Wajah Athalia terlihat kaget ketika ia menemukan dirinya terbangun di kamar hotel tanpa mengenakan sehelai pakaian pun. Jejak-jejak percintaan terlihat jelas di tubuhnya.
Athalia merutuki dirinya sendiri, bagaimana ia bisa berakhir di tempat ini dalam keadaan yang hina seperti sekarang. Ia bahkan tidak mengingat dengan siapa ia tidur semalam.
Athalia melihat ke sekelilingnya, tidak ada orang lain di tempat itu selain dirinya sendiri. Namun, ia menemukan secarik kertas di atas nakas. Athalia meraihnya, lalu membaca tulisan yang ada di sana.
Hubungi aku jika kau memiliki pertanyaan tentang yang terjadi semalam.
Terdapat nomor ponsel di kertas itu. Athalia segera merobek dan membuangnya ke tempat sampah. Apa lagi yang perlu ia pertanyakan, yang terjadi semalam adalah kesalahan. Athalia tidak akan menuntut pertanggung jawaban dari pria itu. Ia tahu dengan jelas bahwa dirinya yang melemparkan diri pada pria yang tidak bisa ia ingat wajahnya.
Athalia hanya akan melupakan apa yang terjadi hari ini. Ia tahu bahwa apa yang ia lakukan tidak benar, tapi ia tidak menyesalinya sama sekali. Jika suaminya bisa melakukan hal menjijikan, lalu kenapa ia tidak? Untuk apa mempertahankan kesetiaan pada pria pengkhianat seperti suaminya.
Memungut pakaiannya, Athalia lalu pergi ke kamar mandi. Ia membersihkan dirinya, tidak merasa jijik sedikit pun pada tubuhnya.
Setelahnya Athalia mengenakan pakaiannya lalu meninggalkan kamar hotel. Athalia tidak kembali ke kediamannya, ia segera pergi ke galeri seni miliknya yang ia bangun dengan menggunakan seluruh tabungannya di masa muda.
Beberapa staf yang ada di galerinya menyapa Athalia yang
dibalas dengan anggukan kecil wanita itu. Athalia biasanya akan tersenyum pada mereka, tapi saat ini suasana hatinya masih buruk. Ia bahkan ingin menghancurkan dunia di tangannya jika saja ia bisa melakukan itu.
Kurang dari sepuluh menit Athalia sampai di galerinya, ruang kerjanya terbuka. Baskara masuk ke dalam sana dengan wajah tidak senang.
"Ke mana saja kau semalam, Athalia?" Pria itu bertanya marah. Ia telah menunggu Athalia sepanjang malam, tapi istrinya itu tidak kunjung kembali. Ia juga sudah mengirimkan orang untuk mencari keberadaan Athalia di beberapa tempat yang mungkin didatangi oleh Athalia. Namun, Athalia tidak ada di sana.
"Apa pentingnya bagimu aku ada di mana semalam?" seru Athalia acuh tak acuh. Wanita ini telah kehilangan kehangatannya, dahulu ia telah merawat suaminya dengan baik. Bersuara lembut yang menyenangkan. Tatapannya hangat dan penuh cinta. Namun, setelah kemarin, semuanya berubah.
"Kau istriku, Athalia. Aku berhak tahu kau pergi ke mana semalam. Selain itu, kau juga tidak bisa meninggalkanku begitu saja. Masalah yang terjadi bisa dibicarakan baik-baik." Baskara tidak menyukai sikap Athalia yang ia pikir kekanakan. Seharusnya Athalia menerima semua keputusannya, itu juga menguntungkan Athalia. Mereka masih bisa bersama meski tidak memiliki anak.
Athalia mendengus sinis. Suami bajingannya benar-benar tidak tahu malu. Masih bisa berkata seperti itu setelah semua yang pria itu lakukan padanya? Ia pikir Baskara perlu dihajar biar pria itu tahu betapa sakit hatinya saat ini.
"Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, Baskara. Enyah dari sini!" Athalia tidak ingin melihat wajah Baskara. Ia pernah mencintai pria ini setengah mati, tapi kini ia membenci Baskara dengan sepenuh hatinya.
Satu kesalahan fatal yang dilakukan oleh Baskara menghancurkan segalanya. Kepercayaannya, kebahagiaannya, kebanggaannya, dan hatinya.
"Athalia, kau tidak seperti Athalia yang aku kenal." Baskara merasa kecewa. Pria ini sangat berharap Athalia akan mendukung keputusannya. Ia tahu bahwa Athalia tersakiti, tapi ini semua demi kebaikan mereka.
Ia tidak harus menceraikan Athalia karena ia akan segera memiliki keturunan dari Shylla. Satu-satunya yang harus dilakukan di sini adalah Athalia menerima Shylla sebagai istri keduanya.
"Apa yang kau harapkan dariku setelah aku tahu kebusukanmu, Baskara? Kau ingin aku memasang senyum hangat padamu dan menerima Shylla dengan tangan terbuka?" Athalia menatap Baskara tajam. "Aku tidak seidiot itu, Baskara."
"Kau terlalu membesarkan masalah, Athalia. Kau seharusnya mengerti bahwa yang aku lakukan adalah yang terbaik untuk kita."
"Omong kosong! Kau melakukannya karena kau hanya memikirkan dirimu sendiri! Kau b******n tidak tahu malu, Baskara! Aku benar-benar konyol berpikir bahwa kau laki-laki setia. Aku bahkan menganggap kau suami terbaik di dunia. Aku benar-benar telah ditipu oleh sandiwaramu selama ini!" Selama ini Athalia selalu menjaga nada suaranya terhadap Baskara, tidak pernah sekali pun ia meninggikan suaranya. Ia bahkan tidak pernah mengeluarkan kata-kata kasar. Namun, kali ini ia tidak memiliki alasan lagi untuk menjaga semua itu.
Memaki Baskara membuat hatinya merasa lebih baik. Ia benar-benar muak dengan sikap Baskara. Disakiti oleh orang yang paling Athalia percaya membuatnya begitu terluka.
"Jika kau tidak memiliki kekurangan maka aku tidak akan mencari wanita lain di luar sana, Athalia. Berkacalah, semua ini terjadi karena kau tidak sempurna!"
Athalia tertawa sumbang karena ucapan Baskara. "Kau hanya mencari pembenaran atas tindakan hinamu, Baskara. Sekarang kau sudah mendapatkan apa yang kau cari. Jadi, ceraikan aku sesegera mungkin. Aku tidak sudi lagi menjadi istrimu!"
"ATHALIA!" Suara Baskara menggelegar. Wajahnya kini terlihat semakin gelap. Pria ini benar-benar benci mendengar kata cerai yang keluar dari mulut Athalia.
Athalia tidak takut sama sekali pada Baskara. Kemarahan Baskara lebih baik daripada sandiwara manis pria itu padanya akhir-akhir ini.
"Aku akan segera mengemas pakaianku dari kediamanmu. Kau bisa membawa Shylla ke sana. Aku berharap kau dan wanita jalangmu itu hidup bahagia!" Athalia berkata serius. Ia tidak akan menarik kata-katanya. Ia akan menyerahkan Baskara sepenuhnya pada Shylla. Pria pengkhianat dan w************n, keduanya memang ditakdirkan untuk berpasangan satu sama lain.
"Aku tidak akan pernah menceraikanmu, Athalia. Tidak akan pernah. Dan kau tidak diizinkan meninggalkan rumah. Aku tidak segan menghancurkan siapapun di sekelilingmu jika kau berani melakukannya!" Baskara kali ini menggunakan metode kejam untuk membuat Athalia tetap di sisinya. Ia benar-benar akan melakukan apa yang ia katakan jika Athalia berani meninggalkannya.
Athalia mendengus sinis. "Kau sangat berkulit tebal, Baskara."
"Kau tahu aku tidak akan pernah melepaskan apa yang sudah menjadi milikku, Athalia. Dan kau adalah milikku, sampai kapanpun kau tetap milikku."
Athalia tidak akan membuang tenaganya lagi dengan bicara pada Baskara. Pria di depannya jelas tidak mengerti bahasa manusia. "Pergi dari sini, aku tidak memiliki cukup banyak energi untuk bertengkar denganmu, Baskara."
Baskara tidak membalas kata-kata Athalia untuk beberapa saat, sebelum akhirnya pria itu membalik tubuhnya dan meninggalkan Athalia.
Beberapa pegawai yang berada di dekat ruang kerja Athalia tidak sengaja menguping pembicaraan bos mereka dan suaminya. Mereka kembali berpura-pura bekerja ketika Baskara melewati mereka.
Selama ini mereka berpikir bahwa Baskara dan Athalia merupakan pasangan paling harmonis yang pernah mereka ketahui. Namun, siapa yang menyangka jika akan ada skandal besar di rumah tangga atasan mereka itu.
Yang lebih mengejutkan lagi adalah mereka mengenal Baskara sebagai sosok yang setia dan lembut, tapi kali ini mereka mengetahui bahwa Baskara sama saja seperti kebanyakan pria lainnya. Pengkhianat dan bermuka dua.
Sekarang mereka mengerti kenapa ekspresi wajah atasan mereka terlihat buruk kali ini, itu karena atasan mereka mengetahui tentang perselingkuhan suaminya.
Ya, tentu saja tidak akan ada wanita yang bisa menangani rasa sakit dari perselingkuhan itu. Terlebih selama ini rumah tangga keduanya sangat tenang dan harmonis.
Ponsel Athalia berdering. Ia melihat ke layar benda canggih miliknya dan menjawab panggilan itu. "Halo?"
"Ke mana saja kau, Athalia? Aku menghubungimu beberapa kali tadi malam, tapi kau tidak menjawab panggilanku. Dan yang terburuk ponselmu mati!" suara ocehan terdengar dari ponsel Athalia. "Apa yang terjadi di antara kau dan Baskara? Kenapa kau meninggalkan rumah?"
Athalia tidak ingin menyembunyikan apapun dari wanita yang menelponnya karena cepat atau lambat kebenarannya pasti akan terungkap. Wanita itu adalah sahabat baiknya. Mereka telah tumbuh bersama. Makan bersama, tidur bersama, sekolah bersama hingga melakukan banyak hal konyol bersama.
"Aku belum sarapan. Datang ke A Cafe, temani aku makan."
"Athalia, kau sebaiknya bercerita dengan benar padaku nanti."
"Aku akan melakukannya.."
"Baiklah, aku segera pergi ke sana."
"Ya, hati-hati."
Sahabat Athalia mencibir Athalia, bukan ia yang seharusnya dikahwatirkan, tapi Athalia sendiri.
Setelah menerima panggilan, Athalia meninggalkan galeri miliknya dan pergi ke cafe. Ia menunggu kurang dari lima menit, dan sahabatnya sudah melangkah ke arahnya.
"Kau sudah sarapan?" tanya Athalia pada Lalunna.
"Sudah," jawab Lalunna. "Sekarang katakan apa yang terjadi? Aku tidak pernah melihat kau tidak masuk akal seperti semalam. Apa yang telah dilakukan oleh Baskara padamu?" Lalunna sangat memahami Athalia. Sahabatnya itu wanita yang tenang dan berperilaku baik. Jika sampai terjadi pertengkaran itu artinya Baskara sudah melakukan sesuatu yang tidak bisa ditoleransi oleh Athalia lagi.
"Baskara selingkuh." Athalia mengatakannya dengan nada pahit. "Dia membawa wanita simpanannya ke rumah kemarin. Dan ingin wanita itu tinggal bersama kami. Wanita itu sedang mengandung anak Baskara, dan Baskara telah menikahinya enam bulan lalu."
"Apa?" Lalunna tidak berharap Baskara akan melakukan kesalahan sebesar ini pada Athalia. Mendengar apa yang dikatakan oleh Athalia, hati Lalunna begitu sakit.
Bagaimana bisa Baskara begitu tidak berperasaan pada Athalia. Setelah berselingkuh Baskara juga membawa simpanannya ke kediamannya dengan Athalia.
"Aku akan membunuh b******n itu!" Lalunna mengepalkan tangannya kuat. Wajahnya terlihat marah sekarang.
"Tidak perlu mengotori tanganmu, Lalunna. Baskara bahkan tidak pantas berurusan denganmu." Athalia tidak ingin Lalunna melakukan sesuatu yang tidak penting.
"Tapi aku tidak bisa diam saja melihat kau disakiti seperti ini, Athalia. Dia mengatakan bahwa dia hanya akan bersamamu dalam hidup ini, lalu kenapa sekarang dia bersama dengan wanita lain? Baskara benar-benar b******n tidak tahu malu. Bagaimana bisa dia mengkhianati istri sebaik dirimu."
"Aku tidak bisa memberikannya keturunan, Lunna. Kau tahu dengan jelas kekuranganku itu. Dan itulah alasan kenapa Baskara mencari wanita lain." Athalia tidak merasa rendah diri dengan kekurangan yang ia miliki. Ia menerima takdir yang digariskan oleh Tuhan untuknya. Hanya saja, saat ini Baskara menjadikan kekurangannya sebagai alasan untuk berselingkuh. Athalia sangat tidak tahan. Kenapa ia yang harus disalahkan atas tindakan Baskara?
Hati Lalunna semakin sakit sekarang. Seperti ada ribuan paku yang menancap di dadanya. "Lalu, apa yang akan kau lakukan sekarang?" Lalunna tidak bisa menolong Athalia untuk hal yang satu ini.
Memiliki anak atau tidak merupakan hak prerogatif Tuhan. Tidak akan ada manusia yang bisa mengubahnya.
"Aku ingin bercerai dari Baskara."
"Tapi kau sangat mencintainya, Athalia. Apa kau akan baik-baik saja tanpa Baskara di sisimu?" Lalunna tahu bagaimana Athalia mencintai Baskara, ia takut sahabatnya akan hancur jika berpisah dari Baskara.
"Tidak ada alasan bagiku untuk mempertahankan cintaku pada Baskara, Lunna. Berpisah adalah cara terbaik agar aku bisa melanjutkan hidupku dengan benar." Athalia tidak ingin dihadapkan dengan kenyatan bahwa ia berbagi suami dengan wanita lain terus menerus. Itu hanya akan menyakiti hati dan jiwanya, menggerogoti hatinya sampai mati.
Athalia tidak ingin hal mengerikan itu terjadi padanya. Ia yakin akan baik-baik saja tanpa Baskara di hidupnya.
"Aku rasa bukan kau yang harus mundur dalam hal ini, Athalia. Jika kau bercerai dengan Baskara, maka wanita simpanan Baskara akan menang. Dia berhasil merusak rumah tanggamu."
"Aku tidak akan bertengkar dengan seorang jalang hanya demi laki-laki pengkhianat, Lunna. Aku tidak ingin melakukan sesuatu yang sia-sia."
Lalunna tidak bisa mengukur betapa hancur Athalia saat ini, tapi ia tahu Athalia wanita yang kuat. Athalia pasti bisa melewati semuanya. Jika Athalia sudah bertekad untuk bercerai, maka itu adalah pilihan terbaik bagi Athalia.
"Kalau begitu bercerailah. Aku akan mendukung setiap langkahmu."
"Baskara tidak ingin menceraikanku."
"Apa sebenarnya yang diinginkan oleh b******n itu! Dia sudah memiliki simpanan yang mengandung anaknya, tapi dia tidak ingin melepaskanmu. Apakah dia ingin memiliki dua wanita sekaligus sebagai istrinya? Betapa rakusnya b******n itu!" Lalunna merupakan wanita yang kasar dalam bicara. Ia tidak selembut Athalia. Apa yang ada di dalam hatinya akan ia keluarkan tanpa memikirkan perasaan orang lain.
Itulah kenapa Athalia suka berteman dengan Lalunna, karena Lalunna tidak bermuka dua. Wanita ini selalu menunjukan dirinya yang sebenarnya.
Pelayan datang dengan membawa sarapan yang sudah dipesan oleh Athalia. Pembicaraan Athalia dengan Lalunna terhenti sejenak kemudian berlanjut lagi setelah pelayan selesai meletakan pesanannya di meja.
"Aku pasti akan bercerai dari Baskara bagaimana pun caranya," kata Athalia pasti. Ia bahkan tidak segan untuk melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Baskara padanya agar Baskara menceraikannya.
Pria mana yang akan menerima istrinya tidur dengan pria lain.
Athalia selalu berjalan di jalan yang benar selama ia hidup, itu semua ia lakukan agar tidak ada orang yang mencelanya di kemudian hari. Itu semua juga ia lakukan demi Baskara, agar ia tidak mempermalukan Baskara. Namun, kali ini ia tidak akan segan untuk melangkah dari jalurnya demi mencapai tujuannya.
Ia harus bercerai dari Baskara. Harus.
tbc