Dikerjain Edo

1026 Words
Demi apa coba? Edo si batu es, yang super dingin, super jutek, super sadis, bisa ngusap kepala Andin secara refleks. “Jadi Cewek jangan sadis, entar nggak laku.” Andin yang di katain seperti itu, pasang ekspresi jengkelnya, langsung nepis tangan Edo, meletakkan kedua tangannya pada pinggang. “Enak aja, lo percaya atau nggak, banyak cowok yang ngantri buat jadi pacar gue! bentar lagi lo juga pasti ngantri!” Ini dua-duanya benernya punya sifat yang sama. Sama jutek, sama narsis, sama galaknya kalau keusik. “Buahaha …” Edo tertawa kencang. Memegang perut dia yang sepertinya kram akibat kebanyakan tawa. “Eh, siapa nama lo? udah lah … nggak penting!” Edo mengibaskan tangannya. “Markonah! sampai gajah bertelor pun, gue nggak bakalan ngejar lo. Jangan mimpi! hidup gue udah berwarna, tanpa harus ngebucinin cewek.” Seperti biasanya, Edo mengatakannya dengan penuh kesombongan. Kedua tangan ditumpukan pada dadanya, wajah menengadah keatas, dengan bibir mengkrotnya yang enggak banget. Andin mengernyit, mendekatkan wajah cantiknya dekat dengan tubuh kekar Edo, niat hati mo ngedeketin muka dia dengan muka Edo. Tapi si Import kelewat tinggi. Andin mendongak, menatap Edo dengan tatapan curiga. “Jangan-jangan lo kaum pelangi!” celetuk Andin. Edo melotot, benernya kaget dengan kata-kata Andin. Tapi ini malah lebih kaget dengan muka Andin, yang sumpah nggak elegan banget, natap Edo dari bawah mukanya. Edo otomatis berjengkit kaget. “Aaa …!” teriak Edo. “Hahaha …!” giliran Andin yang tertawa kencang. Megangi perut dia yang lumayan kram. “Ngaku kepala preman, tapi cara kaget lo nggak banget, mirip kek mas-mas pelangi!” Edo melotot, cowok sekeren ini di bilang kaum pelangi (kaum penyuka sesama jenis)? Ini kayaknya si Markonah minta dijadikan geprek kali. Ini menurut kata hati kesalnya Edo. “Enak aja! gue masih bisa ngaceng!” Ini mulut Edo emang keterlaluan. Andin cengo, jiwa polosnya nggak nangkep. “Apaan itu ‘ngaceng’?” Ini model tanyanya juga super polos. Edo menahan tawanya, geli sendiri dengan ekspresi Andin. Status anak SMA, tentunya bukan bocil lagi dong! ini nggak tau istilah ‘ngaceng’ benernya Markonah hidup di planet mana. “Lo beneran nggak tau?” Andin menggeleng. “Buat PR! Dasar Bocil! harusnya lo masih SD aja!” ejek Edo. “Enak aja! dasar Pelangi!” Andin nggak mau kalah, gentian ngejek Edo. Edo mulai kesal dengan ejekan Andin. “Sekali lagi berani ngatain gue ‘pelangi’ gue cipok lo!” ancam Edo. Andin mendesah, menghentakkan kakinya. “Ini apalagi … cipok, ngaceng! lo bahasanya hebat bener, sampai-sampai gue nggak pehem!” Andin mengatakannya begitu lantang. Niat hati Edo kesel, tapi lihat Andin yang ngomong kayak gitu, bikin Edo pengen ketawa terus. “Lo aja yang kurang gaul, entar tanya aja ke Leo. Kalau gue suruh nunjukin ke elo, kasian status gue yang masih ori ting-ting!” Ini si Edo niat banget mau ngerjain Andin yang kelewat polos. “Pelit lo, Import!” “Woi, Markonah! nama gue Edo. E-D-O! Edo. Paham!” kesal Edo. “Nama gue juga bukan Markonah! Andin, ngerti!” tanpa sengaja, mereka saling memperkenalkan diri. “Nggak penting nama lo siapa, gue nggak