"Kak Rendy... " rengek Airin langsung melompat ke dalam pelukan Rendy.
Rendy melotot, ia merasakan tubuh Airin bergetar hebat dan adiknya itu menangis terisak di dalam dekapannya.
"A-ada apa Airin? kenapa kau menangis seperti ini?" tanya Rendy melepaskan pelukan Airin.
Airin masih berusaha mengatur nafasnya karena menangis terisak.
"A-aku hanya terbawa suasana Kak, tadi aku membaca n****+ yang sangat sedih," gumam Airin beralibi, jujur ia hanya ingin mencurahkan kesedihannya di dalam dekapan sang Kakak.
Hanya berada di dalam pelukan Rendy sajalah, Airin bisa merasa tenang.
"Astaga Airin, Kakak pikir kamu kenapa-napa," ucap Rendy mendengus pelan.
"Ya, maafkan aku Kak, aku kan memang mudah menangis kalau membaca atau menonton cerita sedih," bohongnya.
"Ehm ...Kakak rasa mulai sekarang kau harus memiliki teman deh, bila perlu carilah Kekasih, kalau kau terus tenggelam dengan cerita-cerita n****+ yang kau baca, bisa-bisa kau akan menjadi perawan tua," kekeh Rendy mencoba menggoda adiknya itu.
Airin yang merasa lebih baik dengan candaan sang Kakak menepuk pelan pundak Rendy.
"Dulu aja Kakak selalu melarang aku pacaran, sekarang malah di suruh cari Pacar, bukankah seharusnya Kakak yang lebih dulu mencari pacar, bagaimana bisa Kakak ku yang tampan dan baik ini selalu jomblo," goda Airin balik.
Rendy tersenyum saat melihat wajah adiknya itu kembali ceria, ia mengusap puncak kepala Airin.
"Kakak akan mencari Pasangan ketika adik Kakak ini sudah bisa hidup mandiri dan sudah memiliki seseorang yang bisa menjaganya dengan tulus, Kakak takut kalau Kakak punya Kekasih justru kasih sayang dan cinta Kakak akan terbagi pada 2 wanita, Kakak tidak menginginkan itu," jawab Rendy.
Airin begitu terharu, bukan kali pertama ia mendengar kata-kata seperti ini keluar dari mulut Rendy, sejak orang tua mereka wafat, Rendy selalu menghabiskan waktunya hanya untuk bekerja dan juga untuk Airin, paling mentok ia hanya keluar bersama Kalix.
Airin kembali memeluk sang Kakak, kini pelukannya begitu erat.
"Terima kasih untuk semuanya Kak, tapi aku mohon agar Kakak juga memikirkan masa depan Kak Rendy, Kakak juga butuh seseorang tempat Kakak bersandar disaat Kakak mengalami kesulitan," gumam Airin terisak di dalam pelukan Rendy.
"Ya, baiklah Kakak akan berusaha," jawab Rendy.
Setelah selesai mengutarakan isi hati satu sama lain, Airin yang mulai merasa tenang berniat untuk memasak sesuatu buat sang Kakak.
"Kakak mau makan apa? hari ini aku yang masak," ujar Airin penuh semangat.
Rendy memegang dagunya dengan jari telunjuk seakan-akan sedang berpikir keras makanan apa yang ingin ia makan.
"Rasanya pengen makan ikan gulai pedas deh," kekeh Rendy.
"Baiklah, aku akan memasak gulai ikan pedas untuk Kakak ku tersayang," ucap Airin penuh semangat. Ia bahkan memberi hormat seakan-akan sedang mematuhi perintah atasannya.
Airin menggulung rambut panjangnya lalu menjepitnya dengan jepitan rambut.
Gadis itu bergegas menuju dapur, agar Kakaknya bisa dengan segera menikmati masakannya yang memang terkenal lezat.
"Airin?" panggil Rendy sebelum Airin benar-benar keluar dari pintu kamarnya.
"Ada apa Kak?" jawab Airin tanpa membalikkan tubuhnya menghadap sang Kakak.
"Tadi Kalix datang kemari kan?"
Mata Airin membola, ia baru sadar kalau kepergian Kalix dan kedatangan Rendy memang tak berselang lama, saat itu juga ia menyadari kesalahan besar yang terjadi padanya.
"A-aku tidak tahu kak," jawab Airin terbata-bata.
Meskipun Rendy tak melihat wajah Airin, namun pria itu dapat melihat Airin menjawab dengan pundak sedikit bergetar.
"Ada apa sih antara kau dan Kalix? aku merasa ada sesuatu yang terjadi di antara kalian, beberapa minggu ini juga Kalix tidak mau datang ke Apartemen ini, dan Kau juga tampak selalu menghindar saat aku membicarakan Kalix," cecar Rendy menyelidiki.
