Part 1
Kuhela nafasku dengan kasar, dan berjalan menuju kamarku. Lalu sesampainya di kamar, aku segera mendudukkan tubuhku di tepi tempat tidur, dan melempar tas ku dengan sembarang, sehingga membuatnya entah terjatuh kemana.
Aku baru saja pulang berkerja, dan rasanya begitu lelah. Namun aku sangat kesal dengan Jung Woo, karena ia tidak bisa pulang bersama denganku, dikarenakan ia masih ada meeting.
Ah, aku hampir saja lupa memperkenalkan diri. Namaku Veera Mook Upaiprom, dan umurku baru menginjak 23 tahun, aku seorang wanita keturunan Korea dan Thailand, namun saat ini aku tinggal dan berkerja di kota Seoul.
Nam Jung Woo, atau yang sering kupanggil Jung Woo, adalah seorang pria yang merupakan teman dekatku, ia adalah seorang pria asal Korea Selatan, dan ia merupakan seorang pemilik dari salah satu perusahaan terbesar di kota Seoul ini. Aku dan dirinya sudah kenal cukup lama, yaitu sudah hampir 2 tahun, bahkan kini aku berkerja di perusahaan miliknya.
Awalnya, aku tidak mau saat ia mengajakku untuk berkerja di perusahaannya, karena aku takut jika nanti ia jadi mengistimewakanku, karena aku adalah teman dekatnya. Dan hal tersebut, tentu akan membuat karyawan lain menjadi iri padaku. Namun Jung Woo terus saja memaksa, dan memohon padaku agar aku mau berkerja di perusahaan. Hingga akhirnya aku luluh, dan mau berkerja diperusahaan miliknya, tapi dengan syarat, kalau ia tidak boleh mengistimewakanku, dan membedakanku dengan karyawan lain.
Hubunganku dengan Jung Woo, memang hanya sekedar teman dekat saja, tidak lebih dari itu, bahkan kami sama-sama tidak memiliki perasaan satu sama lain, meskipun sudah beberapa bulan belakangan ini kami sering melakukan hubungan intim bersama. Namun hal itu kami lakukan, hanya atas dasar sama-sama senang saja, bukan karena cinta.
Kembali kuhela nafasku, dan melirik ke layar ponselku yang sudah menunjukkan pukul 6 sore. Sudah sesore ini, namun Jung Woo masih belum pulang juga, padahal aku sedang rindu akan sentuhannya, pada setiap inchi tubuhku.
Kukerucutkan kedua bibirku, dan beralih menatap ke arah kemeja yang kupakai. Dan, aku baru menyadari, kalau kemeja yang kupakai saat ini cukup ketat juga ,sehingga membuat kedua payudaraku terlihat begitu menonjol dan menggoda. Ditambah rok pendek berwarna abu-abu yang kukenakan, yang membuat paha mulusku terekspos. Pantas saja, tadi saat dikantor, semua mata tertuju padaku, terkecuali Jung Woo, karena ia sedang berada di luar kantornya sejak tadi pagi, jadi kami tidak sempat bertemu saat di kantor.

Tiba-tiba sebuah ide jahil terlintas di dalam pikiranku. Dengan cepat aku meraih ponselku dari atas kasur, dan menekan ikon kamera. Lalu aku segera berdiri di depan cermin, dan mengambil sebuah foto diriku.
Setelah selesai, aku mengirimkan foto tersebut pada Jung Woo, tanpa memakai caption satu katapun, agar jika nanti saat ia melihatnya, ia jadi ingin cepat-cepat pulang untuk menyentuhku.
Sebuah senyuman miring pun, terukir di wajahku, saat pesan tersebut sudah berhasil terkirim kenomornya Jung Woo.
Aku pun kembali duduk di tepi tempat tidur, seraya menunggu pesan balasan darinya.
Ting
Ponselku berdering. Dengan cepat aku melihat ke layar ponselku, dan ternyata itu adalah sebuah pesan dari Jung Woo.
Buru-buru kubuka dan k****a pesan balasan tersebut.
"Sial kau Veera! Membuatku menjadi tidak fokus saja, arghhh"
Aku kembali tersenyum miring, saat membaca pesan balasan darinya.
Kemudian aku segera menulis pesan balasan untuknya.
"Rasanya sesak sekali, kedua gundukkan besar ini memaksa untuk cepat-cepat di keluarkan, tapi aku tidak ingin mengganti baju, sebelum kau melihatnya secara langsung", segera kukirim pesan tersebut padanya.
Jika boleh jujur, saat ini sudah begitu h***y, apalagi saat aku menyadari kalau hari ini, pakaian yang kupakai begitu seksi. Ah, aku jadi membayangkan, saat jari-jari tangannya Jung Woo, yang meremas kedua gundukkanku ini, ditambah saat jari-jarinya bermain di area kewanitaanku.
Oh s**t! Membayangkannya saja, sudah membuatku jadi merasa semakin h***y, dan tidak tahan lagi, sehingga membuatku memejamkan kedua mataku, dan menggigit bibirku.
Ting
Ponselku kembali berdering, dan kuyakin kalau itu adalah pesan dari Jung Woo. Buru-buru kubuka, dan k****a pesan darinya.
"Veera~ Jangan menggodaku, karena meetingnya belum selesai, tunggulah sebentar, karena saat meetingnya sudah kelar, aku akan langsung pulang"
Aku berdesis, ketika usai membaca pesan darinya.
"Dasar tidak peka! Apa ia tidak sadar, kalau saat ini aku sedang ingin melakukannya?!" omelku.
Kuletakkan ponselku di atas kasur, tanpa membalas pesannya tersebut. Lalu aku segera membuka salah satu laci yang berada di nakas, dan kuperhatikan isi dari laci tersebut, yang merupakan beberapa koleksi se* toys milikku.
Kemudian aku mengambil salah satu dari benda tersebut, yang berwarna putih bening, dan berbentuk begitu mirip dengan milik pria.
Ah, aku ingat benar saat pertama kali aku membelinya, yaitu sebulan yang lalu, karena kupikir aku membutuhkan alat ini, di saat Jung Woo sedang tidak ada, karena aku tidak ingin melakukannya bersama dengan yang lain, jadi lebih baik aku memuaskan diriku sendiri saja dengan se* toys ini.
Segera kututup kembali laci tersebut, dan merebahkan tubuhku di atas kasur. Lalu dengan cepat kusingkap rok yang kupakai, dan menurunkan cd milikku, yang berwarna merah marun.
Kutarik nafasku dalam-dalam dan membuangnya perlahan, lalu aku mulai memasukkan se* toys tersebut ke dalam milikku dengan perlahan-lahan karena rasanya sesakit saat dimasukkan oleh milik pria.
Kugigit bibirku saat se* toys ini semakin masuk ke dalam milikku, bahkan besarnya hampir sama dengan ukuran miliknya Jung Woo.
Setelah kurasa sudah cukup, aku pun mengatur nafasku terlebih dahulu, sebelum aku memulai permainanku sendiri.
Lalu aku mengatur frekuensi gerakannya terlebih dahulu, dan mulai menyalakan tombol powernya, sehingga membuatnya langsung bergerak di dalam milikku
Aku pun mulai memejamkan kedua mataku, saat se* toys ini mulai menggaruk milikku. Meski rasanya tidak senikmat miliknya Jung Woo, namun setidaknya alat ini bisa membuatku puas, karena aku sudah tidak tahan lagi, dan tidak bisa menunggu sampai Jung Woo pulang.
"Aaahhhhhhh ouuhhhhhh yessssssss" sebuah desahan lolos dari bibirku, dan segera kupejamkan kedua mataku.
Tanpa sadar, aku meliuk-liukkan tubuhku dengan sensual, dan terus mengerang nikmat, "Eunghhhhhhhhhh ahhhhhhhh", desahku.
Kini aku mulai membayangkan, kalau yang bermain di milikku itu bukanlah se* toys, melainkan miliknya Jung Woo
"Fasterrrrrrr Jung Woo arghhhhhhhh" desahku kembali, seraya meremas kedua gundukkanku, sehingga membuatku semakin merasa nikmat.
Namun tiba-tiba aku mendengar ponselku yang berdering, seperti ada sebuah panggilan masuk. Dengan cepat kuraih ponselku dan menatap layarnya.
"Jung arghhhhhh Woooooooo" erangku saat melihat sebuah panggilan masuk dari Jung Woo.
Dengan cepat segera aku menjawab teleponnya, dan mendekatnya pada telingaku. Lalu satu tanganku yang lain bergerak turun ke bawah untuk menambah frekuensi kecepatan se* toys yang masih berada di dalam milikku.
"Hallo Veera" sapa Jung Woo di sebrang.
Segera kugigit bibirku dan menahan desahanku, agar Jung Woo tidak tahu, apa yang kini sedang aku lakukan. Karena ia akan marah, jika tahu kalau aku sedang memuaskan diriku sendiri.
"Vee? Kenapa kau diam saja? Apa kau baik-baik saja?" tanyanya yang mulai terdengar khawatir.
Namun aku hanya tetap terdiam, tanpa mengeluarkan satu patah katapun, karena jika aku berbicara, maka otomatis desahanku akan lolos begitu saja.
"Vee, tolong jawab aku. Jangan membuatku khawatir seperti ini" ucapnya.
Kugigit bibirku dengan semakin kencang, seraya terus menahan desahanku, karena jujur saja, saat ini se* toys yang berada di dalam milikku bergerak dengan sangat kencang dan brutal.
"Veera? Ayo cepat jawab aku!" ucapnya kembali.
"Iyaaa ahhhhhhhh yesssssss ouhhhhhhh sh*t" akhirnya desahanku lolos juga, karena aku sudah tidak sanggup lagi untuk menahannya.
Jung Woo yang mendengar suara tersebut, tentu saja sangat terkejut, "Veera, jangan bilang kalau kau sedang melakukannya dengan mainan se*s mu itu", ucapnya.
"Emmmmmmmm ahhhhhhh, iyaaaaa Jung Woooooo ahhhhhh~"
"Veera, kenapa kau melakukannya? Dan kenapa kau tidak menungguku pulang? Aku jadi cemburu dengan mainan se*s itu, karena sudah memuaskanmu terlebih dahulu dibanding aku"
"Maaaaaaaaf ahhhhhhhh, akuuuuu s-sudaaaaah tidak tahan lagiiii Jung Woooooo. Tapi tenang sajaaaaah, setelah kau pulang ahhhhh, kau bolehhhhhh bermain jugaaaaah dengankuuu"
"Tentu saja Vee, karena aku pun juga jadi tidak tahan, setelah mendengar suara desahanmu itu. Kalau begitu, aku akan pulang sekarang, sampai jumpa nanti, my sexy bestfriend" ucapnya, yang mengakhiri pembicaraan ditelepon.
Kutaruh ponselku di atas nakas, dan kini aku mulai merasakan milikku yang mulai berkedut, menandakan kalau aku akan sampai pada or*asmeku yang pertama.
"Ahhhhhh yesss, i love it ouhhhhh"
Aku semakin meliuk-liukkan tubuhku tidak karuan, sehingga kuyakin sprei ini menjadi acak-acakkan, karena ulahku sendiri.
"Ouhhhhhhhh arghhhhhhhh" lenguhanku begitu panjang, saat akhirnya aku sampai juga di or*asmeku, dan kurasakan sebuah cairan hangat yang keluar dari dalam milikku.
Kuatur nafasku yang terengah-engah, dan segera mematikan se* toys ini, karena aku tidak ingin jika sampai or*asme dua kali hanya karena se* toys yang cukup nikmat ini. Kemudian kupejamkan kedua mataku untuk sesaat, karena kini aku begitu lelah.
To be continue. . .