“Selamat malam Pak Bintang, terima kasih atas hadirnya,” Bulan menyambut Kepala HRD kantor suaminya, Bintang Raharja yang datang bersama istrinya.
“Wow Pak Harno, apa kabar? Ditunggu orderannya loh, terima kasih atas hadirnya,” Bulan hari ini mengundang rekan-rekan bisnis suaminya.
Suaminya adalah ASN tapi, sering ditugaskan oleh departemennya untuk negosiasi karena memang dia pegang marketing proyek. Jadi banyak rekanan proyek yang diundang oleh Bulan. Selain juga kepala-kepala yang terkait dengan kantornya. Jadi ada bagian kepegawaian, ada bagian keuangan, ada direktur cabang, pokoknya semua atasan Rasha dia undang.
Bulan dan Rasha menggunakan baju couple yang sangat manis. Mentari putri mereka yang baru berusia tiga tahun, juga menggunakan baju yang sama dengan kedua orang tua mereka, batik mahal yang sangat manis.
“Wah Mama cantik banget pakai baju itu Ma,” kata Bulan memuji Hartanti Vardhaman, mama Rasha, ibu mertuanya.
“Iya pas banget baju yang kamu beliin. Hebat deh kamu,” balas Tanti.
“Mana label harganya tinggi banget, aduh Mama nggak nyangka deh. Kamu memang yang terbaik,” puji Tanti.
“Sudah Ma, santai saja. Harga segitu belum seberapa,” jawab Bulan.
“Masih ada yang ditunggu Mas punya undangan spesial mungkin?” tanya Bulan pada Rasha.
“Enggak lah Sayang. Mas undang siapa sih? Mas kan hanya ngikutin kamu saja,” jawab Rasha dengan super manis.
“Pak Rasha ini sayang banget ya sama istrinya,” puji pak Bintang Raharja, manager kepegawaian atau HRD di kantornya Harsa.
“Pak Bintang, saya minta apa namanya ya, penjelasan sedikit dong. Kira-kira apa ya hukumnya kalau seorang ASN itu menikah tanpa sepengetahuan istri sah?” pancing Bulan.
“Wow itu berat banget hukumnya. Berat banget lebih-lebih kalau istrinya melaporkan hal tersebut. Lalu lebih-lebih kalau istrinya langsung minta cerai, maka dia hanya akan dapat gaji dia sendiri saja. Pokoknya berat lah. Kalau ASN itu jangan macam-macam!”
“Oh begitu ya?”
“Setahu saya tanpa diadukan atau tidak perlu diadukan juga langsung kena peringatan kok pak Bintang,” kata Pak Harno.
“Kenapa Pak Harno?” tanya Bulan. Rasha ketar ketir mengingat apa yang selama ini dia sembunyikan.
“Lupa peraturannya. Tapi kayaknya ada deh. Pokoknya ketahuan ada yang lapor dan ada buktinya itu langsung diperkarakan!”
“Tapi kan kalau Pak Rasha nggak mungkin lah. Dia sangat cinta pada bu Bulan kok,” kata Bintang Raharja.
“Kita nggak tahu kan Pak Bintang. Di depan saya mungkin setia, tapi mungkin di belakang saya dia sudah menikah lagi, mungkin setahun lalu atau 6 bulan lalu, siapa yang tahu kan? Bisa saja lah namanya semua hal di dunia ini pasti bisa terjadi,” jawab Bulan tersenyum manis pada Rasha yang wajahnya mulai kecut.
“Yang sekarang lagi rame Bapak inget kan, istrinya pergi umroh suaminya diajak berkali-kali nggak mau dengan alasan sibuk, sampai banyak orang menghujat kenapa pergi umroh sendirian. Ternyata dia masukin perempuan ke kamarnya. Benar-benar bej4d.”
“Dia masukin ke kamar tempat istrinya cari uang. Padahal rumahnya ya rumah istrinya,” rinci Bulan.
“Iya itu rame banget, super rame,” kata pak Harno.
“Wow ikutin juga Pak Harno?” tanya Bulan.
“Ya pastilah, pasti ikutin, karena istri saya dan anak saya kan sudah gede-gede. Mahasiswa, jadi mereka pasti bahas, mamanya ikut bahas lah, jadi saya tahu percakapan mereka.”
“Ayo Bun, nggak dimulai?” tanya Rasha.
“Tunggu sebentar. Satu lagi tamu kehormatan yang saya undang memang tepat jam 08.00. mohon maaf ya sebentar lagi. Saya undang seorang spesial buat suami saya, dan ibu mertua saya jam 08.00 tepat.”
“Nah itu beliau datang,” Bulan melihat seorang perempuan yang ragu masuk ke ruangan itu.
Seorang perempuan datang dengan kikuk dia bingung kenapa kemarin sore dia dapat note di rumah makan suruh datang jam 08.00 malam tepat, jangan kurang, jangan lebih dan jangan bawa siapa pun kalau ingin tahu sesuatu rahasia sangat besar dalam hidupnya. Tentu saja perempuan tersebut kaget dan dia datang di sebuah pesta meriah.
“Mbak Galuh silakan,” Galuh yang dipanggil oleh Bulan sangat kaget karena di situ ada suaminya, berdiri kaku disebelah Bulan.
“Pak Bintang Raharja, Pak Harno, Bu Dewi, Bu Hanum, perkenalkan perempuan ini bilang dia adalah istrinya Rasha dan mereka sudah menikah 6 bulan lalu!” Semua nama yang disebut itu berkaitan dengan Rasha sebagai karyawan.
“Rasha ngakunya dia tinggal di Bandung, dan datang seminggu dua kali saat istrinya libur, jadi mereka sepanjang siang di kamar berdua itu pengakuan ibu Galuh dan ibu Galuh ini lusa akan honeymoon bersama suami saya Rasha dan ibu mertua saya serta adik ipar saya. Mereka semua janjian dibelakang saya dan mendukung perselingkuhan Rasha.”
“Wah saya pikir Pak Rasha ini mengajukan cuti karena ingin berlibur setelah ulang tahun bersama ibu Bulan. Memang Pak Rasha mengajukan cuti. Dia bilang dia mau jalan-jalan bersama keluarga. Rupanya keluarga kedua yang tak terdaftar yang dia diajukan. Oke Bu Bulan saya catat semuanya,” respon manager HRD membuat Rasha lemas tak bertulang.
Rasha tak bisa berkutik apa pun terlebih-lebih ibu mertuanya.
Keluarga Bulan, mama dan papanya terkejut melihat kejutan ini. Anak mereka ditikam suami dan mertuanya.
“Tolong di depan semua orang beri saya talak. Saya tidak ingin ada alasan apa pun karena sudah jelas kok istri kamu ngaku dia dinikahi kamu 6 bulan lalu dan ibu kamu juga tahu pernikahan kalian. Bahkan kalian mau mengadakan jalan-jalan ke Bali dua hari saat putri kita sedang sakit.”
“Jadi tolong lakukan talak sekarang juga. Saya tidak mau ditunda dan kalau Anda tunda saya akan penjarakan kalian dengan tuduhan perbuatan zina!”
Saya Rashaun Tarangga Vardhaman atau Rasha, dengan kesadaran penuh menyatakan memberi talak kamu Bulan Saumya Diratama, putri bapak Adhinatha Diratama. Sesudah ini semua hak dan kewajiban saya pada kamu terputus.
“Alhamdulillaaaaah, semua saksi ya. Saya sudah bukan istrinya Rasha dan saya mohon sekarang juga bapak Rasha dan ibu serta adiknya meninggalkan rumah saya.”
“Rumah ini saya bangun dari nol dengan uang hasil keringat saya. Ingat rumah yang dengan kamu itu hanya tipe 21 dan itu sudah kamu jual ketika kamu butuh uang untuk pengobatan ayahmu. Saya tidak diberi satu rupiah pun dari harta gono itu. Jadi kita tidak punya harta gono gini.”
“Semua mobil-mobil milik saya, motor-motor milik saya. Kamu pakai mobil kantor jadi sekarang juga keluar dari rumah saya termasuk ibu mertua, ibu kandung kamu dan adik kamu.”
“Saya menyesal telah mengkuliahkan adik kamu dengan susah payah walaupun baru sampai semester tiga saat ini. Tapi alhamdulillah tidak berkepanjangan. Kita lihat apakah kamu dengan gajimu itu mampu hidup dengan kecukupan seperti yang saya berikan selama ini.”
“Yang lainnya silakan makan, tidak perlu pikirkan siapa yang ulang tahun, saya nyonya rumahnya. Mbak Galuh terima kasih atas kehadirannya kalau mau makan bersama kami ayo. Kalau mau mengambil suaminya silakan. Saya sudah relakan mantan suami saya itu untuk Anda.”
“Dia hanya seorang pegawai kecil lucu yang kebetulan dapat proyek, jadi laganya seperti bos. Semua kemewahan selama ini adalah punya saya dan Anda Rasha sebelum keluar tolong kamu camkan ini. Semua kartu kredit sudah saya blokir dan kamu harus membayar semuanya. Semuanya. Kamu bayar sendiri.”
“Saya sudah laporkan ke bank tadi pagi, bukti transaksi semua tanda tanganmu, jadi semua kartu kredit itu penggunaannya harus kamu bayarkan. Karena saya tahu dengan kartu kredit itu kamu beli mas kawin buat Galuh, juga mungkin apalagi saya enggak tahu. Namanya juga pejabat kan, jadi memberi hadiah buat istri muda pasti ingin terlihat WAH ya. Silakan pertanggung jawabkan utang Anda ke bank!” Bulan langsung berbalik badan. Mamanya memeluk putrinya. Dia lihat sang kakak Hendra sedang ditahan papa dan sepupunya karena dia yakin kakaknya akan menghajar Rasha.