu mabuk, ia khawatir Velia salah masuk kamar atau celakanya malah tertidur di luar. "Pastikan kau tidak salah ketuk apalagi sampai salah masuk kamar." Setengah memejam, Velia mengangguk seolah paham. Sementara Candy langsung bergegas untuk segera pergi. Setelahnya, sambil berjalan sedikit sempoyongan, Velia berusaha untuk berjalan pelan hingga akhirnya sampai di kamar yang Candy maksud. Velia arahkan cardlock di tangannya pada sensor yang ada di bawah gagang pintu. Namun, beberapa kali menempelkan benda kecil tersebut, pintu kamar tak kunjung juga terbuka. Mendongak, Velia menyipitkan mata demi kembali memastikan. Ia yakin kamar yang ada di depannya saat ini bernomor 506, sesuai dengan apa yang Candy katakan. "Astaga... kenapa tidak bisa dibuka. Apa di dalam ada orang?" Velia yang merasa teramat pusing tanpa sadar mengetuk-ngetukkan tangannya pada daun pintu. Siapa sangka beberapa detik berselang, ada sesosok pria yang tahu-tahu membukakan pintu kamar tersebut. "Apa ku bilang. Pasti ada orang di dalam," gumam Velia. Lalu tak lama setelahnya perempuan itu berbicara sedikit mengomel. "Kau siapa? Kenapa ada di sini?" tanya Velia penasaran. Rasa-rasanya ia memang tidak mengenal sosok pria tampan di depannya. "Aku? Tentu saja aku adalah Kaivan Winata," sahut pria itu. "Apa kau wanita yang dikirim oleh---" "Ya," potong Velia tanpa mendengarkan terlebih dahulu pria di depannya selesai berbicara. "Kata mereka ini adalah kamar yang disiapkan untukku. Tapi, kenapa ada pria lain yang.... ah, sudah lah. Itu tidak penting. Kepalaku sudah sangat pusing karena dari tadi kesulitan membuka pintu kamar." Terlalu mabuk, Velia tampak sempoyongan dan hampir terjatuh. Untungnya Kaivan begitu sigap. Pria itu langsung menangkap tubuh Velia lalu menggendongnya untuk segera masuk kamar. Setelahnya perlahan ia dudukkan Velia di sisi ranjang. "Terima kasih," ucap Velia terdengar tulus. "Tidak usah sungkan," balas Kaivan lalu pria itu ikut duduk tepat di sebelah Velia. Memerhatikan dengan cermat, seolah menyadari sesuatu. "Ternyata setelah ku perhatikan, kau lebih muda dan cantik dari yang ku bayangkan," puji Kaivan tanpa basa-basi. Velia menoleh. Perempuan itu lantas melempar senyum menggoda. "Tidak usah memuji. Dari dulu, aku memang selalu cantik. Kau pun terlihat sangat tampan dan maskulin." Kaivan menarik sudut bibirnya. Tidak usah diperjelas. Dari dalam perut ia pun merasa sudah sangat tampan. "Oh, ya?" Velia mengangguk. "Aku tidak berbohong. Kau bahkan masuk dalam kriteria pria idamanku. Tampan, tinggi, bertubuh atletis. Dan... asal kau tahu, aku suka dengan wangi parfum yang kau kenakan. Sungguh, aromanya membuatku tergoda untuk mengendusnya langsung dari kulit tubuhmu." Kaivan tersenyum. Tahu bahwa perempuan di depannya dalam keadaan mabuk, ia memutuskan bangkit dari duduk, bermaksud untuk mengambilkan minum. Namun, belum sempat lagi beranjak, Velia menarik pergelangan tangannya. Perempuan itu lantas melempar tatapan dalam. "Mau ke mana?" "Kau terlalu mabuk. Aku akan ambilkan kau minum terlebih dahulu agar lebih nyaman." "Tidak perlu," geleng Velia. "Aku tidak butuh minuman." "Lalu apa yang kau butuhkan?" tanya Kaivan serius. Velia lantas tarik Kaivan hingga pria itu kembali terduduk dan menghadap para dirinya. Membawa tangannya, Velia sengaja mengusap permukaan dadaa Kaivan yang masih tertutup dengan kemeja hitam ketat. Seolah sengaja menggoda agar pria itu memberikan respon kepadanya. "Karena perasaan hatiku sedang buruk, aku butuh hiburan malam ini." "Hiburan?" Mata Kaivan menyipit. Ia fokuskan pandangan matanya pada kedua manik cokelat milik Velia. "Hiburan seperti apa yang kau maksud?" Velia lantas melempar senyum nakal. Wajahnya menyiratkan sesuatu. "Bersenang-senang, misalnya." "Bersenang-senang?" Kaivan sengaja mengulang ucapan perempuan di sebelahnya. Padahal, ia paham maksud tersirat dari kalimat yang didengarnya barusan. "Ya," angguk Velia. "Apa kau tidak ingin bercinta denganku?" Kali ini Kaivan yang tersenyum mendengar ajakan yang ditawarkan kepadanya. Lagi pula, tujuannya meminta Max, sang asisten mencarikan wanita memang untuk menemani dan diajak bersenang-senang malam ini. Tadinya, Kaivan sempat ingin mengurungkan niatnya setelah melihat perempuan yang datang ke kamarnya malah dalam keadaan mabuk. Namun, melihat perempuan tersebut ternyata lebih cantik, menggoda, dan juga agresif, Kaivan jadi kembali bersemangat. "Kenapa diam saja?" tegur Velia saat mendapati Kaivan yang diam sesaat. "Kau tidak tertarik dengan penawaranku?" Kaivan menarik sudut bibirnya lalu tertawa. Tentu saja tidak akan melewatkan kesempatan ini.

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook