“Maaf ya Bu Eca, hari ini saya enggak bisa masuk kerja. Hari ini aku ada jadwal periksa kandungan, dan suamiku sangat antusias untuk ikut bersamaku. Ralat, SUAMI KITA yang sangat antusias untuk melihat calon anak kami.” Darah Eca serasa mendidih begitu tahu isi pesan yang baru dibacanya itu. Tangan Eca bahkan mengepal kuat tanpa disadarinya. Munafik jika Eca berlagak baik-baik saja. Ia hanya mencoba berdamai dengan semua keadaan yang telah menjebaknya, meskipun berakhir menyedihkan untuknya. Ia hampir saja kembali menangisi keadaannya, namun suara keroncongan yang berasal dari perutnya langsung memutus atensinya. Ia baru menyadari jika keberadaan janin di dalam sana, sangat membutuhkan keberadaannya. Eca spontan menggelengkan kepala kuat-kuat, menepis semua perasaan lemah yang hampir kem