minat ngapalin nama lo.” Ini cowok tengil satu ini memang kayaknya minta di bikin geprek. “Dasar Import! Emang lo pikir, nama lo begitu berarti buat gue apalin? Jijai bener!” Andin tak kalah kesal dengan Edo. Perdebatan unfaedah mereka masih berlanjut, hingga suara deheman si guru mengagetkan keduanya. Pak guru menggeleng, bukannya nyesal di keluarin dari kelasnya, mereka berdua malah begitu menikmati hukuman darinya. “Kalian berdua ini memang kelewatan, ini peringatan pertama dari saya, jika masih berulah lagi, saya tidak segan untuk melapor kejadian ini ke orang tua kalian.” Andin diam menunduk, Edo sepertinya nggak takut sama sekali dengan ancaman gurunya. Guru Matematika yang cukup kesal dengan tingkah anak didiknya, pergi dari tempat itu. Andin dan Edo langsung masuk kelas. “Cie …” sorak anak-anak yang melihat Edo dan Andin masuk beriringa. Wajah Andin merona, sedangkan Edo. Dia biasa saja, seperti nggak terjadi sesuatu. Langsung berjalan menuju tempat duduknya. Andin yang ngerasa malu, langsung duduk di samping Lusi. Karena emang penasaran banget dengan kata-kata Edo tadi, Andin langsung menoleh kearah Leo yang duduk bersebrangan dengannya. “Leo! ngaceng itu apa sih!” Ini Andin tanyanya juga nggak pelan. Leo hampir tersedak mendengar pertanyaan Andin. Yang lain apa kabar? mereka nggak bisa nahan tawa mereka. Edo apalagi, dia sampai ngerasa mules denger pertanyaan Andin barusan. “Ndin! Kalau lo mau tau artinya, entar malam chek-in sama gue!” celetuk Leo. Lusi hanya bisa nyengir, sepupunya ini emang kelewat polos. Andin langsung melempar bukunya kearah muka ganteng Leo. “Bangke, lo! emang gue cewek apaan!” kesal Andin. “Ndin, nggak usak nunggu chek-in. Gue tunjukin sekarang, cukup di toilet!” yang ini suara mesummnya Febian. “Udah, jangan ditanggepin. Lo bikin malu aja … entar gue kasih tau …” bisik Lusi tepat di telinga Andin. “Emang lo tau …” Andin masih aja penasaran. “Taulah … makanya pacaran.” Andin mencubit paha Lusi, begitu dia mendengar Lusi jawab seperti itu. “Auw!” pekik Lusi, mengusap pahanya yang lumayan pedas akibat ulah Andin. “Ndin, jadi di kasih tau nggak!” masih saja Febian menggoda Andin. “Diem lo, gue santet lo!” ancam Andin. Edo tawanya makin kencang. “Dasar Markonah pe-a!” celetuk Edo. “Lo bisa diem nggak, Import!” kesal Andin. “Ndin, jangan-jangan tadi Edo ngaceng ya!” Ini si Risky yang masih saja bahas kata-kata unfaedah. Edo menghadap ke belakang, nimpuk kepala Risky pakai buku yang dia pegang. “Sembarangan! Ke-orian gue hanya untuk cewek yang gue taksir!” celetuk Edo. Andin nyikut lengan Lusi. “Benernya mereka ngomong apaan sih Lus, gue nggak paham!” Lusi memutar bola matanya jengah. “Lo yang bikin kisruh, lain kali tanya ke gue dulu, jangan asal ngejeplak. Gini ‘kan jadinya?!” Andin makin nggak paham denger perkataan Lusi. Sumpah bener-bener nggak ngerti. Hingga jam pelajaran ke dua dimulai, geng Edo baru berhenti mengolok-olok Andin, karena seorang guru masuk ke kelas mereka. Andin pun hanya fokus dengan mata pelajaran selanjutnya, karena dia nggak mau di hukum lagi seperti tadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD