Mendadak ada kuliah yang dimajukan jadwalnya menjadi alasan Yuna untuk kabur dari Nata yang diam-diam menahan tawa. Ia tahu kalau Yuna memang ingin pergi tapi ada rasa tak enak hati walau ujung-ujungnya tetap sama. Ia tetap pergi juga. Yuna mengelus d**a lantas menoleh ke belakang. Nata dan dosen pembimbingnya tak terlihat lantas ia berjalan ke luar dari area dosen itu. Ia berjalan di sekitar koridor dan memutuskan untuk duduk di salah satu bangku yang ada di sana. Beban dipikirannya belum terangkat karena masih punya hutnag budi pada Nata tentang uang bayaran atas perbaikan ban motornya. Ia mengeluh dalam hati. Malas sekali rasanya berurusan dengan lelaki itu. Sejak semalam pun, ia sudah bertekad untuk menjauh. Enggan berurusan dengan Nata lagi. Ia juga enggan berurusan dengan lelaki ma