MW 2

379 Words
"Kamu kenapa sih selalu mendatangi Agatha? Jelas-jelas kamu hanya dekat sama dia kan? Terus kenapa kamu selalu dekat dengannya? Mami menemukan ada tulisan Alexander dan Agatha di buku tugas kamu di meja belajar." Pertanyaan demi pertanyaan datang dari ibu Alexander. Sebelum Agatha memasuki teras rumah Alexander, langkah kakinya terhenti ketika suara Alexander dan ibunya terdengar dari dalam rumah. "Hanya dekat karena sahabat kok mami, lagipula Agatha juga selalu ingin belajar bersama Alexander," jawab Alexander ketika ia menjawab beberapa pertanyaan ibunya. Agatha yang mendengar percakapan tersebut langsung kembali ke rumah miliknya, mendengar Alexander yang selalu bertengkar dengan ibunya hanya karena dirinya. "Mami selalu seperti ini. Kenapa mami tidak pernah menyukai Agatha? Lagipula aku hanya dekat dengannya sebagai sahabat tapi kenapa mami tidak pernah menyukai Agatha," jawab Alexander kepada ibunya dan berlari mengejar Agatha keluar rumah. Ingatan masa lalu Agatha kembali muncul di saat ia bekerja. Dirinya merebahkan diri di kursi kerja miliknya, dengan menatap layar komputer dan mengetik kembali beberapa dokumen di meja kerja. "Kenapa lagi? Masih enggak bisa lupain masa lalu ya?" Godaan Ricko kepada Agatha ketika mengerjakan beberapa dokumen kantor. "Enggak tahu deh, Ricko seandainya masa lalu kamu enggak pernah bisa kamu lupain. Kamu sebagai pria harus bagaimana? Aku minta saran dong dari kamu." "Masa lalu ya, tumben kamu nanya beginian, lagipula kita mau pindah ke kantor cabang." "Enggak apa-apa sih, aku hanya bertanya saja sama kamu." "Fokus bekerja dulu aja, bahagiain diri sendiri dulu. Udah ya, mau ada kerjaan lagi nih. Jangan lupa nanti makan siang bareng lagi sama teman-teman kantor," jawab Ricko dengan membawa beberapa berkas laporan. ** "Jadi benar yang berada di kantor Wilayah Surabaya yang akan di pindah tugaskan ke Wilayah Bali bernama Agatha?" "Benar pak, Pak Alexander menginginkan Agatha pindah ke kantor cabang dan kemungkinan bulan depan ia akan pindah ke kantor cabang." Senyuman Alexander tergambar jelas ketika dirinya mendengar nama Agatha. Sahabat kecilnya saat ini bekerja di tempat yang sama. "Baiklah, saya akan fokus mengurus beberapa pekerjaan. Terimakasih informasinya, saya akan menunggu karyawan dari kantor Surabaya. Ada dua orang? Ricko dan Agatha? Baiklah saya akan menunggunya." "Benar Pak Alexander, dua orang." ** "Kenapa harus Agatha yang pindah ke kantor cabang? Saya mempertahankan dia dan Ricko berada di Surabaya. Kenapa Alexander menginginkan Agatha pindah ke kantor cabang?" "Tapi Pak, ini keinginan Bapak Alexander." "Saya tidak menyetujuinya. Agatha masih karyawan baru disini. Ia lebih baik berada di kantor Surabaya dan pindah ke pusat setelah tiga bulan." "Tapi Pak." "Tidak ada tapi, setelah tiga bulan ia akan ke Kantor Jakarta." Anisa berjalan keluar ruangan direktur setelah ia memberikan laporan dari Kantor Wilayah Surabaya. "Pak Alexander kan anaknya, jangan sampai pimpinan marah lagi, hanya karena Agatha sama si Ricko," ucap pelan Anisa yang berjalan menuju meja kerjanya. "Kenapa lagi? Yang tentang perubahan tim kerja ya?" Tanya beberapa karyawan setelah melihat Anisa keluar dari ruangan direktur. "Yaiyalah, ya memang seharusnya Agatha sama Ricko ke kantor pusat tapi tiba-tiba harus ke Wilayah Bali." "Bukannya dia masih kuliah kelas karyawan? Gimana ceritanya tiba-tiba harus pindah ke kantor cabang? Kalau enggak salah dia memang mengajukan ada kuliah kelas karyawan." "Enggak tahu deh, lagipula Agatha di Surabaya juga atas permintaan direktur, sepertinya