"Tidak ada apa-apa Kak, itu hanya perasaanmu saja, aku harus segera memasak," jawab Airin segera meninggalkan Rendy yang tampak begitu penasaran.
Airin menghela panjang nafasnya, ia merasa sangat bersalah karena menyembunyikan hal besar itu pada Rendy, Airin kembali fokus dan bergegas menuju dapur.
Sedangkan Rendy, pria matang itu hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku Airin, sejak dulu ia tahu kalau Kalix dan Airin tidak begitu terlalu dekat meskipun mereka sudah mengenal sangat lama.
Rendy bergegas ke kamarnya untuk berganti pakaian, ia berniat untuk membantu Airin di dapur.
Airin tampak fokus mengupas rempah-rempah yang akan di blender seperti cabai, bawang merah, bawang putih, kunyit dan jahe.
"Kak Rendy, kenapa ke dapur sih?" rengek Airin.
"Kakak mau bantuin kamu dong,"
Airin mendengus kesal, padahal hari ini dia ingin sekali menghidangkan masakannya sendiri pada Rendy, hal itu ia lakukan karena ingin menebus kesalahannya.
Namun saat ia mengupas bawang merah, bau yang menyengat masuk ke dalam indera penciumannya membuat Airin kembali mual sama seperti saat mencium aroma parfum Kalix.
Airin bergegas menuju ke tempat pencucian piring untuk memuntahkan isi perutnya.
Uwek... uwek...
"Airin!" ujar Rendy mendekati sang Adik lalu mengusap punggung Airin.
"Kamu sakit?" tanya Rendy panik.
"Ka-yaknya aku masuk angin Kak," bohong Airin ketakutan.
"Astaga, ya sudah kamu masuk aja ke kamar, Kakak akan mengambil obat untukmu dan biar Kakak yang melanjutkan memasaknya," pinta Rendy.
"Ta-pi Kak-,"
"Tidak ada tapi-tapian, masuk kamar dan istirahat!" potong Rendy membuat Airin tak lagi mampu membantah.
Dengan langkah gontai, Airin terpaksa menuruti perintah sang Kakak.
Rendy pergi mengambil obat dan segelas air untuk Airin, setelah memastikan Airin meminum obat dan beristirahat di kamar, Rendy kembali ke dapur untuk menyelesaikan apa yang sudah di mulai oleh Airin.
Namun ia mendengus kesal saat menyadari kalau mereka kehabisan santan kelapa.
Rendy mengambil jaket rajut berwarna hitam yang tergantung di samping pintu, pria tampan yang hanya menggunakan kaus putih dan celana pendek itu berniat untuk ke Minimarket yang ada di lantai 1 untuk membeli santan instan.
Seperti biasa, Rendy yang ramah menyapa setiap orang yang ia temui saat berjalan menuju ke lantai 1.
Rendy membuka pintu Minimarket dan langsung mendapat sapaan manis dari Karyawan Minimarket yang merupakan Penggemarnya.
"Selamat datang Dokter Rendy yang tampan," goda Lisa.
"Ya Lisa, tolong ambilkan santan instan 5 bungkus ya," pinta Rendy yang melihat Minimarket tampak sepi, sehingga ia meminta tolong pada Lisa daripada harus kesulitan mencarinya sendiri.
"Siap Dokter Rendy," kekeh Lisa dengan senyuman manjanya.
Lisa bergegas mencari santan instan permintaan Rendy.
"Ini Dokter santannya," ujar Lisa menyerahkan 5 bungkus santan instan.
"Terima kasih Lisa, berapa totalnya?"
"55 ribu Dokter,"
Rendy merogo sakunya lalu memberikan uang 100 ribu rupiah.
Lisa membungkus santan itu ke dalam plastik lalu menyerahkannya pada Rendy.
"Oh iya Dok, tadi Dokter Kalix juga dari sini, Dokter Kalix membeli sesuatu yang aneh," kekeh Lisa.
"Aneh apanya Lisa?" tanya Rendy penasaran.
"Sini Dok, Lisa bisikin," goda Lisa.
Rendy menggelengkan kepalanya, sejak dulu ia tahu kalau gadis penjaga Minimarket ini memang sedikit genit.
"Lisaa-" ucap Rendy dengan nada yang sedikit panjang.
Lisa menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Eh iya Dok, cuma becanda loh,"
"Lalu apa yang di beli Kalix?"
"Tadi Dokter Kalix membeli 4 Testpack sekaligus loh!"
Rendy melotot "Testpack?"
"Iya Dok, memangnya Dokter Kalix itu sudah menikah ya?" tanya Lisa kepo.
"Kamu yakin Kalix membeli Testpack?" tanya Rendy memastikan tanpa menjawab pertanyaan Lisa.
"Yakin Dokter, malah uang kembaliannya di kasih sama saya," kekeh Lisa.