bc

One Thousand Percent Love

book_age18+
564
FOLLOW
5.5K
READ
love after marriage
mate
playboy
heir/heiress
sweet
female lead
office/work place
betrayal
office lady
wife
like
intro-logo
Blurb

Mempunyai suami kaya dan hidup berkecukupan adalah impian Natalie. Hidup sebatang kara membuatnya harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bertemu pria tampan dan kaya seperti Kevin tak membuat Natalie menyetujui ajakan Kevin untuk berkencan dengannya. Lelaki tersebut harus berusaha keras untuk mendapatkan Natalie.

Kevin Akhirnya berhasil menikahi Natalie dengan tujuan meperalat istrinya untuk mendapat harta warisan peninggalan ibunya. Kehadiran sang mantan kekasih membuat hubungan Natalie dan Kevin rumit. Mereka berpisah dalam waktu yang cukup lama. Akankah mereka bersatu kembali? Atau justru Kevin lebih memilih Michelle sang mantan kekasih ketimbang istrinya.

chap-preview
Free preview
Impian
Natalie masih bergumul dengan selimutnya. Cuaca dingin di pagi hari membuatnya enggan untuk bergerak. Hidup sendiri di tempat kost menjadikan Natalie tak ada keharusan untuk bangun di pagi hari. Ia tinggal sendiri di Bandung. Gadis asal surabaya ini lebih memilih menempuh pendidikannya di Bandung daripada di kampung halamannya. Ibunya meninggal saat Natalie lulus SMA. Berbekal tabungan milik ibunya. Natalie melanjutkan pendidikannya di Bandung dan mencari penghasilan tambahan saat kuliah. Tak hanya itu, ia selalu memanfaatkan lelaki yang mendekatinya untuk sekedar memenuhi kebutuhannya atau membayar uang semesterannya. Apalagi kenangan buruk ditinggal sang ayah membuat Natalie harus bisa menjadi gadis yang tangguh. Gadis muda berusia 23 tahun ini baru saja manamatkan pendidikannya. Lulus dengan nilai terbaik membuat Natalie yakin akan mendapatkan pekerjaan di perusahaan besar. Menjadi seorang sekretaris Bos besar adalah impian Natalie sejak dulu. Besar di keluarga sederhana membuat Natalie harus bekerja keras untuk mencapai impiannya. Sebuah impian yang menurutnya akan membuat hidupnya lebih baik. Apalagi jika ia bisa menikah dengan seorang Bos. Itulah cita-cita seorang Natalie Visya. Menjadi seorang sekretaris dan menikah dengan Bos besar. Sungguh impian klasik. Namun, tidak ada yang mustahil bagi Natalie. Karena berbekal wajahnya yang cantik dan kepintarannya , ia pasti bisa mendapatkan Bos besar. Satu notifikasi pesan masuk. Natalie masih memejamkan mata mencari keberadaan ponselnya. Matanya masih terpejam. Rasanya begitu berat untuk membukanya. “Kena kau!” Akhirnya Natalie menemukan ponselnya. Dengan mata yang masih mengantuk, Natalie membuka satu pesan yang masuk. Begitu terkejutnya ia saat mendapat panggilan interview dari sebuah perusahaan pembuat sepatu yang lumayan besar di Bandung. Gegas, Natalie bangkit dan segera bersiap. Ia tidak ingin hari yang sangat penting akan kacau karena terlambat. Mengambil setelan baju formal berwarna navy serta stileto berwarna senada membuat Natalie lebih percaya diri. Tubuhnya terlihat tinggi semampai dengan rambut kecoklatan tergerai. Penampilannya begitu sempurna. Ia ingin memberi kesan pertama dan menunjukkan bahwa dirinya memang layak untuk mengisi posisi sebagai sekretaris. “Aku adalah Natalie, tak akan ada yang bisa menolak kecantikanku!” Natalie tersenyum di depan cermin. Wajah cantiknya tersirat dalam balutan pakaian formal. Kulit kuning langsat dan mata bulatnya membuat Natalie terlihat sangat menarik. Banyak lelaki yang dibuatnya patah hati karena tidak sesuai dengan keinginannya. Ia lebih tertarik dengan lelaki dari kalangan atas dari pada lelaki seumuran yang menurutnya tidak punya apapun. Natalie segera bergegas menuju kantor, takut jika terlambat kesempatanya akan hilang. Ia lebih memilih naik taksi ketmbang ojek yang stand by di depan gang. Ia tidak ingin penampilannya acak-acakan jika naik ojek. Memasuki gedung perkantoran membuatnya takjub. Tak hentinya ia kagum dengan kemegahan yang ia lihat. Satu impian yang sebentar lagi akan terwujud. Natalie berusaha mencari ruang interview, tetapi ia belum menemukan. Kantor yang sangat luas membuat Natalie bingung saat mendapat arahan dari reseptionist. Ia mulai bingung dan panik karena jam interview hampir dimulai. Tak ingin gagal, Natalie mempercepat langkahnya sambil membaca tulisan yang tertempel di setiap pintu ruangan. Hingga ia terpaku saat melihat seorang lelaki tampan yang berjalan ke arahnya. Ia terlihat sangat sempurna. Benar-benar lelaki idaman yang ia cari. "Gosh ... tampan!" Mata Natalie masih terbelalak melihat Kevin yang berdiri tepat di depannya. Baru pertama kali ini ia melihat pria yang menurutnya sangat tampan. Melebihi ketampanan lelaki yang selama ini selalu memujanya. Matanya tak berkedip sekalipun. Natalie benar-benar terpesona dengan pria mature yang menjadi impiannya selama ini. "Hei, bisakah kamu menutup sedikit mulutmu itu?" Kevin sadar dengan pandangan Natalie yang tak berkedip. Gadis berkulit kuning langsat itu tersadar jika ia menampakkan ekspresi wajahnya yang paling buruk. Bagaimana seorang gadis cantik seperti Natalie terbius pesona pria yang baru saja lewat di depannya. "Namaku Natalie." Natalia mengangkat tangannya mengajak berkenalan. Melihat tingkah Natalie membuat Kevin tak menggubris dan pergi meninggalkannya. Waktunya terlalu berharga untuk berurusan dengan gadis di depannya. “Ish ... ! Dasar sombong, kita lihat saja! Aku akan membuatmu jatuh cinta padaku!” Pandangan Natalie masih tak beranjak hingga lelaki bertubuh tinggi itu menghilang di ujung koridor. **** Keluar ruangan Natalie tersenyum lebar. Akhirnya ia bisa bekerja dan mendapatkan posisi impiannya. Ia sudah tidak sabar ingin bertemu atasannya. Dalam bayangannya ia mendapatkan Bos yang tampan, muda dan kaya raya pastinya. “Rasanya tidak sabar.” Natalie berjalan pelan. Ia masih membayangkan pertemuan pertama dengan bosnya. Pasti akan sangat menyenangkan baginya. “Hei! Siapa kamu?” Terdengar suara lelaki memanggil Natalie. Natalie berhenti. Mendongak melihat wajah tampan tengah berdiri tepat di depannya. “Kamu?” Natalie tersenyum. Rasanya keberuntungan berpihak kepadanya. “Nggak usah sok kenal. Ngapain senyum-senyum, heuh?” Kevin mundur beberapa langkah. Ia mulai tak nyaman dengan pandangan Natalie. “Tampan.” Natalie masih tersenyum. “Apa? Gadis gila!” Kevin merasa aneh. “Hei, aku masih waras!” “Kalau kamu masih waras, kenapa senyum sendiri kayak orang gila? Dasar gadis aneh!” Kevin mencebik dan baranjak. Namun dengan gesit Natalie menarik tangannya hingga membuatnya mendekat. “Kamu masih ada urusan denganku.” Natalie menarik tangan Kevin. Kegilaan sepertinya telah merasukinya. Ia tidak peduli baru pertama kali bertemu dengan Kevin. Bahkan ia sendiri tidak tahu siapa kevin sebenarnya. “Kamu memang gadis aneh! Kamu nggak tahu siapa aku? Heuh!” “Kamu itu cowok sombong yang hanya mengandalkan ketampananmu! So, aku sudah tidak tertarik!” Natalie melepas tangannya. Ia tersenyum meremehkan lelaki di depannya. “Kamu ... .” Kevin menggeram, sekarang keadaan berbalik. Justru Natalie yang malah meremehkannya. “Aku cantik!” Natalie berhenti dan berbalik. Ia tersenyum dan mengedipkan sebelah mata. Setelahnya ia berjalan dan tertawa karena berhasil membuat jengkel. Tawanya terdengar keras hingga membuat Kevin mendengarnya jelas. Natalie sangat puas. Ia berhasil membuat lelaki sombong itu telak. Bagi Natalie, Kevin memang tampan, Tetapi tutur katanya sangat merendahkan dirinya. Ia kagum melihat wajah Kevin, tetapi tidak seharusnya ia mengatai Natalie dengan kasar. Sepeninggal Natalie, Kevin tidak terima. Ini perama kalinya seorang gadis membuatnya mati kutu. Tidak ada gadis manapun yang berani menolak atau merendahkannya, tetapi kali ini seorang gadis malah membuatnya tidak berkutik. “Adam! Cari tahu tahu tentang gadis barusan!” “Baik, Bos!” “Gadis gila, kita akan