Ketika Cinta Diuji

1065 Words
Dua hari yang lalu Dea sempat mengajak Rezi ke mall hari Sabtu ini untuk mencari kebutuhan pribadinya, mau tidak mau ditolak sama Rezi dengan alasan orang tuanya minta diantarkan ke Tasikmalaya untuk mendatangi saudaranya tepatnya kerumah abah Fuad. Ya benar, hari ini mereka bersilaturahmi sekaligus mengenalkan Rezi dengan Tria. Tentu saja Rezi tidak mengatakan yang sebenarnya pada Dea, bisa - bisa Dea minta putus saat itu juga. Rezi tidak mau melepaskan Dea, bagaimanapun dia cinta dan sayang sama Dea, dia akan berusaha menggagalkan perjodohan ini dan bertahan dengan Dea. Untungnya kemarin itu Dea memahami dan maklum dengan alasan Rezi tidak bisa menemaninya Sabtu ini, lagi pula jarang - jarang orangtuanya meminta tolong pada Rezi ...toh Rezi berjanji hari Senin sore dia akan menemani Dea ke mall sepulang dari praktek di rumah sakit, mereka juga sudah biasa berjanjian sepulang dari bekerja, lagi pula yang Dea beli bukan sesuatu yang penting, dia hanya ingin diantar saja oleh rezi. Setelah sholat subuh di mesjid dekat rumahnya, Rezi dan Abinya langsung sarapan yang sudah disiapkan umi, setengah jam lagi mereka akan segera berangkat. Pukul enam pagi keluarga kecil Abi Khalifi sudah siap berangkat ke Tasik, Yono supir keluarga itu yang mengendarai Toyota Innova milik Umi dengan Rezi duduk disebelahnya dan dibelakang ada Abi dan Umi Rezi. Selama perjalanan Rezi memilih memakai kaca mata hitam dan melanjutkan tidurnya. Dia bahkan memilih tidak membicarakan perihal maksud orangtuanya ke rumah abah Fuad, walaupun sudah pernah dibahas sebelumnya. Sementara itu Abi dan umi Rezi saling melirik dan berbicara dengan berbisik. Mereka bukannya tidak tahu perasaan galau anaknya, tapi demi masa depan anak keturunan mereka lebih baik menjodohkan anak mereka dengan gadis yang sudah mereka ketahui keturunannya dari pada anak seorang yang bekerja di dunia Entertaiment seperti keluarga Nandi Rahmadi yang sudah mereka ketahui latar belakangnya. Usaha keluarga Rahmadi dianggap bertentangan dengan prinsip keluarga besar mereka. "Dia ada ngomong sama umi nggak?" "Nggak, cuma yang kita ngomong waktu itu aja," jawab umi Rezi sambil berbisik. "Ya udah diemin aja, dia juga nggak bersikeras kok," ucap Abi. "Anak bang Fuad juga cantik kok Bi..." "Nanti kalo dia lihat juga naksir." "Emang kemarin bang Fuad ada ngomong mau nikahnya kapan Bi?" "Awal tahun depan mestinya, Tria mau wisuda dulu.. abis itu bang Fuad mau umroh sekeluarga." "Semoga lancar ya Bi... umi sudah pengen punya cucu.." "Ya kita doakan semua lancar." "Aamiin." Perjalanan normalnya enam jam ke Tasik, tapi mungkin akhir pekan lalu lintas lebih ramai dan ada beberapa titik kemacetan sehingga rombongan Abi Khalifi baru tiba di rumah abah Fuad jam satu siang. Rumah abah Fuad yang sangat luas karena menyatu dengan peternakan Kambing dan Sapi di bagian belakang rumahnya yang memang terlihat agak berbeda dengan rumah tetangga di lingkungan tempat tinggalnya. Beberapa truk operasional untuk usahanya juga terlihat terparkir di halaman samping rumahnya. "Assalamualaikum...Alhamdulillah sampai juga kami disini...sudah bertahun - tahun rasanya nggak kesini." "Waalaikumsalam .... Ente kebanyakan acara Lif... , mana inget ke sini." "Bang," sapa Azma, umi Rezi sambil memberi salam dari jarak jauh. "Gimana Ma...capek perjalanan kesini?" "Nggak berasa kok bang." "Eh Wan, bilang umi ini tamu dari Jakarta udah datang." perintah Abah Fuad pada anaknya. Tidak berapa lama umi Rosmah pun keluar diikuti seorang wanita berhijab yang dapat dilihat Rezi juga dari tempatnya berdiri. "MasyaAllah Azmaaa... nyampe juga disini," sapa umi Rosmah lalu berpelukan dengan umi Azma. "Bang..." sapa Rosmah menyapa abi Khalifi yang juga masih kerabatnya. "Ini Rezi? Udah lama umi nggak ketemu... cuma lihat fotonya aja," sapa umi Rosmah yang tangannya kini dicium Rezi tanda hormat. "Tria... ayo salam sama Abi dan Umi, juga bang Rezi," perintah Umi Rosmah. Gadis berkerudung menyalami semuanya, kecuali Rezi dia hanya menyalami tanpa menyentuh. "Yuk masuk dulu, makan siang udah siap dari tadi," ajak umi Rosmah. Mereka pun masuk ke rumah calon besan harapan mereka itu. Makan siang itu penuh tawa untuk para orang tua, sedangkan anak yang akan di jodohkan itu hanya tampak diam seperti hanya raga mereka saja yang ada disana sedangkan pikirannya tidak. Acara makan siang dilanjutkan dengan ramah tamah di gazebo belakang dengan kudapan manis buatan umi Rosmah. "Tria rencananya akan ke Jakarta minggu depan, mungkin nanti Rezi bisa temenin ya kalo Tria disana?" "O bisa, nanti tinggal di rumah kami saja, kalo perlu Rezi bisa cuti kan, Rez?" tanya Umi setelah menjawab pertanyaan Abah Fuad. "Cuti nggak bisa mi, paling akhir pekan," jawab Rezi. "Kalo Rezi kerja, Tria bisa sama umi nanti," umi Azma menawarkan diri. "Nah tuh Ya, nanti di rumah Abi aja," ucap abah yang memanggil nama anaknya dengan nama singkat 'Ya'. Tria hanya mengangguk dan tidak berniat menjawab. Selama orangtuanya ngobrol dengan abah Fuad, sesekali Rezi melihat ke hapenya, soalnya dia baru saja mengirimkan pesan pada Dea untuk menanyakan sedang apa pacarnya itu, tapi belum mendapat balasan. "Rezi prakteknya setiap hari?" tanya umi Rosmah dan memecah fokus Rezi pada hapenya. "Nggak Mi, hanya seminggu tiga kali, tapi setiap hari ngantor juga." "Dia ada pegang jabatan juga di Rumah Sakit itu, jadi walau nggak praktek tetap harus ke rumah sakit setiap hari," jelas Abi khalifi memperjelas jawaban rezi. "Kami juga langganan di rumah sakit Royal yang di Bandung. Itu rumah sakit punya keluarga dokter Aris kan?" "Iya Bah," jawab Rezi. "Ente kenal Ad?" ""Nggak, cuma dengar Orang cerita. Anaknya yang kecil jadi direktur yang di Bandung." "Cucunya yang paling gede dokter juga, temen Rezi kuliah. Dia juga yang rekomendasikan Rezi ke om nya, anak nomer dua dokter Aris yang jadi Dirut di Jakarta." "Ooo ..hebat juga pergaulan Rezi sama keluarga koglomerat." "Kebetulan teman kuliah bah," jawab Rezi merendah. "Eh ente mau lihat peternakan Ana nggak Lif?" "Mau dong." "Ya ... temenin bang Rezi ya, abah mau ngajak abi keliling dulu nih," perintah Abah pada Tria. "Umi mau nemenin umi Azma istirahat didalam dulu ya," seperti janjian kini umi Rosmah yang ikutan pamit mengajak umi Azma. Tiba - tiba gazebo itu hanya menyisakan Rezi dan Tria. Tentu saja membuat keadaan kikuk dan kurang nyaman. "Saya sudah punya pacar, saya tidak tahu kenapa ada perjodohan seperti ini," ucap Rezi membuka pembicaraan, terserah Tria mau menanggapi apa, yang penting dia harus menyampaikan ini. "Aku tidak punya pacar, dan sebenarnya juga tidak mau memikirkan yang namanya pernikahan. Aku hanya menjaga perasaan orangtua terutama umi. Umi punya masalah dengan jantungnya dan aku tidak berniat membuat umi menjadi sakit karena aku melawan keinginannya," tegas dan tidak menya - menye ... tapi itu membuat Rezi bingung, apakah ini maksud dari harus menurut?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD