Rebellion in Meronia (Bahasa Indonesia)

Kerajaan Meronia adalah sebuah kerajaan yang memiliki sembilan kota besar. Sembilan kota tersebut pada mulanya adalah sebuah kerajaan-kerajaan kecil yang berdiri secara terpisah. Kota pertama, Kota Lydei. Lydei yang menjadi ibukota dari Meronia saat ini dulunya adalah sebuah kerajaan dengan nama yang sama. Kerajaan Lydei. Kerajaan itu makmur dalam segi pengetahuan dan sihir. Bangsa demi bangsa datang ke kerajaan itu untuk mempelajari perkembangan hebat yang tak dimiliki bangsa lain. Lydei juga memiliki pengetahuan akan pemerintahan yang maju. Meskipun bentuknya kerajaan, Lydei dulunya dipimpin dengan seorang raja yang ditunjuk rakyatnya. Orang paling kuat sekaligus paling bijak di antara mereka adalah penguasa dari kerajaan itu. Namun, kini Lydei hanyalah sebagian kecil dari Kerajaan Meronia. Lydei sendiri adalah perintis pertama dari munculnya Meronia. Kota kedua, Kota Belind. Belind di masa lalu adalah kerajaan yang bergerak dalam pertambangan. Kerajaan ini terkenal akan pasokan intan, emas, dan perak. Belind meskipun kecil, ia sungguh kaya. Hanya saja, Kerajaan Belind saat itu dipimpin seorang yang tirani. Mengakibatkan perang dan kehancuran. Pada akhirnya, Belind juga menjadi bagian kota dari Meronia. Kota ketiga, Kota Syre. Syre adalah kerajaan pesisir. Sebuah kerajaan maritim yang memasok ikan dan kerang. Istana mereka ada di pesisir, raja dan ratu turun-temurun hidup dengan menghirup bau asin lautan dan pemandangan biru samudera. Syre kalah dalam perang melawan Lydei kala itu. akibatnya ia menjadi bagian dari Lydei. Namun, seperti yang sudah sudah, Syre pada akhirnya juga menjadi kota dari Kerajaan Meronia. Kota keempat, Kota Hacres. Hacres tidak terlalu spesial. Tempat itu hanyalah sebuah kerajaan yang juga terletak di pinggiran pantai. Namun, Hacres memiliki armada laut terkuat. Orang-orang Hacres dikenal sangat tegas dan berisik. Mereka was-was bahkan dalam tidur. Kerajaan Hacres dengan perangai seperti itu mampu menjalankan kekuasaannya hingga menjadi kerajaan terakhir yang dipaksa bergabung. Tentu, ketegasannya takkan sirna. Rakyat Hacres banyak yang menjadi bangsawan dan kesatria hebat dari Kerajaan Meronia. Kota kelima, Kota Raskal. Raskal memiliki kumpulan orang-orang pintar yang tak kalah dari Lydei. Akan tetapi, mereka tidak bijak. Maupun baik hati. orang-orang Raskal adalah orang yang bengis. Mereka memanfaatkan segala situasi untuk kepuasan mereka tersendiri. Pada permulaan Meronia berdiri, Raskal adalah penghambat yang luar biasa. Namun berkat seseorang ahli strategi perang dari Lydei, Raskal berhasil ditembus dengan strategi senjata makan tuan. Orang-orang yang pada dasarnya memanfaatkan situasi untuk kepuasan tersendiri akan jatuh begitu saja jika melihat tawaran besar. Sikap mereka adalah kehancuran bagi seisi negeri. Kini Raskal juga bagian dari Meronia. Kota keenam, Kota Derias. Dulu, Kerajaan Derias berdiri dengan perkembangan ilmu penyembuhan. Jika Lydei dengan kebijaksanaan dan sihir, Derias ibarat rajin dipadukan dengan pengetahuan akan obat. Ketika perang bergemuruh, Derias langsung memutuskan untuk bergabung menjadi Meronia. Orang-orang Derias selanjutnya menjadi tabib, ahli obat, peracik, penyihir herbal, bagi seluruh Meronia. Kota ketujuh, Nohar. Nohar hanya kerajaan kecil dengan sektor pertanian. Namun benar, semua tanaman yang tumbuh di sana terasa sangat segar, berbeda dengan hasil panen di tempat lain. Kerajaan ini kalah ketika Raskal dan Belind bersekutu dalam p*********n. Nohar kalah dengan tanah subur mereka bersimbah darah. Kerajaan kecil itu tak menyerah walaupun mengerti bahwa mereka tak memiliki kesempatan. Sikap pantang menyerah itu membuat keturunan Nohar menjadi orang yang hebat. Ketika sudah menjadi bagian kota dari Meronia, orang-orang Nohar ulet untuk membangkitkan pertanian mereka. Krisis pangan yang sempat melanda pasca perang berhasil diatasi dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan. Kota kedelapan, Kota Mona. Kerajaan Mona mirip dengan Hacres dan Syre, yaitu bergerak dalam maritim, tapi fokus mereka adalah rumput laut dan tambak garam. Garam di Mona adalah garam murni yang susah didapatkan di manapun. Ketika perang, Mona bahkan menggunakan garam sebagai pertahanan. “Tembakan garam” adalah istilah aneh bagi siapapun yang mendengar, namun hal itu cukup mengerikan bagi musuh Mona yang dibabat habis. Ketika tawaran bergabung menjadi Meronia diajukan dimuka, pembawa pesan itu dikubur dalam timbunan garam oleh raja dari Mona. Tapi tentu pada akhirnya Mona bergabung. Meronia menjanjikan Mona sebagai pemasok garam utama. Terlebih lagi, Mona memiliki pemandangan pesisir yang unik. Kota Mona menjadi tujuan peristirahatan para bangsawan. Yang terakhir, kota kesembilan, Kota Simia. Faktanya, Simia terdiri dari tiga gugusan pulau kecil. Kerajaan itu kepulauan. Tidak ada keistimewaan selain kerajaan itu kepulauan. Orang-orang Simia sebelas dua belas dengan orang-orang Hacres, mereka kasar dan tegas. Namun, Simia ikut bergabung dengan Meronia tanpa mengeluh, itulah yang membedakan Simia dengan Hacres. Meskipun begitu, karena Simia tak memiliki keistimewaan lain, Kota Simia didedikasikan oleh penguasa Meronia sebagai kota buangan. Simia menjadi tempat pengasingan bagi penjahat perang, komplotan perusak monarki Meronia, dan b***k yang tak memiliki keistimewaan. Simia sungguh terasing jika dibandingkan dengan delapan kota besar lain. Akan tetapi, kelak nanti, seseorang dari Simia akan berdiri di atas yang lain. Memperjuangkan hak mereka. ***