Pesta dilanjutkan tanpa sosok yang ulang tahun, kemeriahan tidak berkurang karena memang selama ini semua orang tahu sepak terjang Bulan sebagai pengusaha, bukan Rasha yang mereka pandang. Jadi tetap saja berlangsung cukup meriah.
Walau topik pembicaraan masih terdengar tentang Rasha yang mendua. Banyak yang kaget karena selama ini rasha bukan lelaki genit yang mudah didekati perempuan.
Banyak karyawan magang yang mendekati pun tak digubris oleh Rasha.
Keluarga Rasha tentu saja malu dan meminta maaf mereka tidak tahu kalau kelakuan Rasha seperti itu. Mereka mengatakan tak tersangkut dengan pengkhianatan itu. Tentu mereka takut bila butuh sesuatu tak bisa dibantu Bulan.
“Santai saja Tante. Aku sengaja ngundang Tante sebagai saksi jangan nanti dibilang aku membully atau aku mengada-ngada. Ternyata kakak Tante memang seperti itu kelakuannya. Dia hidup dari aku, anaknya kuliah dari aku, tapi dia mengizinkan Rasha punya istri kedua.”
“Bagaimana rasanya Tante punya kakak kandung seperti dia? Bisa ya menikam sesama perempuan. Dengan begitu berarti dia kalau memang istri keduanya tidak tahu beneran, juga menikam yang sana kan?”
“Kakak Tante yang penting dapat dana dari aku dan dari Galuh mungkin. Terserahlah Tante.”
“Aku hanya ingin membukakan mata Tante. Itulah kakak kandung Tante. Itulah keponakan Tante baik Rasha mau pun Ani. Aku nggak punya niat lain. Tante mau tetap menyambung tali silaturahmi dengan aku Alhamdulillah. Tidak ya tidak apa-apa.”
“Aku mohon maaf atas semua kesalahanku selama jadi keponakan Tante. Tapi asal Tante tahu aku baru melihat kemarin. Benar-benar baru kemarin aku melihat. Aku sedang antar catering aku lihat Mas Rasha sedang mengantar Galuh dengan pelukan mesra. Di situ aku kaget dan aku langsung hampiri Galuh ketika mas Rasha nya sudah pergi.”
“Dari Galuh aku tahu bahwa dia sudah menikah dengan Rasha selama enam bulan dan lusa akan honeymoon dengan kakak Tante atau mertuanya dan adik iparnya atau Ani.”
“Gila kan mereka, honeymoon loh dan uangnya sudah tentu nanti dapat dari kredit card yang biasa aku bayarkan. Jadi kredit card tadi pagi sudah aku blokir. Dan aku bikin pernyataan bahwa penggunanya adalah Rasha. Aku perlihatkan yang tanda tangan semuanya Rasha. Jadi dia yang harus bertanggung jawab terhadap p********n kartu kredit tersebut. Aku silakan saja gaji ASN-nya menghidupi ibu, adik dan istri mudanyanya yang selalu hanya bisa nadah tangan itu.”
“Banyak loh Tante. Lumayan enam bulan ini 54 juta Rasha habiskan buat perempuan tersebut!”
“Itu tentu di luar yang dia dapat dari proyek-proyek dia. Karena memang aku selama ini nggak pernah peduli sih. Nggak dikasih duit ya sudah. Makanan setiap hari aku ada. Jadi memang ya sudah aku pikir yang penting kami sama-sama setia. Ternyata di rumah dia sangat manis, enggak pernah terlambat pulang, nggak pernah sibuk dengan HP Tante.”
“Kalau orang-orang lain katanya kan kalau punya selingkuhan sibuk dengan HP. Dia enggak pernah sama sekali. Pokoknya enggak ada hal yang mencurigakan. Sampai kemarin aku lihat langsung.”
“Aku eksekusi, aku tambah undangan tamu dan aku undang Galuh hari ini. Kalau dia tidak datang baru aku akan bikin gebrakan lainnya. Tapi alhamdulillah dia datang. Ya sudah.”
“Kalau video kejadian di rumah ini lalu terbongkar ke mana-mana. Itu bukan aku. Karena aku enggak bikin video sama sekali kejadian tadi. Tapi kan tadi temen-temennya ada yang bikin terserah, biarin saja. Tapi bukan dari. Tante tahu dari tadi aku enggak pegang ponsel.”
“Tante beneran nggak nyangka kakak kandung Tante berlaku demikian tega pada sesama perempuan. Tante demikian malu. Bisa ya dia menikam seperti itu. Kalau Ani yang dijadikan sasaran seperti itu bagaimana coba? Kalau Ani adalah ada di posisi kamu, sibuk jungkir balik cari uang ternyata suaminya selingkuh dan direstui mertuanya?” sang tante benar-benar sedih dan malu tak percaya. Apa pun alsannya tak seharusnya dia mengkhianati menantunya yang menghidupi dia dan Ani juga mereka sesama perempuan.
“Biarkan saja. Aku yankin nggak lama karma pasti ada. Kita lihat saja bagaimana nanti,” jawab Bulan.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Bulan kayaknya Mentari makin hangat deh. Sudah dua hari ini kan dia demam,” kata Zaibunissa atau Nissa, mama Bulan.
“Iya Ma dua hari ini Mentari demam dan Mas Rasha nggak pernah peduli sama dia. Akhir-akhir ini kan Mas Rasha mulai nggak pernah peduli. Rupanya dia sudah mendua. Dua hari ini aku sudah bilang sama Mas Rasha, Mentari demam, tapi Mas Rasha bilang ya sudah bawa saja ke dokter, rupanya dia berangkat pagi dua gari ini karena jadwal libur galuh. Jadi waktu dia ngerem di kamar seharian Ma.”
“Itu yang membuat dia tak peduli pada Mentari, dia lebih mementingkan istri mudanya.”
“Mas Rasha bilang sibuk dua hari ini karena memang bilang lusa itu dia ada tugas ke Lombok, jadi dia sedang persiapan buat berangkat dinas ke Lombok Ma. Jadi aku nggak berpikir dia akan honeymoon dengan Galuh.”
“Dan mama mertuaku sudah bilang mau pulang kampung satu minggu secara bersamaan dengan kepergian mas Rasha. Ya aku bilang silakan saja. Ternyata mereka janjian mau ke Bali.”
“Hebaaaaaaaaat!” kata Bulan getir. Sakit teramat sakit ditikam suami yang mendapat restu dari mertuanya.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
Saat tamu sudah bubar semua Bulan langsung membawa Mentari putrinya ke rumah sakit. Tadi kalau tidak dihalang-halangi tentu Hendra kakaknya akan mengajar Rasha. Tapi Hendra ditahan keras oleh papanya. Bahkan Rasha tidak berani pamit pada mereka sama sekali. Tidak meminta maaf atau apa pun.
Rasha hanya keluar membawa koper yang diberi oleh pembantu. Dia tidak memberi salam pada mantan mertuanya atau pada siapa pun. Benar-benar keluar sudah tidak punya harga diri sama sekali.
Hendra mencatatkan data diri Mentari di rumah sakit, sedang Mentari langsung diperiksa oleh dokter yang bertugas.
“Sejak kapan dia panas?” kata dokter muda berwajah tampan yang memeriksa Mentari.
“Dua hari ini dia mulai demam Dok, saya beri dia obat penurun panas tapi hilang sebentar lalu panas lagi, dan sekarang panas lumayan tinggi, jadi saya takut. Kalau biasanya kan katanya panas itu akan menunjukkan suatu penyakit. Ini dia nggak batuk sehingga bukan karena radang tenggorok seperti biasa,” Bulan melihat name tag dokter tersebut bernama Langit L Sopaheluwakan.