sih dia akan di Surabaya. Pekerjaan jadi adminnya bagus kok, laporannya juga rapi," jawab Anisa dengan merapikan beberapa berkas laporan. "Tapi aku menginginkan Agatha di Wilayah Bali. Daddy jangan halangi aku terus. Dia Agatha sahabat kecilku, benar dia kan daddy, sekarang bekerja di tempat yang sama denganku," jawab Alexander menjawab telepon dari ayahnya. Suara berat dengan tegas terdengar jelas dari ponsel Alexander. Ayahnya yang bekerja menjadi direktur utama di tempatnya bekerja menelepon Alexander yang baru saja selesai study dari luar negeri dan langsung bekerja di perusahaannya. Sean Kendrick adalah seorang pengusaha sukses dari berbagai bisnis usaha. Alexander Kendrick adalah anak satu-satunya dari Sean Kendrick. Setelah Alexander menutup ponselnya, ia pun melihat foto masa kecilnya bersama Agatha. "Setelah sekian lama akhirnya bisa bertemu kembali," lirihnya sembaring melihat foto yang berada di genggamannya. Alexander melihat berkas cv lamaran pekerjaan Agatha yang berada di dalam map berisikan foto Agatha dan biodata diri Agatha. ** "Makan siang yuk, kamu sore ini jadi pergi?" "Jadi, kebetulan Ricko ada lembur jadi sepertinya aku pulang sendirian." "Aku enggak bisa menemani kamu, enggak apa-apa kan ya? Lagipula apartemen kamu sama kantor juga dekat." "Aku boleh bertanya sama kamu enggak?" "Tanya apa?" "Nama Manager kita di Wilayah Bali namanya Pak Alexander siapa namanya?" "Pak Alexander Kendrick, puteranya direktur perusahaan kita." "Serius?" Anggukan dari beberapa karyawan pun terlihat jelas ketika Agatha menanyakan Alexander. Dirinya pun kembali bekerja setelah mendengar pernyataan teman-temannya. Ingatannya sangat jelas ketika ia bertemu dengan pimpinan perusahaan saat ia berada di kantor pusat di Jakarta. "Agatha, maafkan saya yang dahulu menjauhkan kamu dari Alexander, saya hanya tidak ingin Alexander terganggu dengan fokus pembelajarannya semasa sekolah." "Iya pak, saya paham. Lagipula itu hanya masa lalu, sekarang saya bekerja di perusahaan yang bapak pimpin." "Yasudah jika seperti itu, kamu bisa menjadi admin di Wilayah Surabaya." Ingatan Agatha terlintas jelas setelah ia mendengar ucapan dari teman-temannya bahwa nama yang menjadi manager Wilayah Bali adalah Alexander nama sahabat kecilnya. "Alexander, ya ampun kita ketemu lagi," ucapnya dengan suara pelan. Agatha melihat jam tangan di pergelangan tangan kirinya, sudah menunjukkan waktu jam 17.00 Wilayah Surabaya. Dirinya pun menelepon Ricko dari jauh, "Rick, kamu yakin lembur di kantor, aku pulang duluan ya." Suara jawaban dari Ricko pun terdengar di telepon dengan jelas, Ricko memang harus bekerja lembur di kantor karena mengurus beberapa pekerjaan. Agatha merapikan meja kerja miliknya dan bersiap untuk pulang ke apartemen. "Mau naik jojek, Ga?" "Iya nih, kebetulan pesanan jojek ku sudah menunggu di luar kantor, aku pulang duluan ya. Lagipula aku sepertinya enggak jadi ke tempat perbelanjaan, langsung ke apartemen saja." "Hati-hati ya Ga, wajah kamu pucat begitu. Lagi banyak pikiran ya?" "Enggak kok, aku hanya ingin pulang ke apartemen aja." Pikiran akan Alexander yang bekerja di tempat yang sama dengannya kembali terlintas, terlebih kabar tentang Agatha dan Ricko yang akan pindah ke Kantor Wilayah Bali. Pesanan jojek yang di pesan Agatha pun sudah menunggu di luar kantor. Agatha pun pulang menuju apartemen dirinya yang dekat dengan kantor. "Beneran Alexander sahabat kecilku bukan ya, Alexander yang ketemu di bandara," suaranya pelan dengan memasuki gedung apartemen.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD