04. Tikus Cantiknya

1011 Words
Amel masuk ke dalam perusahaan dengan langkah pelannya. Ia menyapa semua karyawan yang menyapa dirinya. Ia tersenyum melihat beberapa dari mereka yang menawarkan sarapan untuknya. Amel tentu menolak. Ia sudah sarapan tadi pagi di rumah sakit. Adiknya membelikan sarapan, dan mereka semua berkumpul di ruangan inap ayah Amel. Operas ginjal untuk Bapak sudah berhasil. Amel senang sekarang Bapak berangsur pulih. Dan obat yang diminum oleh Bapak juga obat mahal. Amel menatap pada meja kerjanya. Helaan napasnya hanya dapat di dengar oleh dirinya. Esok pagi. Dia akan bertemu dengan keluarga Han- -Pintu ruangan Hansel terbuka sepagi ini. Hansel keluar dari dalam ruangannya. Hanya memakai kaos biasa dan ngepas di badan gagah pria itu. Amel menelan saliva. Kenapa atasannya ini suka sekali memakai pakaian seperti ini? Dan tentunya di depan Amel. “Oh, kau sudah datang! Aku memerlukan dirimu Amel.” Hansel segera menarik tangan Amel masuk kedalam ruangan Hansel. Hansel membawa Amel ke kamar rahasia yang ada di ruangan Hansel. Amel menelan salivanya kasar, tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Hansel. “Pak—” Amel menghentikan ucapannya, ketika jari telunjuk Hansel berada di bibir Amel. Amel bungkam dan salah tingkah dengan apa yang dilakukan oleh Hansel sekarang. Mata pria itu menatap tajam pada Amel. Tangan Hansel mengusap rambut Amel lembut, nan menggoda. Amel menahan napas. Atas apa yang dilakukan oleh Hansel padanya sekarang. “Pak-Bapak mau apa?” tanya Amel cepat. Tidak bisa dibiarkan ini terlalu lama. Amel tidak mau jantungnya semakin berdebar dengan apa yang dilakukan oleh Hansel pada dirinya. Hansel tertawa kecil. “Bantu aku bercukur!” ucap Hansel, memberikan alat cukur, lalu menepuk pipinya. Amel melihat itu langsung menelan saliva yang benar saja? Tangan Amel bergetar mengambil alat cukur itu. Langsung mencukur kumis dan jengot yang sudah mulai tumbuh. Mata Amel hanya fokus dengan apa yang dikerjakan olehnya sekarang. Berbeda dengan Hansel, matanya menilai wanita yang akan menjadi istrinya sebentar lagi. Istri bayaran. Tapi melayaninya sungguhan. Mata Hansel melirik ke d**a Amel. Ia bisa melihat ukuran d**a itu, pas di telapak tangannya. Oh … sudah tidak sabar Hansel meremas d**a itu, lalu dirinya akan mendengar setiap desahan namanya disebutkan oleh bibir ranum warna pink milik Amel. “Kau cantik.” Pujian tiba-tiba itu. Membuat tangan Amel terhenti dari aktivitasnya. Ia menatap pada Hansel menatapnya dan tersenyum manis pada dirinya. “Kau cantik.” Ulang Hansel kembali. Kali ini keduanya saling menatap satu sama lain. “Pulang bekerja ikut denganku Amel. Cari pakaian untukmu, agar kau terlihat lebih cantik masuk kedalam rumah orang tuaku,” ucap Hansel melepas tatapan lebih dulu. Menatap pada hasil kerja Amel. Hem, bagus dan tidak buruk. “Pak, apakah kita memang harus menikah dan terlihat bahagia di media?” tanya nya, menatap Hansel dengan tatapan bimbang. “Ya, memangnya kau kira saya hanya main-main saja. Cuman mau tubuhmu begitu? Saya bisa meniduri dua wanita sekaligus dalam semalam. Kalau saya mau. Tapi untuk menjadi istri pura-pura dan mudah diatur. Kau adalah pilihan tepat sayang. Kau sudah mengambil uangnya lebih dulu. Jangan mengelak Amel!” Hansel mencengkam rahang Amel. Amel meringis kesakitan ketika rahangnya dicengkeram oleh Hansel. Pria itu menatapnya tajam seolah akan membunuh dirinya hidup-hidup. “Kau tahu apa yang akan aku lakukan. Kalau kau berani mengelak dari pernikahan ini. Aku tidak butuh keperawanan mu! Kau sudah tahu aku bisa mendapatkan sepuluh gadis yang masih perawan dalam semalam. Tapi aku hanya mau kau menjadi istriku selama satu tahun. Sekali saja kau berani menentang—jangan salahkan aku sayang, keluargamu menjadi korban. Kau sudah masuk ke dalam hidupku. Maka ikuti caraku mengatur dirimu!” Hansel melepas cengkeramannya. Lalu keluar dari dalam kamar di dalam ruangannya, dan memakai pakaian kerjanya. Amel yang ditinggal di dalam kamar itu. Mengusap peluh keringat dan rasa takut seketika mengalir di setiap nadinya. Kenapa dia bisa berada di situasi seperti ini? Amel ingin kabur. Ta-tapi—keluarganya. Uang. Dan segalanya. Akan menjadi hal terburuk dialami oleh Amel. Amel berjalan keluar dari dalam kamar. Matanya melihat punggung tegap itu. “Pak Hansel, saya-mau-keluar.” Ucapnya terbata, berjalan dengan lutut bergetar, melewati Hansel yang masih menatap Amel tajam. Hansel melihat Amel takut padanya. Menjilat bibirnya, lalu berjalan dengan tegap menuju kursi kebesarannya. Mata Hansel menatap pintu ruangannya kembali. Hansel mengira Amel kembali masuk. Namun ternyata- “Ada apa Pa?” tanya Hansel. Menatap pria tua yang sudah membesarkan dirinya selama ini. “Kapan kau akan menikah?” tanyanya tanpa basa basi, dan tidak menanyakan kabar Hansel. Apakah sehat dan tetap bisa menjelajah para wanita yang memiliki tubuh molek atau tidak? “Minggu.” Jawabnya singkat, tanpa ingin berbicara panjang. “Jangan main-main Hansel. Kau harus menikah! Kau harus menemukan wanita yang mau denganmu!” ucap Jefian, menatap putranya tajam. Ia tidak mau bermain, harus segera memulihkan nama baik keluarganya. Semua anggota keluarga, sudah tahu tentang nama baik Locanno yang dicoreng oleh Hansel Locanno. Selama ini, tidak ada anggota keluarga Locanno memiliki perangai b***t dan suka bermain wanita. Sehingga para wanita sialan itu berbicara di depan media tentang hal yang memalukan. “Saya tidak main-main Hansel! Kau harus mencari- -Sudah ketemu. Besok pagi Hansel akan membawanya ke hadapan Papa dan Mama. Tidak perlu khawatir seperti itu. Hansel tidak akan membuat nama baik keluarga Locanno rusak lagi. Tenang.” Hansel tersenyum manis pada ayahnya, dan kurang ajarnya Hansel. Menepuk pelan pundak ayahnya merapikan jas ayahnya. Jefian menghempaskan tangan Hansel. “Awas kau berbohong Hansel. Kau akan dihapus dari ahli waris Locanno.” Ancaman itu, membuat Hansel mengeram, menatap kepergian ayahnya yang sudah tidak terlihat lagi. Sialan! Nama baik keluarga! Cih! Seberapa baik keluarga mereka harus dijaga dengan baik. Hansel harus menikah dan berpura-pura mencintai Amel di depan media nanti. Untungnya wanita itu bisa diancam oleh Hansel, sehingga ia bisa memainkan tikus kecil nan cantik itu dengan mudah. Cukup mengancam sedikit saja. Tikus cantiknya akan patuh pada dirinya, tidak akan berani melawan Hansel. Hansel tersenyum. Lalu menatap ke kaca ruangannya. Di luar, Amel tampak sangat fokus sekali bekerja. Siulan dari Hansel terdengar, ketika menatap paha Amel yang putih nan mulus. Seolah menggoda Hansel menyentuh paha wanita itu. Memang seksi sekali. Apakah suara desahannya sama seseksi tubuhnya?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD