Dea Pov
Kok mas Azki nyuekin aku ya? Boro - boro dia menggangguku seperti biasa ... melirik pun tidak, seperti aku makhluk kasat mata saja, apalagi menyapa ...tambah nggak mungkin. Bahkan saat foto bersama tadi, dia diujung sana dan aku ada diujung sebelah sini, seperti orang tidak kenal. Apa dia tersinggung waktu aku menggodanya waktu dia di bioskop dulu ya? Masak sih mas Azki baperan? Dia kan makhluk paling asyik, santai dan nggak baperan yang aku kenal.
"Mas Azki," panggil Yangpa ketika melihat mas Azki hendak beranjak dari tempat duduknya di meja sebelah. Aku sempat melirik sebentar. Jarak tempat dudukku dengan yangpa kurang dari satu meter. Di dekat yangpa kini ada om No dan daddy, padahal tadi yangpa tidak duduk disana, tapi setelah foto bersama sepertinya dia beredar dan sekarang di meja om No.
"Ya yangpa," jawab mas Azki yang kini berdiri dibelakangku, jadi aku bisa sangat jelas mendengar ucapannya.
"Mau kemana, duduk aja disini ... kok menghilang terus?"
Wah hebat yangpa, dia bisa mengawasi semua pergerakan ... cctv kalah kayaknya.
"Nggak kemana - mana kok."
"Sini dong ngobrol sama - sama."
Meja yang cukup untuk delapan kursi itu memang hanya terisi mereka bertiga awalnya, dan sekarang mas Azki duduk disana.
"Bang .... Dea ... sini ngobrol sama - sama," kini giliranku dan abang yang dipanggil. Ririn memang sedang keliling membawa Shaka bersama kak Jeje, jadi tinggal aku dan abang.
Kami berdua pun beranjak menuruti perintah yangpa.
Topik yang di obrolin sebenarnya tidak melibatkan kami berdua, karena mereka bicara soal golf. Daddy yang sudah beberapa waktu belakangan ini suka ikut golf dengan om No tentu saja ikut nyambung, diantara kami bertiga cuma abang yang paham karena kan abang sering diajak yangpa dari dulu untuk ikut main golf, jadi dia menyahuti juga sesekali. Sementara aku dan mas Azki hanya menyimak.
Sesekali aku mencuri pandang ke mas Azki, bukan apa - apa...aku penasaran dengan sikap diamnya, pandangan nya hanya tertuju pada hape nya, mungkin dia sedang wa an sama pacarnya.
"Mas Azki harusnya sesekali ikut sama papa main golf, belajar dulu," ucap yangpa dan membuat mas Azki mendongak dari khusuknya memandang hape berlogo apel kroaknya itu.
"Ya yangpa," jawabnya seperti template cari aman.
"Nanti bisa ikut papa hari Minggu main di Sentul, kalo Sabtu kan masih Koas, paling sore bisanya. Kalo libur bisa main dari pagi."
Mas Azki mengangguk.
"Dea nggak mau belajar sekalian main golf?" tanya yangpa padaku.
"Hmm .. mau sih tapi lagi nggak bisa dulu."
"Kenapa?"
"Dea kan mau be ..." Abang yang niat menjawab pertanyaan yangpa, tiba - tiba terhenti karena panggilan kak Jeje yang datang bersama Shaka dalam gendongannya.
"Ayaaah ... tolongin dong ini Shaka-nya rewel."
"Sini sama yangpa," pinta yangpa.
Shaka si bayi imut dan ganteng itu kini duduk dipangkuan yangpa. Pembicaraan tentang golf terhenti dan kini beralih kepada Shaka. Kak Jeje kini duduk disebelahku, kami semua sibuk membujuk Shaka dan membicarakan tentangnya, dan hebatnya Shaka langsung anteng apalagi tepukan pelan dipantatnya membuat dia kini tertidur dipangkuan yangpa.
Sampai akhirnya kami pamit pulang, mas Azki tetap tidak mengeluarkan suara apapun padaku malah kini dia sudah menghilang lagi Ya sudahlah ... mungkin aku memang dulu juga keterlaluan menggodanya.
"Beneran Dea besok berangkat ya?" tanya yayang ketika keluarga kami hendak berpamitan.
"Iya yang .."
"Berangkat kemana?" tanya yangpa yang berdiri di sebelah yayang.
"Dea dapat beasiswa ke Inggris lho mas," jelas yayang.
"O ya? Emangnya Dea sudah lulus?"
"Belum yangpa, ini beasiswa satu semester aja di Manchester."
"Owh berangkat besok?"
"Iya ... ini sih sampe Januari, tapi sepertinya bisa lebih cepat sampai akhir Desember aja. Kalo ujian udah selesai langsung dipulangkan, tergantung jadwal disana nanti."
"Wah hebat Dea, nanti lulus kuliah di Royal aja ya De.."
"Tuh udah ada tawaran dari yangpa, kan ngurusin perusahaan daddy nggak mau,"
"Nanti kalo abang udah selesai Spesialisnya, kerjanya bareng abang ... bukan om No lagi," ucap om No.
"Atau mau sama mas Azki di Bandung nanti?" tanya yangpa sambil tersenyum.
"Di Jakarta aja yangpa," jawabku cepat. Yang benar saja aku ikut mas Azki, sekarang aja aku sudah kayak musuhan dibuatnya, apa khabar nanti?
"Di Bandung enak De, ke rumah sakit dekat ... walau pagi masih terasa dingin, tapi kan lumayan ada mas Azki yang selalu bikin panas suasana dan memancing emosi," sahut aunty Ana dan membuat yang lain tertawa. Aunty tidak tahu aja mas Azki hari ini udah kayak Freezer yang nggak dibuka berbulan - bulan, sampai banyak bunga esnya.
"Eh bener juga itu, mas Azki perlu partner peredam tingkahnya yang suka bikin kesel itu," ucap yangpa menyetujui usul aunty Ana,
"Dea memang kayak maminya, yang bisa menjinakkan daddy-nya kan itu prestasi."
"Gue berasa penghasil s**u prima herbal Sumbawa deh ya.. sampe perlu dijinakkan," sahut daddy sambil melirik tante Priska yang barusan berkomentar.
"s**u apa tuh?"
"Kuda Liar Na," jawab tante Priska yang tentu saja membuat semua tertawa lagi. Daddy ku memang juara membuat kehebohan, bahkan dia rela yang jadi korbannya.
Yayang yang tadi sempat masuk ke dalam rumah sebentar kini muncul lagi dengan amplop coklat di tangannya.
"Wah De, Bank yayang buka dua puluh empat jam nih kayaknya," ucap yangpa yang melihat yayang bergabung lagi.
'Dikit ya De, buat jajan disana," Yayang memberikan amplop coklat yang ternyata berlogo Royal itu padaku.
"Terimakasih yang," kataku ketika menerimanya.
Setelah sedikit pembicaraan lagi, tante priska dan tante wendy juga berjanji akan mengantarkanku ke airport ... akhirnya kami benar - benar pamit pulang.
Sesampai di rumah, aku masuk ke kamar dan membuka amplop dari yayang tadi. Astaga ...ini sih jajan LV atau sejenisnya yang ...ucapku dalam hati ketika melihat empat lembar uang lembaran seribu dollar Amerika, ini bisa buat masuk tabungan aku aja ... uang bulanan dari beasiswaku lebih dari cukup kok, belum lagi nanti pasti daddy kasih sangu juga takut anaknya kurang makan dan hidup susah disana, Daddy gitu lho ... suka lebay.
Tidak berapa lama terdengar ketukan pelan dipintu kamarku, setelah aku buka ternyata Dio dan dia langsung masuk ke kamarku.
"Wuih banyak duit,' ucapnya ketika melihat uang dollar tadi berserakan di mejaku.
"Mau? Ambil gih selembar."
"Beneran? Seceng nih ..."
"Iya ambil, itu mau gue masukin tabungan aja, uang bulanan gue disana cukup kok."
"Makasih ya mbak Dea ku sayaaang," ucapnya lalu mengecup pipiku. Kembaranku ini memang cuek - cuek romantis, mirip denganku.
"Hmmm .."Kalo senang dia suka memanggilku mbak.
"Mas Rezi kemana, tumben nggak kelihatan."
"Lagi ada acara keluarga tadi siang, harusnya malam ini dia kesini, tapi kan daddy dadakan ngajak kita pergi."
"Dadakan? Daddy udah bilang dari beberapa hari yang lalu kok sama gue," ucap Dio dan itu membuatku heran.
"Bilangnya kapan? Kok gue baru dibilang tadi malam?"
"Nggak tahu, kalo gue sih kalo nggak salah pas daddy pulang ketemuan sama tante Priska ... ketemu gue di halaman depan waktu gue udah mau pergi."
"Udah seminggu dong?"
"Iya."
"Owh mungkin karena lo kebanyakan acara makanya daddy ngasih tahu jauh - jauh hari, Daddy pikir gue pengangguran jadi selalu standby, dia sampe lupa anaknya yang ini juga banyak acara."
"Iya mungkin juga ... eh De, lo musuhan sama mas Azki ya?" tanya Dio tiba - tiba.
"Nggak, kenapa lo nanya gitu?"
"Gue lihat dari tadi dia nyuekin elo ... nggak biasa - biasanya."
"Masak sih? Perasaan gue biasa aja deh. Lo lagi sensi kali. Orang mas Azki aja sering ngilang tadi."
"Payah lo, waktu baru datang aja mas Azki udah nyuekin elo ... di sana aja gue udah heran, feeling gue ada masalah antara lo sama mas Azki. Dia kan biasanya nggak bisa lihat lo dikit De, pasti dia langsung ngusilin elo. Tapi tadi nggak sama sekali."
Aku tidak mau berkelit lagi, Dio susah dibohongi.
"Gue juga nggak tahu kalo itu, terakhir gue ketemu mas Azki sama pacarnya bulan lalu pas gue juga sama mas Rezi abis nonton. Gue sih ada ngegodain mas Azki, beneran cuma ngeledek dia doang Di ... kan biasanya dia suka bales tuh, ini dia malah diam aja, apa dia malu depan pacarnya ya?"
"Emang lo bilang apa?"
"Cuma bilang 'cieee .. pacar baru nih?' Gitu doang," jawabku tidak jujur.
"Pacarnya denger?"
"Harusnya nggak ya, gue setengah berbisik gitu kok."
"Tunggu, lo yakin itu pacarnya? Setahu gue mas Azki belum punya pacar lagi deh."
"Yakin banget, mas Rezi juga nanyain kok, dia langsung ngenalin ... namanya Wulan. Lo kayak nggak paham track record mas Azki aja Di ... kan dia jagoan kalo urusan cewek. Gercep pokoknya."
"Ya nggak apa - apa, asal kalo udah punya istri nanti dia setia, dia kan nggak pernah main dua, kalo nggak cocok putus ntar cari lagi sampe cocok. Yang manusia setengah kamprettt itu kalo main dua, selingkuh!"
Benar juga kata Dio.
"Kalo selingkuh sih nggak termaafkan Di ... lo jangan sampe kayak gitu ya, gue nggak rela kalo lo selingkuhin cewek lo nanti."
"Yaelah, cari aja dulu ceweknya ... ntar dipikirin deh mau diapain."
"Ya pacaran lah."
"Daddy aja pacarnya cuma mami doang dan umurnya udah diatas dua puluh lima tahun, santuylah gue."
"Lo nggak bisa samain dengan daddy dong, daddy tuh manusia spesial yang diciptakan untuk mami ... cuma mami yang bisa mengabaikan bawelnya daddy dan pasrah aja sama daddy."
"Jangan - jangan lo juga mirip mami seperti yang tante Priska bilang tadi De."
"Memangnya manusia spesial siapa yang mau gue piara?"
"Mas Azki."