lihat, sejauh mana kamu bisa menolakku.” Kevin tersenyum licik. Membayangkan rencana licik yang akan ia lakukan. Baginya sangat mudah untuk menaklukkan gadis cantik. Apalagi banyak kalangan model kelas atas yang begitu menggilainya. Tak heran seorang Kevin Putra Arjuna terkenal sebagai playboy. Di usianya yang hampir menginjak kepala tiga membuatnya masih betah menyendiri. Ia tidak ingin terikat satu komitmen pernikahan. Meskipun papanya selalu memaksanya untuk cepat menikah. Kevin masih menikmati masa lajangnya. Apalagi semenjak ditinggal menikah sang kekasih, membuatnya lebih nyaman menjalin hubungan tanpa status daripada harus berkomitmen. **** “Fuh ... aku kira dia pangeran tampan yang baik hati seperti cerita dongeng. Ternyata ia hanya pangeran buruk rupa yang sangat menyebalkan! Masa iya udah dandan cantik kek gini dibilang gila. Dia yang gila!” Natalie menggerutu sendiri. Ia masih kesal dengan perkataan Kevin. Tak ada lelaki yang pernah menolaknya atau berkata tidak pantas. Baginya perkataan Kevin adalah sebuah penghinaan. Ia duduk di halte dekat kantor tempatnya interview. Mulai besok ia bekerja sebagai sekretaris  manager bagian pemasaran. Ia harus mempersiapkan segala sesuatunya agar bisa tampil sempurna. Terbesit dalam pikirannya untuk pergi ke mall sebelum pulang ke kost-an. Sepertinya ia butuh membeli beberapa potong baju baru dan sepatu. Berpenampilan cantik akan mempengaruhi totalitasnya sebagai sekretaris bos barunya tersebut. “Tidak ada salahnya jika aku tampil cantik.” Natalie menghentikan sebuah taksi, tetapi tiba-tiba tangannya ada yang menahan. “Natalie?” Seorang lelaki berpakaian OB menyapanya. “Siapa ya?” Natalie tidak mengenal lelaki yang menariknya.”Bisa lepaskan tangan saya?” Gadis berkulit putih itu menatap tajam lelaki berseragam warna biru muda itu. Ia masih tidak mengingat di mana ia pernah bertemu dengannya. “Aku Jordan. Kamu lupa?” “Jordan?” Natalie mencoba mengingatnya. “Jordan teman waktu SMP di Surabaya.” “Jordan ... emmm, ah iya Jordan yang gendut dan jerawatan itu, kan? Eh bentar, kok sekarang langsing. Agak tampan pula.” Natalie Memperhatikan postur tubuh teman lamanya. Ia masih tidak percaya jika Jordan brubah penampilannya. Namun, sayang seragam OB yang melekat pada Jordan membuat Natalie tidak tertarik kepada Jordan. Standartnya sudah berbeda. Bahkan sudah sejak SMP Jordan selalu mendekati Natalie. Ia selalu melindungi Natalie dari gangguan teman lelakinya. “Aku nggak nyangka cowok gendut kayak kamu bisa berubah keren kayak gini.” “Nat, kenapa harus itu yang kamu ingat? Jordan tersipu malu. “Karena kamu dulu unik banget.” Hampir delapan tahun mereka tidak bertemu. Dan penampilan lelaki di depannya sangat jauh berbeda. Natalie hampir saja tidak mengenalinya. Ia memang tampan, tetapi bukan tipe Natalie sama sekali. Jordan hanya seorang lelaki dari keluarga sederhana.Dan itu bukanlah tipe Natalie. Karena Tampan, kaya, itu yang menjadi prioritas Natalie dalam mencari kekasih. ”Kamu kerja di mana?” tanya Natalie mencoba memastikan tebakannya. “Aku jadi OB.” Jordan menunduk malu. Ia merasa pekerjaannya begitu rendah di hadapan Natalie. “Oh, OB ... .” Natalie hanya mengangguk. “Kamu kerja di sana sekarang?” Jordan tampak antusias, tetapi Natalie tak mempedulikannya. Ia masih mengamati jalan raya untuk mencari Taksi. “Jordan, sepertinya aku harus pergi sekarang. Aku tidak punya banyak waktu. So .. kita bisa bertemu di lain hari.” Natalie menghentikan Taksi dan meninggalkan Jordan tanpa basa-basi. Baginya terlalu lama dengan jordan hanya membuang waktunya saja. Cukup say Hallo dan menyakan kabar baginya sudah cukup. Apalagi Jordan juga bukan priorotas penting baginya. Masih banyak yang harus ia persiapkan untuk hari pertama masuk kerja. Ia tak mau terlihat jelek di depan bosnya ataupun karyawan lainnya. Semua harus perfect, beatiful, and smart.  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook