“Kamu enggak penasaran, siapa yang akan jadi pendamping hidupku?” Berharap wanita yang berada di depannya memenuhi ekspetasinya, Devan terus menatap Eca hingga wanita itu melontarkan pertanyaan yang sudah dinanti-nanti sejak awal. “Memangnya saya boleh penasaran?” Menurut Eca, sikap Devan sudah bisa melunak tidak sedingin dan searogan di awal. Ia jadi terikut suasana untuk berbicara santai kepada atasannya itu tanpa canggung. “Boleh,” jawab Devan sumingrah karena Eca sudah terpancing dengan ucapannya. Hanya saja, belum saatnya ia berbicara lebih lanjut. “Tapi tunggu delapan bulan lagi.” “Lama banget Pak? Keburu saya lahiran, dong?” Kekehan ringan menyertai ucapan Eca. Dan Eca tidak sadar, jika kelahiran anak Eca, memang hari yang ditunggu-tunggu Devan. Devan bahkan baru sadari gigi ging